Saat ditanya Riau Pos, Uci menyebutkan inisiatifnya untuk membawa anaknya ke Posko pengungsian tersebut dikarenakan jarak Posko dengan rumahnya yang terletak di Jalan Delima cukup dekat. Ia menceritakan kondisi anaknya yang terus menurun.
‘’Sejak lima hari lalu, bayi saya demam dan sesak nafas,’’ kata Uci. Malam itu bayinya mengalami sesak nafas yang kuat. Tim medis meminta agar bayinya tinggal dulu untuk mendapatkan perawatan yang intensif dan rawat inap diruangan steril yang sudah disediakan.
Warga lainnya, Ami (24) dengan bayinya yang masih berumur 1 tahun mengungkapkan, Ia bersama sang bayi sudah menginap diruang steril Posko evakuasi selama 2 hari. Memang awalnya kondisi kesehatan anaknya terus menurun hingga akirnya disarankan oleh dokter untuk menginap diruang steril tersebut. ‘’Alhamdulillah di sini kami diberikan fasilitas yang sangat membantu, Kami tidak punya AC dirumah. Ada kipas angin tapi tidak bisa mengusir asap yang masuk ke rumah.
Malam itu, tidak hanya bayinya saja. Beberapa waktu setelah banyinya diberikan oksigen dan ditangani medis, satu unit ambulan memasuki halaman posko tersebut. Enam orang siswa segera dipapah memasuki ruangan. Para siswa tersebut merupakan pelajar SMP IT Madani yang tinggal di asrama.
Enam siswa tersebut juga mengalami kondisi sesak nafas, satu di antaranya dalam kondisi kejang dan tidak sadarkan diri. Mereka langsung mendapatkan pertolongan pertama dari tenaga medis. Petugas juga memberikan oksigen murni untuk mengatasi kondisi rawan tersebut.
Penjaga Asrama SMP IT Madani, Riyo mengungkapkan awalnya siswa-siswa itu melaksanakan salat Magrib berjamaah di Asrama. Ke enam siswa tersebut mengeluhkan demam, pusing, serta sesak nafas. Mendengar keluhan tersebut, Riyo langsung menelepon ambulance untuk mengantar siswa ke tempat pertolongan terdekat. ‘’Kondisi paling parah itu dialami Rudi,’’ ungkapnya kepada Riau Pos.
Ami berharap keluar-keluarga lainnya yang memerlukan bantuan serupa dengan dirnya bisa tertangani. ‘’Semoga pemerintah juga menyiapkan posko seperti ini. Jangan ada lagi yang meninggal dunia karena kabut asap ini. Saya rasa sangat angat banyak anak-anak yang memerlukan bantuan diluar sana,’’ kata Umi. Umi juga berharap bencana kabut asap bisa selesai secepatnya, ‘’Kita semua juga harus bekerja dan beraktivitas di luar ruangan, semoga cepat turun hujan dan kabut asap selesai,’’ ujar Umi.
Koordinator Posko evakuasi korban asap PKS, Fauzi Hermansyah mengungkapkan sejak didirikan sekitar satu bulan yang lalu, posko evakuasi itu telah membantu sekitar 700 orang masyarakat. Gedung lantai tiga milik DPW PKS Riau sengaja dialihfungsikan untuk perawatan korban bencana asap yang dilengkapi fasilitas lengkap. Fauzi menjelaskan, Gedung tiga lantai tersebut memiliki 10 ruangan steril yang diperuntukkan bagi masyarakat yang ingin mengungsi. ‘’Setiap ruangan steril punya fasilitas full AC yang hidup 24 jam serta tabung oksigen yang selalu standby,”jelasnya.
Malam itu, tercatat sebanyak 29 Kepala Keluarga (KK) yang menginap di ruangan steril tersebut. Dikatakannya, jumlah itu akan terus bertambah dikarenakan beberapa masyarakat yang baru masuk yang belum didata. Tidak hanya memberikan pertolongan pertama saja, posko evakuasi korban asap tersebut juga menyediakan fasilitas makan serta minum lengkap dengan multivitamin untuk para korban 3 kali sehari. ‘’Jika ada masyarakat, badan, atau instansi yang ingin memberikan sumbangan juga bisa menyalurkannya disini,” ujar Fauzi.