PEKANBARU (RIAUPOS.CO) - Harga beras premium di sebagian besar kabupaten/kota di Riau mengalami kenaikan yang cukup tinggi sejak awal tahun ini. Menyikapi hal ini, masyarakat diimbau menjadikan beras medium sebagai alternatif untuk dikonsumsi. Selain itu, Pemerintah Provinsi Riau akan melakukan intervensi dengan mengadakan pasar murah.
Kepala Dinas Perindustrian Perdagangan Koperasi dan UKM Riau Taufiq OH mengatakan, dalam beberapa bulan terakhir memang harga beras premium di Riau mengalami kenaikan, terutama beras yang berasal dari Provinsi Sumatera Barat. ''Di Sumbar pun saat ini naik,'' katanya, Rabu (8/2).
Taufiq pun memaparkan, pihaknya tengah berupaya melakukan intervensi dengan mengadakan pasar murah di beberapa lokasi yang tingkat inflasinya tinggi. ''Kalau beberapa waktu lalu kami fokus melakukan pasar murah di lokasi pantauan atau yang inflasinya tinggi. Seperti di Pekanbaru, Dumai, dan Indragiri Hilir,'' ujarnya.
Namun, melihat kondisi saat ini di mana terjadi kenaikan harga beras cukup signifikan di Kabupaten Kepulauan Meranti, maka tidak menutup kemungkinan pasar murah akan dilaksanakan di sana. ''Saat ini di Indragiri Hilir inflasinya sudah turun. Bisa saja kuota untuk di sana (Inhil) dialihkan ke Meranti,'' sebutnya.
Hasil penelusuran pihaknya, kenaikan harga beras di Kepulauan Meranti akibat permintaan tinggi, ditambah lagi adanya kenaikan ongkos bongkar muat barang di pelabuhan. ''Kalau di Meranti kan biaya transportasi besar, melalui jalur laut juga, kemudian ada ongkos bongkar muat. Itu juga yang menyebabkan kenaikan harga,'' katanya.
Sementara itu, terkait minyak goreng merk MinyaKita, Taufiq OH mengakui migor murah program pemerintah tersebut saat ini memang sudah banyak diburu masyarakat Riau. Sedangkan dari perusahaan belum merilis MinyaKita yang baru. ''Saat dicek di pasar tradisional, MinyaKita dari perusahaan seperti tidak ada dan distributor juga tidak dapat delivery order (DO). Yang ada itu dari produsen Sinar Mas,'' katanya.
Lebih lanjut Taufiq mengatakan, Dirjen Perdagangan Dalam Negeri (PDN) sudah mengumpulkan produsen minyak goreng pekan lalu untuk membahas MinyaKita. ''Hasil pertemuan itu memang akan ada penambahan kuota 50 persen MinyaKita dari tahun lalu se-Indonesia,'' kata Taufiq.
Pascapertemuan tersebut, kata Taufiq, distribusi MinyakKita kepada masyarakat akan normal kembali karena saat ini distributor juga sudah mulai mendapat DO dari perusahaan. ''Kalau dalam pekan ini distributor mendapatkan pasokan MinyaKita dari produsen, maka bisa langsung didistribusikan kepada masyarakat. Hal ini akan menjadi solusi atas kelangkaan MinyaKita ini. Kemungkinan saat Ramadan MinyaKita ini bisa normal lagi,'' ujarnya.
Menanggapi kenaikan harga beras yang hingga kini masih terjadi di Riau, Perum Bulog Kanwil Riau dan Kepri mengaku terus melakukan berbagai upaya untuk menstabilkan harga di pasar. Pemimpin Wilayah Bulog Riau dan Kepri, Basirun mengatakan pihaknya terus melakukan intervensi pasar melalui kegiatan Stabilisasi Pasokan Harga dan Pasar (SPHP) sebagaimana instruksi Badan Pangan Nasional.
Perum Bulog Kanwil Riau dan Kepri juga menyetok beras medium di kios-kios pedagang maupun rumah pangan kita (RPK) di Pekanbaru. ''Jumlah stok yang digelontorkan ke pasar terus bertambah. Januari sebanyak 2.175 ton dan Februari diperkirakan akan mencapai 4.000-an ton. Selasa (7/2) sudah mencapai 1.508 ton,'' terangnya. Ia juga membeberkan angka penyaluran harian pada Januari sekitar 200 ton. ''Saat ini, penyaluran harian lebih dari 300 ton,'' sambungnya.
Adapun jumlah toko yang bekerja sama dalam memasarkan beras medium diakuinya juga terus bertambah. Melalui kerja sama dengan mitra distributor yang mempunyai jaringan ke semua toko di pasar-pasar yang menjual beras. ''Stok yang dikuasai juga masih cukup memadai yaitu sebesar 15.232 ton. Cukup untuk 3 sampai 4 bulan ke depan. Penambahan stok khususnya untuk Kepulauan Riau dalam proses pengiriman sebesar 4.000 ton,'' terangnya.
Untuk itu, ia mengimbau masyarakat agar bisa menjadikan beras medium sebagai pilihan di tengah kenaikan harga beras premium saat ini. ''Sebenarnya perbedaan beras premium dan medium hanya di butiran patah. Kalau soal kualitas dan rasa sama saja. Ini ada alternatif beras medium yang lebih murah dan layak jadi pilihan di tengah kenaikan harga beras premium saat ini. Semoga bisa membantu masyarakat,'' tuturnya.
Sementara itu, harga-harga bahan pokok di Kabupaten Siak masih stabil, termasuk beras dan sembako lainnya. Bupati Siak Alfedri mengatakan, sebagai salah satu kabupaten penghasil beras, Alfedri sudah meminta Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan untuk memastikan ketersediaan gabah dan beras.
Ketika pasokan ada, harga akan tetap stabil, dan hal itu direalisasikan sampai saat ini. Bahkan untuk menyempurnakannya, setiap Senin digelar pasar murah sembako di kecamatan-kecamatan untuk memastikan daya beli masyarakat masih sangat baik. ''Kami juga bekerja sama dengan TP-PKK untuk mengajak ibu-ibu memanfaatkan lahan pekarangan untuk menanam cabai dan sayuran untuk keperluan harian,'' jelas Bupati Alfedri.
Namun, Tim Cegah Inflasi bersama Forkopimda Siak tetap bergerak untuk memantau harga dan memastikan harga harga tetap stabil. Namun, menurut pemilik kedai barang harian Hendri, untuk harga beras masih stabil, namun minyak goreng naik menjadi Rp18 ribu per kilogram (kg) dari harga sebelumnya Rp16 ribu per kg.
Demikian juga dengan gula, saat ini ada di angka Rp15 ribu per kg, terjadi kenaikan Rp2 ribu sampai Rp3 ribu per kg. Selama ini harganya rata-rata Rp12 ribu per kg sampai Rp13 ribu per kg. ''Ada juga warga yang mengeluh, tapi kami tak bisa berbuat banyak. Harga ditentukan distributor,'' jelas Hendri.
Zainab warga Siak, seorang ibu rumah tangga mengaku berat dengan kondisi ekonomi saat ini. Harga tinggi dan uang semakin tidak ada. ''Saya bawa uang ke kedai Rp300 ribu hanya dapat beberapa macam sembako,'' katanya. ''Kami berharap ada solusi dari pemerintah. Dan pasar murah yang digelar setiap Senin memang sangat membantu, meski harga beda-beda tipis dengan di pasaran,'' tambahnya.
Di Kabupaten Kuantan Singingi, untuk memastikan harga dan stok beras, Pemerintah Kabupaten Kuantan Singingi melalui Dinas Kopdagrin akan melakukan pemantauan dan operasi pasar. Kadis Kopdagrin Kuansing, Mardansyah menyebutkan, pihaknya akan terus berkoordinasi dengan OPD lain dalam menstabilkan harga bahan pokok di Kuansing.
''Saat ini di Kuansing, harga beras jenis Anak Daro Rp17 ribu per kilgram, Pandan Wangi Rp16 ribu per kilogram, Topi Koki Rp11.900 per kilogram, sedangkan beras Bulog Rp10.500 per kilogram. Sejak pertengahan Januari, harganya stabil hingga sekarang,'' kata Mardansyah kepada Riau Pos, Rabu (8/2).
Mardansyah menyebutkan, harga bahan pokok lainnya akan terus dipantau di setiap pasar dan kios yang tersebar di Kuansing. Pihaknya juga akan bekerja sama dengan Tim Inflasi Pengendalian Daerah.
Untuk bahan pokok lainya, Mardansyah menyebutkan bahwa MinyaKita yang paling banyak dicari masyarakat hilang di pasaran. «Kalau MinyaKita, memang sudah hampir tiga pekan ini tidak masuk ke Kuansing karena memang dari suplaiernya tidak ada,'' kata Mardansyah.
Sedangkan harga cabai merah keriting dan harga cabai rawit di kisaran Rp55 ribu per kg. Untuk harga bawang merah Rp33 ribu per kg dan bawang putih Rp30 ribu per kg. Mardansyah membeberkan, untuk harga daging ayam ras dibanderol Rp28 ribu per kg. Sedangkan ayam kampung Rp60 ribu per kg.
Sementara itu, untuk mengatasi kenaikan harga beras di Rokan Hilir (Rohil), Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan (DKPP) Rokan Hilir (Rohil) menjadi leading sektor untuk mendorong terwujudnya swadaya pangan di daerah. Untuk mencapai hal tersebut, DKPP berupaya meningkatkan produksi pertanian melalui upaya-upaya terstruktur.
Hal itu juga seiring dengan langkah untuk mengembangkan potensi lokal di sektor pertanian, yang merupakan salah satu misi dari Bupati Rohil Afrizal Sintong SIP. Kadis DKPP Rohil Dedi Rustiadi mengatakan pada tahun 2023 swasembada pangan merupakan program nasional yang juga dicanangkan Presiden melalui Kementerian Pertanian.
''Beras masih menjadi sumber makanan pokok bagi masyarakat, dimana Kementerian Pertanian menargetkan konsumsi beras turun ke posisi 85 kg per kapita per tahun serta mewujudkan swasembada beras tanpa impor,'' kata Dedi, Rabu (8/2).
Sehingga lanjutnya, pemerintah terus mendorong agar program diversifikasi pangan dapat kembali digalakkan sebagai upaya menjaga ketahanan pangan di negara ini. ''Untuk Kabupaten Rohil sendiri kami terus berupaya melaksanakan berbagai program dalam meningkatkan dan memperluas lahan pertanian baik padi maupun lainnya, '' kata Dedi.
Dalam menyukseskan swasembada pangan itu sebutnya, tentunya sinkronisasi antara pemerintah pusat, provinsi hingga daerah harus dilaksanakan terlebih dahulu. Apalagi katanya, swasembada pangan tersebut bukan hanya dilakukan oleh pemerintah daerah saja, tapi juga oleh pihak TNI maupun Polri. ''Kami juga secara aktif melaksanakan pembinaan dan pendampingan kepada para petani melalui penyuluh pertanian yang ada di seluruh kecamatan,'' katanya.
Kabupaten Rohil tambah Dedi, saat ini memiliki lahan pertanian yang cukup luas dan tersebar di beberapa kecamatan. Bahkan, hasil panen padinya juga tergolong tinggi dan berkualitas. Pemkab Rohil melalui DKPP terangnya, berkomitmen menjadi lumbung pangan di Provinsi Riau.
Pembangunan bidang pertanian menjadi perhatian khusus DKPP Kabupaten Rohil baik itu kegiatan dari Kementerian Pertanian, Dinas Pertanian Provinsi Riau dan kegiatan yang diselenggarakan DKPP Rohil. ''Pembangunan dan kegiatan pertanian bidang tanaman pangan terus digesa untuk meningkatkan ketersediaan pangan dan kemandirian pangan serta meningkatkan produktivitas pertanian,'' terangnya.
Dedi menambahkan, untuk mendukung peningkatan hasil pertanian itu sendiri, pihaknya bukan hanya fokus pada pendampingan dan pembinaan. Namun juga mengupayakan infrastruktur pendukung seperti pengairan dan jalan menuju lahan pertanian.
''Kami juga mengajak petani dan masyarakat untuk memanfaatkan lahan yang ada disekitar rumah untuk ditanami yang sifatnya keperluan sehari-hari. Selain itu kita terus berupaya meningkatkan produksi pertanian yang ada di Rohil. Semoga ke depan swasembada pangan dapat kami capai,'' katanya.
Di Indragiri Hulu, harga bahan keperluan bahan pokok masih stabil. Bahkan ada di antaranya mengalami turun harga pada pekan ini. Selain itu, jelang Ramadan stok bahan pokok masih tergolong aman. ''Namun demikian, jelang Ramadan tetap dilakukan pemantauan,'' ujar Kadisperindag Inhu, Ergusfian didampingi Kabid Pengembangan Perdagangan, Nurizal Murza Indra, Rabu (8/2).
Berdasarkan hasil pemantauan yang dilakukan Rabu (8/2), diketahui sejumlah bahan pokok turun harga di antaranya cabai merah keriting dari harga Rp64 ribu per kg turun menjadi Rp60 ribu per kg. Selanjutnya, cabai rawit hijau dari Rp65 ribu per kg menjadi Rp60 ribu per kg. Kemudian ikan kembung dari Rp45 ribu per kg menjadi Rp40 ribu per kg. ''Harga ini turun dibandingkan harga pada pekan lalu,'' ungkapnya.
Dari hasil pemantauan yang dilakukan pihaknya, hanya ayam boiler yang mengalami kenaikan harga, dari Rp27 ribu per kg naik menjadi Rp28 ribu per kg. Bahkan kenaikan harga tersebut masih tergolong normal yakni akibat kurangnya ketersediaan.
Lebih jauh disampaikannya, untuk harga berbagai jenis beras, masih normal dan tidak terjadi kenaikan. Seperti dicontohkannya, beras merek Anak Daro Solok masih Rp16 ribu per kg, beras merek Bola Naga masih tetap Rp14 ribu per kg.
Sementara itu, Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Rokan Hulu (Rohul) berupaya menstabilkan kenaikan sejumlah harga bahan pokok di pasar tradisional maupun desa menjelang Ramadan. Pemkab Rohul saat ini telah menyusun langkah strategis melalui program kegiatan di organisasi perangkat daerah (OPD) terkait, maupun kebijakan ke depan untuk menjaga stabilitas harga pangan dan ketersedian di pasar yang ada di Rohul.
Sekretaris Daerah (Sekda) Rohul Muhammad Zaki SSTP MSi saat dikonfirmasi Riau Pos, Rabu (8/2) menyebutkan, untuk stok ketersedian beras di Bulog masih cukup untuk lima bulan ke depan, ditambah pasokan beras dari luar Rohul seperti Sumatera Barat (Sumbar) dan Sumatera Utara serta pasokan beras lokal.
''Langkah kongkrit ke depan yang kami lakukan adalah akan menyusun regulasi dan koordinasi dengan daerah penyuplai dari Sumbar. Kami buatkan MoU kemudian terhadap distributor untuk kenaikaan harga yang disebabkan transportasi, kami akan subsidi transportasinya,'' ujarnya.
Zaki yang juga Ketua Tim Pengendali Inflasi Daerah (TPID) Rohul mengatakan, untuk menjaga stabilitas harga beras dan cabai merah menjelang masuknya bulan Ramadan, OPD terkait akan melaksanakan pasar murah. ''Saat ini OPD terkait sedang menyusun anggaran kas dan program kegiatan untuk pelaksanaan pasar murah dalam rangka mengendalikan inflasi daerah,'' katanya.
Tak hanya OPD terkait, lanjutnya, Pemkab Rohul telah membuat surat edaran kepada camat lurah dan kepala desa se-Rohul agar dapat memanfaatkan lahan perkarangan rumah untuk ditanami tanaman keperluan pokok sehari-hari seperti cabai, salur-sayuran, dan lain sebagainya.
''Jika masyarakat memerlukan bibit dan pupuk untuk menanam cabai di lahan perkarangannya bisa mengajukan permohonan bantuan bibit ke Dinas TPH dengan membentuk Kelompok Tani. Bahkan masyarakat perorangan bisa menggunakan polibek untuk menanam cabai dan sayuran lainnya,'' jelasnya.
Dia mendorong para kepala desa se Rohul, untuk membuat program penanganan inflasi ditingkat desa. Karena anggaran untuk penanganan inflasi tersebut dapat dianggarkan kedalam APBDes Tahun 2023 minimal 20 persen. (sol/fad/azr/mng/yas/kas/fad/das)
Laporan TIM RIAU POS, Pekanbaru