INDRAGIRI HILIR

Pasca-Ambruknya Jembatan Reteh

Riau | Senin, 09 November 2015 - 10:33 WIB

Pasca-Ambruknya Jembatan Reteh
indra effendi/riau pos gunakan sampan: Warga Desa Kota Baru Seberida menggunakan sampan untuk dapat menyeberang, Sabtu (7/11/2015), pasca-ambruknya Jembatan Reteh beberapa waktu lalu.

Sebelum menaiki sampan ataupun pompong warga harus meniti jerambah kecil, licin yang lebarnya kurang dari 1 meter. Namun terlebih dahulu mereka harus antre untuk mendapat giliran nyeberang.

Jika kurang hati-hati bisa terjatuh ke lumpur atau saat air dalam ikut terseret bersama derasnya air sungai. Bahaya seperti ini tetap mereka lawan demi aktivitas sehari-hari.

Baca Juga :Sampaikan Pesan Pemilu Damai ke Nelayan yang Sedang Melaut

Dalam sekali menyebrang jika membawa sepeda motor warga harus mengeluarkan biaya Rp10 ribu. Sementara anak sekolah Rp2 ribu.

Kondisi ini menjadi keluhan mengingat biaya pulang-pergi  mereka sebesar Rp20 ribu. ”Belum lagi uang minyak kendaraan. Ini harus kita lakukan untuk memenuhi keperluan sehari-hari dan aktivitas yang sudah ada, ” kata Dani warga Kota Baru Reteh, Sabtu (7/11).

Mau tidak mau, terang Dani, ia dan keluarga tetap melakukanya. Dani dan puluhan ribu warga Keritang sangat berharap jika sarana tersebut dapat segera diperbaiki. Pasalnya jembatan itu sebagai akses vital.

“Seluruh aktivitas pemerintahan ada di Seberang (Kelurahan Kota Baru Reteh). Termasuk SMAN 1 Kecamatan Keritang,” jawab Kades Kota Baru Seberida, Tarmizi Yusuf, saat berada di lokasi akhir pekan lalu.

Selain akses ini terdapat akses lainnya yang sama-sama mengandalkan alat transpotasi sampan dan pompong yakni Desa Kembang Mekar Sari. Dari sisi biaya tidak ada beda. Hanya saja jarak tempuh lebih jauh, karena harus memutar.(adv/mal)









Tuliskan Komentar anda dari account Facebook