PEKANBARU (RIAUPOS.CO) - Para jemaah calon haji (JCH) Riau yang sudah berada di Makkah saat ini kembali melaksanakan manasik haji. Kegiatan tersebut dilakukan sebagai persiapan menghadapi puncak haji dan Armuzna (Arafah, Muzdalifah, dan Mina).
Kepala Kantor Wilayah Kementerian Agama RiauMahyudin mengatakan, manasik haji diikuti tiga rombongan setiap harinya secara bergilir. Kegiatan ini dipandu langsung pembimbing ibadah Dr HM Fakhri MA, Ketua Kloter Fahmi Wahyudi, dokter, paramedis serta petugas haji daerah (PHD) yang ada.
“Manasik haji dilakukan dalam rangka pemantapan persiapan pelaksanaan puncak ibadah haji. Dengan dilakukannya manasik ini, jemaah bisa mandiri dalam melakasanakan ibadahnya. Walaupun mandiri, jemaah tetap berada dalam pengawasn ketua regu, ketua rombongan, dan ketua kloter,” katanya, Jumat (1/7).
Pada kesempatan tersebut, Mahyudin juga memberikan apresiasinya kepada petugas yang peduli dengan jemaahnya. Baik JCH yang bermasalah dengan kesehatan, maupun memberikan pemahaman ulang terhadap ilmu manasik haji yang telah didapat selama di Tanah Air.
“Saya selalu memantau aktivitas JCH Riau dari laporan yang disampaikan oleh petugas yang ada di kloter. Saya memberikan apresiasi atas apa yang dilakukan petugas, atas usaha yang dilakukan petugas dalam membimbing jemaahnya,” ujarnya.
“Baik dari segi kesehatan jemaah maupun dari segi pemahaman ilmu manasik, terlebih masih dalam kondisi pandemi ini. Saya berharap mudah-mudahan seluruh petugas dapat berkoordinasi dengan jemaahnya secara baik,” sambungnya.
Dilaporkan Mahyudin, bahwa akibat cuaca ekstrem dan memiliki penyakit bawaan membuat JCH Riau ada yang dirujuk ke klinik Kesehatan Haji Indonesia (KKHI) Makkah. JCH tersebut atas nama Kasni asal Kecamatan Tapung, Kampar dan tergabung pada Kloter 5 BTH. “Setelah dirawat sejak 23 Juni 2022, akhirnya dirujuk ke rumah sakit,” ujarnya.
Dari laporan tim dokter yang ada di Kloter 5 BTH, JCH atas nama Kasni dirujuk ke rumah sakit karena masalah penyumbatan pembuluh darah di sekitar lutut.
“Mari kita doakan bersama agar Pak Kasni dapat segera sembuh dan bergabung kembali bersama rombongannya untuk beribadah hingga puncak pelaksanaan ibadah haji nantinya di Padang Arafah,” ajaknya.
Dua hari menjelang closing date atau batas akhir penerbangan haji, ada tujuh visa JCH Indonesia yang belum rampung. Kementerian Agama (Kemenag) tetap menargetkan kuota JCH Indonesia yang berjumlah 100.051 orang bisa terisi seluruhnya.
Dirjen Penyelenggaraan Haji dan Umrah Kemenag Hilman Latief menjelaskan, pihaknya menetapkan batas akhir proses visa pada 29 Juni. Namun, masih ada waktu penyelesaian hingga 3 Juli. Pihaknya harus memastikan JCH yang tidak dapat berangkat, baik karena sakit maupun alasan lainnya, bisa digantikan calon jemaah lainnya.
Hingga, Jumat (1/7), lebih dari 86 ribu JCH Indonesia tiba di Tanah Suci. ”Kami ingin mengejar 100 persen meskipun ya 99 persen dari kuota 100.051 orang itu sudah capaian luar biasa,” ujar Hilman.
Sementara itu, Arab Saudi kembali mengeluarkan aturan baru terkait dengan keberangkatan JCH yaitu wajib menunjukkan hasil swab PCR negatif paling lama 72 jam sebelum keberangkatan. Aturan itu dikeluarkan per 1 Zulhijah 1443 Hijriah atau 1 Juli 2022. Padahal, pada 30 Juni lalu, Saudi mengeluarkan aturan swab PCR minimal 48 jam. Ditarik ke belakang lagi pada awal Maret, Saudi telah menghapus aturan karantina dan swab PCR.
Dari Kemenag, belum ada komentar soal aturan baru dari Saudi tersebut. Direktur Pelayanan Haji Luar Negeri Kemenag Subhan Cholid hanya memberikan tangkapan layar aturan terbaru swab PCR yang dikeluarkan GAZA.
Lantas, bagaimana dengan JCH yang hasil swab PCR-nya positif? Kepala Pusat Kesehatan Haji (Puskeshaj) Kementerian Kesehatan (Kemenkes) Budi Sylvana menyatakan, sesuai dengan aturan Saudi, syaratnya jemaah harus negatif Covid-19 dulu. "Jadi, pemberangkatannya ditunda sampai negatif," jelasnya.
Kemudian, jadwal keberangkatan akan disesuaikan lagi dengan ketersediaan kursi penerbangan.(sol/fal/lyn/wan/c14/cak/jpg)