Pertamina Sebut Masih Tersisa 33,6 Persen dari Kuota

Riau | Kamis, 08 September 2022 - 11:30 WIB

Pertamina Sebut Masih Tersisa 33,6 Persen dari Kuota
Pekerja mengangkat tabung elpiji di salah satu pangkalan gas Jalan Paus Pekanbaru, Rabu (7/9/2022). Kenaikan harga elpiji nonsubsidi menyebabkan sejumlah warga beralih menggunakan elpiji 3 kg. (EVAN GUNANZAR/RIAU POS)

PEKANBARU (RIAUPOS.CO) - KENAIKAN harga elpiji nonsubsidi bright gas dan elpiji 12 kilogram (kg)  sudah berlaku sejak 10 Juli 2022. Akibat mahalnya elpiji nonsubsidi ini, masyarakat pun banyak yang bermigrasi menggunakan elpiji bersubsidi tabung 3 kg. 

Namun, elpiji ‘’melon’’ ini pun susah didapatkan dalam beberapa pekan terakhir. Kalau pun ada, elpiji untuk masyarakat miskin itu dijual di atas Rp18 ribu per tabung, harga eceran tetap (HET).


Warga Pekanbaru yang beralamat di Jalan Ikhlas, Kelurahan Tangkerang Timur, Kecamatan Tenayan Raya Pekanbaru Andre, mengatakan, pascakenaikan harga BBM bersubsidi oleh pemerintah ada pangkalan elpiji 3 kg yang menjual dengan harga Rp20 ribu per tabung.

"Saya baru membeli elpiji 3 kg di salah satu pangkalan di wilayah Kecamatan Tenayan Raya. Mereka menjual dengan harga Rp20.000 dari harga HET Rp18. 000," ujar Andre, Rabu, (7/9).

Ia menuturkan, pangkalan tersebut beralasan menaikkan harga elpiji 3 kg dari Rp 18.000 menjadi Rp 20.000 dikarenakan pengaruh kenaikan harga BBM bersubsidi yang berdampak kepada biaya operasional di pangkalan. "BBM bersubsidi naik sehingga biaya operasional di pangkalan juga ikut naik," terangnya.

Sementara itu, Suci salah seorang pedagang rumah makan di Jalan Ahmad Yani Pekanbaru mengatakan, sejauh ini harga elpiji 3 kg yang dijual oleh pihak pangkalan masih normal Rp18.000 ribu per tabung. Kemudian harga elpiji nonsubsidi 5 kg dijual Rp110 ribu per tabung dan harga elpiji 12 kg dijual Rp220 ribu per tabung.

"Harga gas elpiji masih normal kalau kita membeli langsung ke pangkalan. Kecuali kalau kita minta pihak pangkalan mengantarkan gas tersebut ke rumah. Kalau diantar ke rumah harga gas 12 kilogram itu Rp240 ribu. Sementara kalau membeli gas 3 kg di pengecer Rp23.000 ribu," ujarnya.

Pantauan Riau Pos, di sejumlah agen elpiji di Jalan  Tuaku Tambusai dan Jalan Utama tampak tabung eliji 3 kg tersebut masih bisa dijumpai dengan jumlah yang terbatas. Namun,  tabung elpiji nonsubsidi masih memiliki stok yang cukup melimpah dengan harga yang cukup tinggi.

Salah salah seorang agen, Raiz mengaku kenaikan harga elpiji nonsubsidi yang sempat terjadi secara bertahap selama beberapa bulan terakhir, sehingga membuat para agen kebingungan untuk menentukan harga jual kepada konsumen.
Bahkan kini, banyak para konsumen yang tadinya sudah menggunakan tabung elpiji nonsubsidi untuk kebutuhan rumah tangga dan usaha, mulai beralih kepada eliji subsidi kg. Mereka tidak merasa berat membeli tabung leiji nonsubsidi yang harganya meningkat.

Namun kondisi tersebut tidak berlangsung lama. Pasalnya kini pasokan elpiji 3 kg juga kerap mengalami kendala dalam hal pasokan sehingga susah ditemui di Kota Pekanbaru. "Kami saja bingung mau jual kepada pembeli. Ada gas tapi mahal. Gas yang murah juga sering kosong," ujarnya.

Dikatakan Raiz, elpiji ukuran 12 kg dijual kepada masyarakat sekitar Rp235.000. Sedangkan ukuran 5 kg sekitar Rp120.000 dan elpiji ukuran 3 kg seharga Rp18.000. "Tadinya pas yang nonsubsidi mahal banyak yang pindah ke tabung ‘’melon’’. Lah sekarang kalau yang melon mahal masyarakat jadi semakin kebingungan," ucapnya.

Sementara itu, salah seorang pemilik pangkalan gas Umi mengaku  saat ini truk pembawa elpiji sudah mulai datang, namun jumlahnya yang saat ini dinilai kurang dan tidak mencukupi pasokan yang ada. "Biasanya saya dapat sekitar 60 tabung, sekarang sudah berkurang . Mngkin dibagi ke agen yang lain. Kan kemarin sempat kosong selama dua pekan lebih," ucapnya.

Bahkan menurut Umi, pembatasan kuota ini sengaja dilakukan karena penjualan elpiji ukuran besar sangat merosot akibat kenaikan harga dan masyarakat yang kembali berpindah ke gas bersubsidi.

"Mungkin biar yang nonsubsidi laku dijual makanya stoknya dibatasi. Karena memang peminat masyarakat yang menggunakan elpiji  nonsubsidi sangat tidak banyak. Apalagi semua harga pada naik jadinya orang beralih lah ke sana," ujar dia.

Umi menjelaskan di tempatnya, elpiji 5 kg dijual di kisaran harga Rp120. 000 per tabung, elpiji 12 kg dijual seharga Rp240. 000. Harga ini naik jauh dibandingkan sebelumnya yakni Rp98.000 untuk ukuran 5 kg dan Rp120.000 untuk ukuran 12 kg.

Sementara itu, salah seorang penggunaan gas elpiji ukuran 12 kg Azel mengaku merasa harga tersebut sudah sangat tidak wajar diberikan kepada masyarakat di situasi perekonomian yang masih sulit seperti saat ini.

Bahkan dirinya berniat untuk beralih ke elpiji ‘’melon’’ yang harganya jauh lebih murah dan terjangkau bagi masyarakat. "Sekarang ini masyarakat dalam dilema. Mau pakai gas ‘’melon’’ harganya mulai naik juga dan produknya susah didapat. Mau tetap pakai yang nonsubsidi harganya yang terlalu mencekik di kantong," kata dia.

Menanggapi hal tersebut, Pertamina menyebutkan, sejauh ini stok elpiji untuk wilayah Riau aman. Hal itu dikatakan Section Head Communication and Relation Pertamina Patra Niaga Sumatera Bagian Utara, Agustiawan, Rabu (7/9).

‘’Ketersediaan elpiji untuk Riau hingga saat ini masih cukup aman. Sisa kuota elpiji untuk Riau hingga akhir tahun 2022 masih ada 33,6 persen dari total kuota elpiji tahun 2022," ujarnya kepada Riau Pos.

Terkait kesulitan stok yang dihadapi masyarakat, menurutnya perlu dipastikan kembali,  apakah masyarakat tersebut membeli di pangkalan atau pengecer. ‘’Jika belinya di pengecer, maka bisa saja harganya di atas HET karena HET elpiji 3 kg yang ditetapkan oleh pemda itu hanya sampai ke pangkalan," sambungnya.

Oleh karena itu, ia pun mengimbau kepada masyarakat konsumen gas elpiji subsidi untuk membeli di agen-agen resmi. "Jika masyarakat ingin mendapatkan elpiji subsidi dengan HET yang sudah ditetapkan, maka kami sarankan untuk membeli di agen atau pangkalan elpiji yang terdaftar," sarannya.

Kepala Dinas Perindustrian, Perdagangan, Koperasi dan UKM Riau Taufiq OH melalui Kasi Pengembangan dan Perdagangan Suryatiningsih mengatakan, kenaikan harga elpiji 3 kg yang terjadi saat ini, disinyalir karena masyarakat membeli tidak dipangkalan yang sudah ditentukan.

"Kalau belinya di pangkalan masih sesuai HET, kemungkinan masyarakat belinya di warung tidak resmi sehingga harganya melebihi HET yang sudah ditetapkan," katanya.

Lebih lanjut dikatakannya, dengan kondisi tersebut, pihaknya meminta pemilik pangkalan untuk tidak melakukan penjualan kepada pemilik warung, karena pihak pangkalan sudah memiliki data siapa saja yang berhak membeli dengan kartu yang sudah dibagikan sebelumnya. 

"Kalau untuk di pangkalan kami belum dapat laporan ada yang menjual diatas HET. Kalau ada yang menjual diatas HET silahkan laporkan," ujarnya.

Sementara itu, Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Kepulauan Meranti juga memastikan stok elpiji 3 kg masih tergolong aman. Untuk menjaga pasokan dan stabilitas harga pihaknya masih terus melakukan rangkaian pengawasan harga, pasokan, dan koordinasi dengan sejumlah pihak terkait.

Menurutnya potensi kenaikan harga dan putusnya stok elpiji 3 kg cukup tinggi, mengingat dampak penyesuaian harga bahan bahan bakar minyak (BBM) yang menyebabkan tingginya biaya transportasi oleh masing-masing agen.

"Kami pantau terus. Mulai dari harga hingga pasokan dari ketersediaan. Memang sudah ada keluhan terkait tingginya biaya akomodasi pasokan dari masing-masing agen. Namun kami minta mereka untuk dapat bertahan dengan harga eceran tertinggi (HET) di Meranti yakni Rp26.000," ujar Demikian disampaikan Sekretaris Dinas Perdagangan Kabupaten Kepulauan Meranti Miftahulaid mewakili Kepala Dinas Perdagangan Kabupaten Kepulauan Meranti, Marwan, Rabu (7/9).

Pasalnya pengaturan harga sudah diatur dalam Surat Keputusan Bupati Nomor: 47/HK/KPTS/2014 tentang harga eceran gas tabung dengan ukuran yang dimaksud. Ia menegaskan hingga kini pemerintah pusat masih mempertahankan elpiji subsidi sesuai HET semula. Jadi kata dia sangat tidak relevan dan tidak berdasar jika mereka menaikan HET elpiji terkait di tingkat Pemkab Meranti.

"Sebenarnya HET kami sudah jauh tinggi. Jadi kalau dinaikkan lagi cukup tidak relevan. Apalagi cerita soal kepentingan masyarakat banyak,  tidak boleh sembarangan," ujarnya. ‘’Jika ada yang kedapatan menjual elpiji 3 kg lebih dari itu, maka masyarakat yang mengetahui diminta untuk segera melapor ke Disperindag agar bisa segera dilakukan penindakan,’’ ujarnya.(sol/ayi/dof/azr/wir/das)
 









Tuliskan Komentar anda dari account Facebook