ALENIA - FITRIANDI SPD MPD

Bonita: Kisah Harimau dan Manusia

Riau | Minggu, 29 April 2018 - 09:47 WIB

Bonita: Kisah Harimau dan Manusia
Fitriandi SPd MPd

Dalam sebulan terakhir masyarakat Riau dihebohkan dengan kasus mengganasnya harimau di Indragiri Hilir. Harimau Sumatra yang diberi nama Bonita oleh tim BKSDA Riau telah menewaskan dua orang manusia, yakni Jumiati dan Yusri Effendi. Banyak analisis dari para ahli mengenai kasus penyerangan harimau kepada manusia. Ada indikasi bahwa terjadi perubahan perilaku pada satwa yang dilindungi ini sehingga mereka agresif menyerang manusia. Hal ini bisa jadi disebabkan virus dari hewan mangsanya, alam yang telah dirusak, ada motif balas dendam (menurut kabar burung bahwa masyarakat pernah membunuh dan memasak anak harimau), dan faktor perburuan yang dilakukan oleh manusia.

Harimau adalah hewan berbadan kekar dan memiliki otot-otot yang kuat. Kuku-kukunya yang sangat tajam dapat disembunyikan jika sedang tidak digunakan. Harimau memiliki daerah jelajah yang berbeda-beda dan suka menyendiri (soliter).

Baca Juga :Sampaikan Pesan Pemilu Damai ke Nelayan yang Sedang Melaut

Sebagai hewan penyendiri harimau dapat menyerang siapa saja untuk mempertahankan dirinya. Bagi harimau lebih baik menyerang daripada diserang. Walaupun demikian, sebetulnya harimau takut pada manusia. Hanya harimau tua yang tidak tangkas lagi yang mencari manusia sebagai sasaran.

Banyak cerita dan mitos berseliweran sehubungan dengan mengganasnya si Bonita ini. Bagi masyarakat Riau cukup banyak mitos yang berhubungan dengan binatang yang dijuluki si raja rimba ini. Dalam kasus Bonita berkembang mitos bahwa yang dilakukannya adalah balas dendam. Menurut cerita yang berkembang di masyarakat di kawasan Indragiri Hilir, memang ada permusuhan antara manusia dan harimau.

Masyarakat percaya bahwa si Bonita mendapat sebuah tugas atau perintah yang berkaitan dengan manusia. Masyarakat Inhil meyakini bahwa Bonita adalah harimau yang ditunggangi oleh makhluk halus seperti seorang kakek. Makhluk halus itu disebut mengenakan jubah dan kakinya diikat kain kuning yang melilit ke kaki belakang Bonita. Percaya atau tidak, menurut tim BKSDA cerita itu ada kemiripan dengan karakteristik pada Bonita. Pada kakinya terdapat belang kuning melingkar. Harimau pada umumya tidak ada belang seperti itu.

Kearifan lokal dalam bentuk mitos tentang harimau bukan hanya di masyarakat Indragiri Hilir saja. Dalam tradisi Talang Mamak di Indragiri Hulu, mereka percaya dengan kesakralan keberadaan harimau, bahkan saat berhubungan dengan makhluk ini perlu diadakan ritual khusus.

Bukan hanya mitos, legenda tentang harimau juga hidup di masyarakat Riau, antara lain Legenda Harimau Tengkes di Kabuten Siak. Harimau Tengkes merupakan harimau siluman peliharaan Sultan Mahmud pada masa kerajaan Gasib (Siak). Sang raja dipercaya memiliki kesaktian kebal terhadap senjata tajam apabila kakinya menginjak tanah. Harimau Tengkes memiliki arti harimau yang pincang kaki kiri bagian belakangnya. Konon harimau ini pernah berbuat salah pada Sultan Gasib sehingga sultan menghukumnya dengan memukul kaki kirinya. Di Kota Dumai, pun terdapat legenda tentang harimau. Bukit Datuk yang menjadi nama sebuah kelurahan di kota tersebut dipercaya dijaga seekor harimau.

Dalam hubungan manusia dan harimau juga terdapat dalam karya sastra Indonesia, yang paling terkenal tentunya novel Harimau-Harimau karya Moctar Lubis. Tokoh utama dalam novel itu bernama Buyung adalah seorang pemuda yang baru berumur 19 tahun yang mencari nafkah ke hutan belantara. Buyung adalah pengumpul damar bersama Wak Katok, Pak Haji, Pak Balam, Sutan, Sanip, dan Talib yang menemaninya. Mereka bertujuh pergi ke hutan untuk mengumpulkan damar.









Tuliskan Komentar anda dari account Facebook