Di antara yang memprediksi Iduladha jatuh pada 22 Agustus adalah Kepala Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (Lapan) Thomas Djamaluddin.
“Posisi hilal masih minus atau di bawah ufuk,” katanya di sela mengikuti puncak peringatan Hari Kebangkitan Teknologi Nasional (Hakteknas) ke-23 di Pekanbaru, Jumat (10/8).
Dengan posisi hilal yang masih di bawah ufuk, maka hampir dipastikan hilal tidak akan bisa dirukyah atau diamati melalui teleskop. Sehingga bakal diputuskan jumlah hari di bulan Zulkaidah digenapkan (istimal) menjadi 30 hari. Maka 1Zulhijjah bakal jatuh pada Senin 13 Agustus dan Idul Adha (10 Zulhijjah) jatuh pada 22 Agustus.
Thomas mengatakan Lapan akan ikut melakukan rukyah atau pemantauan hilal. Pemantauan itu dilakukan di kantor Lapan di Pasuruan, Garut, Pontianak, dan sejumlah kantor Lapan lainnya. “In sha Allah awal Ramadan, Idulfitri, dan Iduladha serempak sampai 2021,” tutur dia.
Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) juga ikut melakukan pemantauan hilal. Kabag Humas BMKG Hary Tirto Djatmiko mengatakan BMKG menyiapkan 21 titik lokasi pengamatan hilal. Di antaranya di Bukit Condrodipo, Gresik; helipad di AURI Ngliyep, Donomulyo, Malang; Stasiun Geofisika Yogyakarta; dan di Pulau Nias, Sumatera Utara.
Menteri Agama Lukman Hakim menjelaskan bahwa sidang isbat akan dilakukan setelah waktu Magrib. Dia berharap Iduladha kali ini tidak ada perbedaan waktu.
”Mudah-mudahan sama,” ucapnya.
Sementara itu untuk pemantauan hilal akan dilakukan di banyak titik. Lukman tidak bisa menyebut jumlah pasti. Namun dia menuturkan jumlahnya tak akan jauh beda dengan pemantauan hilal Idulfitri lalu.
”Kalau tahun lalu ada 90-an titik. Nanti kita dengar laporannnya,” ungkap Lukman.(sol/wan/lyn/jpg)