DURI (RIAUPOS.CO) - Masih ada anak-anak yatim yang kesulitan untuk mendapatkan sesuap nasi di kota penghasil minyak, Duri. Meski sulit dipercaya, kenyataan itulah yang dialami Trino (18) dan saudara-saudaranya hampir setiap hari.
Cerita sedih itu berawal ketika yatim lima bersaudara ini ditinggal pergi oleh ibunya yang mengikut suami barunya ke Tanjung Balai Karimun sejak sekitar dua tahun lewat.
“Satu hari kadang kami hanya bisa makan satu kali saja. Sering pula kami tak makan sama sekali. Karena tak ada uang jajan dan sekolah sampai jam empat sore, saya sering makan jambu air di sekolah. Kalau ada kawan yang bawa bekal nasi ke sekolah, saya bisa nebeng sekali-sekali. Terus-terusan tak mungkinlah,” ujar Trisno dengan mata berkaca-kaca. Sesekali air matanya meleleh di pipi.
Didampingi dua adiknya, Ramadhan (15) yang putus sekolah gara-gara tak ada biaya dan Diana (13) kelas VI SD yang ingin menjadi dokter, siswa kelas XI jurusan listrik SMKN 1 Mandau ini menuturkan kisah sedihnya di kediaman pemuka masyarakat, Candra Parker, di BTN Gaya Baru Kelurahan Duri Timur, Ahad (17/1) siang. “Ayah kami sudah lama meninggal.