CERITA RASIDAH ALFEDRI SAAT BERJUANG BERSAMA SANG KAKAK PROF DR HJ SRI INDARTI MSI

Sosok yang Tegas, Berani, Bertanggung Jawab dan Amanah

Riau | Senin, 01 Agustus 2022 - 10:12 WIB

Sosok yang Tegas, Berani, Bertanggung Jawab dan Amanah
Rasidah Alfedri dan Khairunisa dirangkul Sri Indarti di kediaman Rasidah, beberapa waktu lalu. (MONANG LUBIS/RIAUPOS.CO)

SIAK (RIAUPOS.CO) - Usia Rasidah dengan sang kakak terpaut tiga tahun. Ketika berangkat ke Pekanbaru untuk melanjutkan sekolah, usia Rasidah 11 tahun. Rasidah diterima di SMPN 3, sedangkan Sri Indarti diterima di SMPP sekarang SMAN 8.

Ketika itu, Rasidah pertama sekali jauh dari orangtua, sementara Sri Indarti sudah yang kedua jauh dari orangtua. Sebelumnya, Sri Indarti di usia 11 tahun, sudah sekolah di Rengat. 


Ketika itu, Sri Indarti sekolah di SMPN 1 Rengat. Dia tinggal di rumah teman ayah. Dan setiap pulang, dikatakan Rasidah, banyak hal yang diceritakan sang kakak, dan dia membantu Rasidah belajar.

"Ayah dan ibu rela menahan rindu karena harus jauh dari putri putrinya, namun mereka ikhlas asalkan kami dapat mengenyam pendidikan yang baik," ucap Rasidah.

Rasidah tiga bersaudara, dia punya adik bungsu bernama Khairunisa, usianya terpaut 9 tahun. Saat ini Khairunisa ASN di Disbun Provinsi. 

Pertama merintis keluar dari kampung adalah kak Sri Indarti. Dia SD di Sungai Salak, Inhil, lalu
melanjutkan SMP ke Rengat, Inhu, karena di kampung belum ada SMP. 

"Untuk bisa sampai, kami menyeberangi tiga sungai menggunakan rakit, dan dia kadang ikut mengantar sang kakak," jelas Rasidah.

Tamat SMP di Rengat, kebetulan Pak Cik atau adik ibu diterima sebagai dosen di UIN, dulu IAIN dan kampusnya di Jalan Ahmad Dahlan Sukajadi.

"Saat itu, saya juga tamat SD. Maka dititiplah kami di kediaman Pak Cik yang tinggal di Jalan Balam, Sukajadi, Pekanbaru," ucap Rasidah.

Sejak SD dikatakan Rasidah, kakaknya memang berprestasi. Menurut Rasidah, semangatnya belajar juga terinspirasi dari sang kakak, sehingga nilai rapornya tak kalah bagus dengan sang kakak.

"Di Penbaru, Kak Sri Indarti yang mengurus saya, seperti ibu sendiri. Dia yang mencucikan baju dan mengurus semuanya termasuk keuangan," kata Rasidah.

Dikatakan Rasidah, meski harus direpotkan mengurus adiknya, Kak Sri Indarti begitu
bersemangat.  Dia ke sekolah naik sepeda, dari Jalan Balam Sukajadi, sampai ke Gobah. 

Meski belum seramai sekarang, namun bersepeda dari belakang IAIN ke Gobah tetap terasa jauh. Dan Pak Cik orangnya sangat disiplin. Aktivitas apapun, memang selalu dalam pantauannya. Pernah suatu pagi, Kak Sri enggan membawa sepeda, diam diam ban sepeda dikempiskannya, sehingga dia dan Kak Sri Indarti dilepas Pak Cik, naik oplet. 

"Hal itu tentu saja membuat Kak Sri bergembira, sebab tak harus mengayuh sepeda," kata Rasidah.

Bicara mengayuh sepeda, pernah juga ada tugas dari kertas karton. Dan tugas itu diletak Rasidah di keranjang sepeda.

Ketika sampai di sekolah, dia baru tersadar tugasnya terbawa sang kakak.

Tak lama Kak Sri Indarti muncul mengantar tugas tersebut. Dikatakan Rasidah, meski lelah kakaknya itu masih bisa tersenyum.  "Dia berusaha tak memperlihatkan itu, dia selalu ingin melihat saya gembira," kata Rasidah.

Rasidah dan kakaknya semakin ke sini, semakin sering naik oplet, kadang jalan. Terlebih, setelah kuliah. Kak Sri Indarti diterima di Fakultas Ekonomi Unri, sedangkan Rasidah diterima di SMAN 3, sekarang SMAN 5, Jalan Belimbing.

Dan pernah beberapa kali, ketika persediaan belanja semakin menipis, Kak Sri Indarti membuat pilihan, mau naik oplet tapi tidak jajan, atau jajan tapi jalan kaki.

Dikatakan Rasidah, situasi itu diingatnya sampai sekarang. Rasidah menyeka air mata saat menceritakan hal itu.

Disebutkannya, mereka sepakat jalan kaki dari Jalan Balam Sukajadi, masuk Jalan Dagang, lalu
ke Jalan Nangka sekarang Tuanku Tambusai. Keduanya berpisah di Jalan Nangka. Rasidah masuk ke Jalan Manggis lalu ke Jalan Belimbing. Sementara Kak Sri Indarti lurus dari Jalan Nangka, lewat Pasar Cik Puan, masuk Jalan Sudirman, menyeberang lalu ke Jalan Pattimura.

Diakui Rasidah, orangtuanya mampu, tidak terlalu susah, namun mereka menginginkan anaknya mandiri. "Saya bersyukur punya kakak yang tegas, berani, bertanggung jawab dan amanah. Meski merantau, jauh dari orangtua, harus mengurus adik, namun tetap berprestasi," ucap Rasidah.

Apa yang diraih Kak Sri Indarti saat ini, menurut Rasidah, dia memang pantas mendapatkannya. Sebab Kak Sri Indarti memang pekerja keras.

Bahkan ketika melanjutkan S2 di Unand Padang, dia membagi waktu dengan sang ayah yang sedang stroke. Dia membawa ayah untuk berobat di sana. Demikianlah Kak Sri Indarti terhadap keluarga.

Menurut Rasidah, kakaknya itu ada juga cerita diminta teman temannya untuk menjadi Rektor. Namun, ketika itu dua anaknya masih menjalani pendidikan. Sekarang anaknya sudah selesai semua.

Tak enak tiga kali diminta dan terus menerus menolak. Akhirnya Kak Sri Indarti menerima permintaan itu. Dan Kak Sri meminta didoakan agar semua dimudahkan. Kak Sri tidak terlalu berambisi untuk menjadi rektor. Apa yang dilakukannya, sepenuhnya bentuk pengabdiannya sebagai alumni dan dosen serta akademisi.

"Ketika Allah berkehendak, dan Kak Sri Indarti menjadi Rektor Unri pertama yang perempuan, tentu membawa haru. Membuat saya mengingat perjuangan kami, hingga sampai berada di titik ini," ungkap Rasidah.

Itulah perjalanan hidup. Tak ada yang bisa menebak takdir seseorang. Tapi, apa yang diperjuangkan tidak akan mengkhianati hasilnya, semua akan setimpal.***

Laporan MONANG LUBIS, Siak









Tuliskan Komentar anda dari account Facebook