INTERUPSI

Mendorong Mobil Mogok

Riau | Senin, 28 Januari 2019 - 10:03 WIB

Mendorong Mobil Mogok

Oleh: Bagus Santoso, Mahasiswa S3 Ilmu Politik, Praktisi Politik dan Anggota DPRD Riau

Baca Juga :Sampaikan Pesan Pemilu Damai ke Nelayan yang Sedang Melaut

SELAMA ini kontruksi pemikiran orang pada umumnya mengatakan masa depan suatu bangsa atau daerah ditentukan oleh pemimpinnya. Namun setelah direnungi lebih dalam, ternyata ada kesalahan mendasar dalam memahami proses lahirnya seorang pemimpin atau legislator dalam menahkodai suatu bangsa atau daerah. Yang benar adalah masa depan suatu bangsa atau daerah bukan ditentukan oleh pemimpinnya, tetapi mutlak ditentukan oleh rakyatnya.

Menuju Pemilu 2019, mungkin kurang lima menit waktu yang diperlukan rakyat di bilik suara untuk menentukan pilihan siapa pemimpin yang diberi kepercayaan membangun bangsa dan daerahnya. Kalau rakyat memilih pemimpin yang benar dan amanah, otomatis bangsa dan daerahnya akan berkembang dangan baik menuju kemajuan. Sebaliknya kalau rakyat memilih pemimpin yang salah dan bermental “dagang sapi” otomatis juga bangsa dan daerahnya akan terabaikan.

Ibarat sebuah bus antar kota yang penuh sesak penumpang, tentu tergantung sopirnya. Kalau sopirnya cerdas, cekatan dan memahami segala kondisi jalan, tentu penumpangnya (rakyat) bisa menuju dan sampai ke kota bahagia. Sebaliknya kalau sopirnya tidak memahami seluk beluk jalan dan kondisi mobil, maka ada dua kemungkinan. Pertama, kemungkinannya mobil tetap melaju, namun tidak sampai kota sejahtera tetapi berbelok masuk jurang.

Kedua, kemungkinan tetap melaju tetapi di tengah jalan mobil mogok. Akibatnya seluruh penumpang (rakyat) harus ikut mendorong mobil mogok. Dari titik inilah tulisan ini mulai menarik diikuti. Betapa tidak, setiap musim pemilu Indonesia selalu dilanda inflasi politisi.

Suatu kondisi dimana secara kuantitas jumlah politisi jauh melebihi kuota yang dibutuhkan, sementara secara kualitas belum bisa diharapkan memenuhi ekpektasi rakyat.

Dampak inflasi politisi yang kemudian menyerbu masuk pasar demokrasi menjadi caleg (calon anggota legislatif) yang paling dirasakan, adalah rakyat (pemilih) mengalami kebingungan harus memilih yang mana diantara banyaknya pilihan. Terlebih kalau para caleg itu hanya muncul dadakan pada saat musim pemilu, sehingga hampir tidak ada ruang dan waktu bagi rakyat untuk memahami lebih dalam kerakter dan perilaku sang caleg.

Apakah layak diberi amanah untuk mendesain masa depan bangsa dan daerah. Kondisi ketidakpahaman rakyat terhadap sosok pemimpin dan legislator yang akan dipilih pada Pemilu 2019 ini,  sangat membahayakan bagi masa depan bangsa dan daerah. Jangan sampai rakyat memilih pemimpin dan legislatornya seperti “mendorong mobil mogok”.









Tuliskan Komentar anda dari account Facebook