SIAK (RIAUPOS.CO) -- Kajian secara komprehensif terhadap pengelolaan komoditi di lahan gambut yang baik dari hidrologi, maupun sisi budidayanya termasuk pemasaran sekaligus kelembagaan telah dilakukan Badan Restorasi Gambut (BRG) RI.
Khususnya untuk 4 ribu hektare sertifkat Tanah Objek Reforma Agraria (Tora) di Siak dan diserahkan kepada Bupati Siak H Alfedri. Siak dinilai sebagai The Real Hero (pahlawan sebenarnya, red) dalam pengelolaan lahan gambut produktif.
Dengan total 10 ribu hektare sertifikat Tora yang bakal dikaji dalam pengelolaan lahan gambut, menyisakan 6 ribu hektare lagi yang diklaim pemerintah tengah dikaji. Hal ini terungkap berdasarkan hasil pertemuan Bupati Siak H Alfedri bersama Tim Ahli Badan Restorasi Gambut (BRG) di ruang rapat kantor Bupati Siak, Rabu (10/4).
Dalam gelar ekspose hasil Riset Pendahuluan Pengelolaan Hidrologi untuk Pengembangan Ekonomi Produktif Komoditi Ramah Gambut pada Program Tora Berbasis Kesatuan Hidrologi Gambut tersebut. Dihadiri Deputi Bidang Penelitian dan Pengembangan Badan Restorasi Gambut (BRG RI) Haris Gunawan, Kapokja Penelitian Restorasi C Nugroho S Priyono beserta tim, pimpinan OPD terkait, pimpinan BUMN, camat, penghulu, tim peneliti dan sejumlah tenaga ahli lainnya.
Dalam sambutannya Bupati Siak H Alfedri menyebutkan, melalui pertemuan tersebut guna menggali informasi hasil dari kajian yang sudah dilakukan oleh tim peneliti yang disiapkan oleh BRG. “Ini merupakan laporan akhir yang diserahkan kepada Pemda Siak sebagai rujukan dalam melakukan pengembangan Tora di tiga kecamatan dan seminar kampung,” ujarnya.
Dijelaskan Bupati, untuk tahap pertama ini yang sudah selesai sertifikatnya 4.000 hektare. Tim ini bekerja juga untuk mengkaji 10.000 hektare secara keseluruhan. Sehingga untuk yang 6.000 hektare lagi kini tengah dilakukan kajian. Karena itu tentunya diperlukan pemetaan dan ada solusi yang dilakukan.
Karena hasil kajian ini adalah kajian lengkap komprehensif terhadap lahan gambut yang baik dari kajian hidrologinya, maupun juga nanti dari sisi budidayanya termasuk pemasaran sekaligus kelembagaan yang direkomendasikan pihak yang resmi. Maka bupati mengingatkan kepada jajarannya terkait agar menindaklanjuti.
“Pimpinan OPD terkait termasuk BUMD yang ada di sini dan dari stakeholder yang lain yang diundang untuk bersama-sama berkontribusi bagaimana kajian ini dimaknai, sehingga ini bisa menjadi acuan dan pedoman kita di masa yang akan datang,” beber Alfedri.
Sementara itu, Dr Haris Gunawan mengatakan, ada keharuan dalam pertemuan ini karena merupakan sebuah momen yang sebenarnya mungkin sering dihadiri tetapi harus membuka misteri yakni semangat untuk melihat atau membaca bagaimana sebenarnya gambut itu dikelola.
“Kalau sudah di Siak ini seperti the real hero, jadi pahlawan yang sesungguhnya untuk melakukan perubahan itu harus dimulai dari Siak,” ucapnya.
Untuk itu, ia mengajak timnya agar bekerja tidak setengah-setengah, dan menjadikan Tora ini sebagai model. Karena menurutnya di Indonesia belum pernah ada Tora di lahan gambut. Sehingga tantangannya cukup berat tapi ada peluang untuk bisa dikelola dengan baik.
Ia berharap hasil pertemuan tersebut menjadi pembuka untuk langkah selanjutnya. Artinya lahan 10.000 hektare dikeroyok bersama-sama untuk melakukan riset pengembangan ekonomi yang bukan berbasis lahan.
“Kapan itu bisa tercapai saya fikir juga ada tahapannya, kalau perlu buat semacam pusat keunggulan pengelolaan gambut tropis karena kita punya modal Taman Nasional Zamrud (TNZ) satu-satunya taman nasional yang punya kedalaman gambut tropis 33 meter,” jelasnya.
Sebab lanjutnya kalau bisa dikemas dengan baik, orang akan banyak berbondong-bondong datang ke Siak. Selain akan melakukan riset juga akan melakukan banyak hal untuk kesejahteraan masyarakat.
Dalam acara ini dilakukan penyerahan hasil laporan Hasil Riset Pengelolaan Lahan Gambut Program Tora oleh Deputi Bidang Penelitian dan Pengembangan BRG RI Haris Gunawan kepada Bupati Siak H Alfedri. Dilanjutkan dengan diskusi yang dimoderatori oleh Kapokja Penelitian Restorasi C Nugroho S Priyono.(adv)