Penulis selalu saja mendengarkan kecenderungan rakyat merasa kapok alias jera para saat musim pemilu, apa masalahnya karena setelah terpilih sebagian besar pemimpin meninggalkan rakyat yang telah setia memilihnya. Kekhawatiran ini nampaknya masih akan terjadi pada pemilu 2019.
Data dan fakta menunjukkan, masih banyak rakyat di kampung-kampung belum mengenal siapa caleg yang akan dipilih. Lebih memprihatinkan lagi karena ketidaktahuan rakyat terhadap caleg, bukan karena rakyat tidak peduli dengan pemilu, tetapi karena pada umumnya caleg tidak pernah muncul dihadapan rakyat.
Sebaliknya yang muncul dan sibuk menemui rakyat bukan langsung caleg tetapi baleho, spanduk dan kartu nama yang ditenteng tim suksesnya. Memangnya rakyat mau milih tim sukses? Kata salah seorang pemilih dengan nada sinis saat ditemui di kampung-kampung ketika penulis turut serta andil dalam pendidikan politik untuk caleg DPR RI.
Kemunculan alat peraga kampanye (APK ) memasang baleho super jumbo dan betebaran disimpan jalan ternyata hanya menjadi pajangan tetapi tidak merubah pilihan. Namun disisi lain membawa keberuntungan usaha percetakan serta berkah orderan pemasang baleho.
Kendati ada kekecewaan rakyat masih menghargai setiap mendapat undangan. Hanya saja rata- rata setiap pertemuan seakan di depan pengadilan. Kenapa ? Rakyat menuntut permintaan sementara pemimpin terpilih jelang akhir jabatan tak pernah nongol. Celakanya tingkat pengenalan masyarakat terhadap figur calon pemimpin sangat terbatas.
Maka yang terjadi adalah mencoblos calon pemimpin yang tidak dikenalnya. Ketika calon berhasil meraih jabatan rakyat ditinggalkan. Muncullah istilah rame- rame mendorong mobil mogok setelah mesin hidup ditinggal begitu saja. Sementara pemilih tidak lagi bisa berbuat apa- apa, karena tidak tahu menahu asal muasal apalagi alamat rumahnya, memilih ke TPS tetapi tidak mengenal yang dicoblosnya.
Agar tidak berulang lagi peristuwa mendorong mobil mogok, maka masyarakat harus dikenalkan mencoblos calon pemimpin yang mengakar di daerahnya sehingga ibarat sopir jika ia melarikan diri warga cukup menunggu di depan pintu rumahnya.***