DUMAI (RIAUPOS.CO) -- Abrasi di bibir pantai kawasan wisata bandar bakau atau hutan mangrove di Jalan Nelayan Laut Ujung, Kelurahan Pangkalan Sesai, Kecamatan Dumai Barat, Kota Dumai semakin parah. Bahkan beberapa pohon mangrove mulai tumbang dan mati akibat abrasi.
Mengantisipasi agar kerusakan tidak terus terjadi, Pencinta Alam Bahari (PAB) kini sedang memerlukan puluhan ribu bibit mangrove untuk dilakukan rehabilitasi dengan metode penanaman sulam.
Ketua Pencinta Alam Bahari (PAB) Datok Darwis Muhammad Saleh sebelumnya menyampaikan, sejumlah pohon mangrove terjadi kerusakan akibat abrasi laut. Ada seluas 15 hektare kawasan hutan bakau itu kini memerlukan rehabilitasi agar mangrove dapat terus terjaga. “Untuk mengatasi hal itu PAB memerlukan 60 ribu batang pembibitan dilakukan penanaman sulam ulang,” ujarnya kemarin.
Ia mengatakan, jika 10 tahun tidak dilakukan rehabilitasi penyulaman ulang bibit, maka terjadi kerusakan secara alami akan terus berlangsung, akibatnya mangrove terputus dan berselat.
“Penanaman sulam dengan jenis pohon bakau tertentu merupakan solusi untuk mencegah terjadi kerusakan pada sejumlah mangrove yang terkena dampak abrasi,” jelasnya.
Ia menyebutkan jika dilakukan penanaman sulam tingkat keberhasilan mengantisipasi abrasi diperkirakan 90 persen. “Dilihat kondisi di sejumlah mangrove di bibir pantai memang terdapat kerusakan secara alami oleh abrasi,” ujarnya.
Hutan bakau kini menjadi salah satu objek wisata alam yang bisa dikunjungi di Kota Dumai. Hutan bakau menjadi salah satu tempat konservasi habitat flora yang ada di Kota Dumai. Tempat itu memiliki udara yang masih segar dan sejuk.
“Di dalam kawasan hutan mangrove Dumai, terdapat sedikitnya 24 jenis spesias bakau yang dilindungi. Salah satu bakau istimewa yang ada di daerah ini adalah bakau belukap (rhizophora mucronata) yang mulai mengalami kepunahan di daerah tersebut,” tuturnya.(hsb)