PEKANBARU (RIAUPOS.CO) - Desa Wisata Tanjung Punak meraih juara 1 apresiasi desa wisata di Riau tahun 2023. Kegiatan ini ditaja oleh Dinas Pariwisata (Dispar) Provinsi Riau.
Desa Wisata Tanjung Punak resmi menerima Apresiasi Desa Wisata Riau, pada Sabtu (02/12) malam, di Zona Kuliner Halal, Aman dan Sehat (KHAS), Riau Garden, Pekanbaru.
Penilaian melibatkan 5 dewan juri, yakni Ketua Dewan Juri, Dr Ir Eni Sumiarsih, MSc dari Sekolah Tinggi Pariwisata Riau, Master Asesor, Osvian Putra. Kemudian juga ada praktisi di bidang kuliner, Alfa Frisa, juri di bidang digital kreatif, Megi Irawan dan juri kehormatan, yakni Kepala Dispar Riau, Roni Rakhmat.
Pesona wisata di Tanjung Punak memang telah banyak mengundang pelancong. Jadi wajar saja jika desa ini mampu meraih apresiasi dari Pemerintah Provinsi Riau.
Daya tarik pariwisata di Tanjung Punak mampu menjadi tolok ukur dewan juri. Wisata bahari di sana diakui bisa membius wisatawan lokal, hingga wisatawan mancanegara (wisman).
Ketua Dewan Juri, Dr Ir Eni Sumiarsih, MSc mengatakan ada empat tahapan proses penilaian desa wisata. Pertama yaitu kurasi 134 desa wisata. Setelah itu, dari 134 desa maka loloslah ke tahap 12 besar desa wisata.
Kemudian, kata Dr Eni, dari 12 desa wisata yang telah lolos itu dipilihkan perwakilan dari kepala desa dan Pokdarwisnya untuk mengikuti Bimtek. Lalu, barulah tahap berikutnya barulah visitasi dewan juri ke desa wisata tadi, lebih kurang tiga bulan.
"Tanjung Punak itu sebenarnya adalah termasuk kawasan prioritas pengembangan pariwisata nasional. Nah, itu pulau terbentang pantai, tetapi yang membuat sensasi yang agak berbeda pantai di sana tergantung pasang surut. Jadi kalau air surut, baru kawasan di sana itu jadi pantai. Kalau air pasang tidak menjadi pantai, inilah salah satu sensasi yang dapat dinikmati oleh wisatawan," tuturnya.
Diungkapkan, Tanjung Punak sejak tahun 2021 sudah mulai menjadi pendampingan desa wisata oleh BUMN. Secara administrasi Tanjung Punak kelembaagaannya sudah menjadi suatu ekosistem desa wisata yang baik.
"Ketika penjurian kita juga melihat mulai dari SK desa hingga ada Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga (AD ART). Kita apresiasi juga kepada teman-teman desa wisata sebagai penggerak, yang telah berupaya untuk membuat desa mereka berdasarkan potensinya. Namanya desa wisata itu, adalah terkait dengan semua komponen bersatupadu," ucapnya.
Dijelaskan dia, penetapan pemenang berdasarkan nilai dan kriteria. Ada lima kategori yakni kategori daya tarik pengunjung, kategori homestay dan toilet, kategori CHSE (Kebersihan, Kesehatan, Keselamatan, Lingkungan) dan kelembagaan, dan kategori souvenir, kategori digital kreatif.
"Untuk kelima kategori ini kita menilainya berdasarkan indikator dan pencapaian. Karena mereka setiap perwakilan 12 desa wisata telah dijelaskan tentang ASEAN Community-based Tourism (ASEAN CBT)," ucapnya.
Sementara itu, Master Asesor yang juga dewan juri, Osvian Putra mengatakan, Desa Wisata Tanjung Punak merupakan potensi sebagai desa wisata di daerah terdepan Indonesia. Mempunyai peluang untuk dikembangkan sebagai objek Cross Border Tourism.
“Saat ini di Tanjung Punak jumlah Amenitas (Homestay serta Restoran) jauh dan berkembang pesat dibanding 5 apalagi 10 tahun yang lalu. Pantainya landai dan bagus, kulinernya seafoid dan makanan tradisi melayu. Souvenirnya berbagai macam jenis olahan produk laut serta kerajinan lokal,” kata Osvian.
Lokasi Tanjung Punak berada di Kecamatan Rupat Utara, Kabupaten Bengkalis Provinsi Riau. Termasuk dalam kawasan strategis pariwisata Kabupaten Bengkalis, hingga masuk dalam Kawasan Strategis Pariwisata Provinsi Riau, dan Kawasan Strategis Pariwisata Nasional.
Melalui surat keputusan (SK) Nomor: 445/KPTS/VI/2021, Desa Tanjung Punak ditetapkan sebagai desa wisata. SK tersebut ditandatangani oleh Bupati Bengkalis pada 29 Juni 2021 lalu.
Potensi wisata bahari di desa ini menjadi andalan bagi Provinsi Riau. Pantainya berpasir putih kecoklatan, terhampar luas sejauh mata memandang. Ada lima pantai yang memesona, yakni Pantai Tanjung Lapin, Pantai Benut Lestari (Pantai Kuda), Pantai Cemara, dan Pantai Tanjung Punak. Lokasinya berada di bibir pantai Selat Malaka, berbatasan langsung dengan negara jiran Malaysia.
Potensi wisata budaya juga masih dilestarikan di desa ini, yakni Festival Mandi Shafar. Agenda wisata ini dilaksanakan setiap Rabu terakhir pada bulan Safar dalam penanggalan tahun hijriah setiap tahunnya.
Festival Mandi Shafar mampu menjadi magnet ratusan wisatawan lokal. Mereka datang untuk mandi, sekaligus menikmati panorama indahnya Pantai Lapin sembari menikmati kuliner yang tersedia.
Selain itu, ada pula Tari Zapin Api. Tarian yang penuh magis dan mistis ini sudah ditetapkan sebagai Warisan Budaya Tak Benda (WBTB) atau Intangible Culture Heritage (ICH). Tarian ini hanya ada di Pulau Rupat, atraksinya mengharuskan para penarinya untuk menari-nari di tengah bara api. Uniknya, mereka sama sekali mereka sedikit pun tak merasa panas, malah terlihat justru menikmatinya.
Semenjak diresmikannya Tol Pekanbaru-Dumai, perlahan nama Pulau Rupat di Kabupaten Bengkalis mulai diminati sebagai destinasi wisata pantai bagi warga Pekanbaru, bahkan dari provinsi tetangga.
Dari Kota Dumai ada dua jalur untuk menuju Tanjung Punak, yakni jalur laut dan jalur darat. Jika melalui jalur darat, waktu tempuhnya berkisar 3 jam. Sementara kalau melalui jalur laut bisa ditempuh selama 1 jam 30 menit dari pelabuhan Dumai.
Kepala Dispar Riau Roni Rakhmat mengakui, kawasan pantai di Desa Wisata Tanjung Punak cukup populer dan memiliki karakteristik. Tak sedikit wisatawan yang datang setelah melihat pesonanya di media sosial dan media massa.
"Dispar Provinsi Riau terus berupaya menggenjot kawasan tersebut menjadi destinasi wisata yang diminati banyak wisatawan. Di antaranya dengan melakukan pembinaan kepada kelompok sadar wisata di sana. Kemudian, juga rutin menggelar agenda wisata tahunan seperti event Culture Paradise Festival Rupat dan Running 10K," ujar Roni.
Dijelaskan dia, Festival Rupat dan Running 10K telah diikuti sejumlah wisatawan asing dari Amerika Serikat (AS). Hal ini menandakan Pulau Rupat semakin di kenal oleh turis internasional. Selain itu, wisatawan nusantara dari Jawa Barat, Jakarta, Jawa Tengah, Kepulauan Riau, Sumatra Barat, dan Sumatra Selatan juga pernah datang.
Roni Rakhmat berujar, pariwisata di Kabupaten Bengkalis sudah tersohor di mancanegara. Hal ini tak lepas dari komitmen dari pemerintah daerah setempat yang terus menggenjot sektor pariwisata dan ekonomi kreatif (parekraf) di daerah itu.
"Kabupaten Bengkalis terus membuktikan komitmen untuk memajukan sektor parekraf. Hal ini terbukti dengan pengelolaan destinasi wisata yang mampu memikat wisatawan. Destinasi wisata ini juga diharapkan berdampak positif pada masyarakat setempat dan UMKM," tandas Roni Rakhmat. (rls/rio)