PEKANBARU (RIAUPOS.CO) - Sempat turun, penambahan pasien positif Covid-19 di Riau kembali naik. Tercatat per Jumat (5/3) kenaikannya di atas 100 pasien. Kepala Dinas Kesehatan (Kadiskes) Riau Mimi Yuliani Nazir mengatakan, kemarin terdapat penambahan 129 pasien positif. Alhasil total penderita Covid-19 di Riau mencapai 31.836 orang. Sedangkan pasien yang sembuh bertambah 100 pasien sehingga total 30.094 orang yang sudah sembuh.
“Untuk kabar dukanya, juga terdapat satu pasien yang meninggal dunia. Sehingga total pasien yang meninggal akibat Covid-19 di Riau sebanyak 774 orang,” ujar Mimi.
Dijelaskan Mimi, dari total pasien positif Covid-19 Riau, yang masih menjalani perawatan di rumah sakit sebanyak 284 orang. Sementara yang menjalani isolasi mandiri sebanyak 684 orang.
"Sehingga saat ini jumlah pasien yang masih menjalani perawatan baik di rumah sakit maupun isolasi mandiri tinggal 968 orang,” ujarnya.
Sementara itu, untuk suspect yang menjalani isolasi mandiri 2.107 orang dan yang isolasi di rumah sakit 77 orang. Total suspect yang selesai menjalani isolasi 75.436, meninggal dunia 219 orang.
"Untuk informasi lainnya, sampai hari ini (kemarin, red) laboratorium biomolekuker RSUD Arifin Achmad sudah memeriksa sebanyak 229.987 sampel swab pasien,” ujarnya.
Mimi juga berpesan, dengan terus bertambahnya pasien positif Covid-19 di Riau, pihaknya mengajak masyarakat untuk terus menerapkan protokol kesehatan. Meski pun beberapa orang sudah dilakukan vaksinasi, namun protokol kesehatan harus tetap dijalankan.
“Mari kita sama-sama dapat menjaga diri dan orang sekitar kita dengan terus menerapkan protokol kesehatan. Mencuci tangan, jaga jarak dan menggunakan masker,” ajaknya.
GeNose Diyakini Mampu Deteksi Varian Baru
Anggota Tim Peneliti GeNose Universitas Gadjah Mada (UGM) Dian K Nurputra mengungkapkan bahwa pihaknya yakin GeNose masih mampu melacak persebaran varian-varian virus Covid-19 yang beredar di Indonesia.
Secara teori, kata Dian, varian baru maupun lama dari virus tetap memiliki pengaruh yang sama terhadap Volatile Organic Compound (VOC) dalam udara napas manusia. VOC inilah yang menjadi sasaran deteksi GeNose.
“Varian baru B117 mungkin tidak akan terlalu banyak berpengaruh pada VOC-nya,” jelas Dian kepada Jawa Pos (JPG), Jumat (5/3).
Meski demikian, secara disiplin medis, menurut Dian idealnya harus ada “pengenalan” khusus akan database varian B117 ini pada mesin GeNose. Dengan demikian, daya deteksi mesin ini akan lebih bagus. Namun hal tersebut, kata Dian, hanya bisa dicapai jika pihaknya bisa mendapatkan akses pada spesimen khusus dari orang yang membawa varian B117.
“Kami aktif mencari, kami juga open untuk kolaborasi penelitian pada spesimen B117,” katanya.
Sejauh ini, kata Dian, GeNose sudah beroperasi selama 1 bulan. Laporan yang masuk GeNose memeriksa sekitar 4 ribu sampai 6 ribuan spesimen per stasiun KA.
“Sejauh ini kita sudah mendeteksi positivity rate 3 sampai 5 persen,” jelas Dian.
Kementerian Kesehatan RI (Kemenkes) menerima informasi adanya dua kasus positif Covid-19 dengan mutasi virus corona dari Inggris atau B.1.1.7 pada Senin, 1 Maret 2021. Dua kasus tersebut merupakan hasil temuan dari 462 sampel yang diperiksa. Mutasi virus Corona B.1.1.7 sebelumnya pertama kali diumumkan di Inggris pada Desember lalu.
Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Kemenkes Slamet mengatakan bahwa temuan ini menunjukkan kemampuan dan kapasitas dari laboratorium Balitbangkes dalam melakukan metode Whole Genome Sequencing (WGS).
“Mutasi virus ini lebih menular. Sehingga ancamannya adalah orang yang terinfeksi varian ini juga dapat menularkan virus dalam jumlah yang lebih besar,” katanya.
Slamet menjelaskan kegiatan WGS ini merupakan salah satu bagian dari kegiatan surveilans genom virus SARS-COV-2 yang telah dilakukan sejak virus ini masuk ke Indonesia.
“Data hasil pemeriksaan genom ini diunggah ke repository Global Initiative on Sharing All Influenza Data (GISAID),” ujarnya.
Karakter dari varian mutasi B117 ini tidak terbukti lebih parah infeksinya. “Belum ada hasil penelitian yang mengatakan bahwa varian ini lebih ganas dan menyebabkan sakit yang lebih parah. Selain itu virus ini tetap dapat di deteksi dengan swab antigen dan swab PCR,” ungkapnya.
Juru Bicara Vaksinasi Covid-19 Kementerian Kesehatan Siti Nadia Tarmizi mengatakan virus corona adalah tipe virus RNA (ribonucleic acid). Virus ini secara alami mudah mengalami mutasi. “Mutasi memang merupakan kemampuan virus untuk bertahan hidup,” ucapnya.
Mutasi terjadi pada bagian tanduk atau spike dari virus. Ini yang menyebabkan virus lebih mudah masuk ke sel sasaran sehingga penularannya akan lebih cepat dibanding varian yang lama. Kecepatan penularan mutasi virus tersebut tidak menyebabkan bertambah parahnya penyakit. Meski demikian penelitian terkait varian baru ini terus dilakukan.
Lebih lanjut Nadia menjelaskan efektivitas inokulasi terhadap virus masih ada di level yang bisa diterima. Sehingga sejauh ini belum mengganggu kinerja vaksin.
“Sehingga tidak akan mempengaruhi kekebalan kelompok,” ujar Nadia.
Dia mengimbau masyarakat tetap tenang dan tidak perlu resah. Namun, masyarakat harus tetap waspada.
“Selain itu, menjelang libur panjang akhir pekan ini, kami imbau dengan sangat masyarakat untuk menahan diri dan tidak bepergian dulu. Libur panjang umumnya terjadi peningkatan kasus positif Covid-19 dari klaster keluarga,” katanya.(sol/tau/lyn/jpg)