JAKARTA (RIAUPOS.CO) - Pakar politik Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Wasisto Raharjo Jati, menilai, PAN yang bergabung ke koalisi pemerintahan Presiden Joko Widodo (Jokowi) merupakan mitigasi politik terhadap keberlangsungan koalisi.
Menurut Wasisto, bukan tidak mungkin satu atau dua partai politik koalisi Jokowi akan bermanuver di tengah pandemi virus corona (Covid-19) dan menjelang Pemilu 2024.
"Saya pikir masuknya PAN ke koalisi kali ini lebih pada upaya mitigasi politik terhadap koalisi ke depan. Karena bila ada satu partai parlemen itu bermanuver dan memisahkan diri dari koalisi, maka ada PAN sebagai penggantinya," kata Wasisto saat dihubungi di Jakarta.
Wasisto mengatakan, pandemi Covid-19 memungkinkan elit politik saat ini untuk tebar pesona menjadi figur populis. Kondisi tersebut, katanya, berpotensi menggoda salah satu atau dua parpol koalisi keluar dari koalisi demi kepentingan politik pada 2024.
"Hal ini disadari oleh koalisi maupun oposisi bahwa mereka bisa saja berganti oposisi atau mungkin bersinergi untuk berwacana politik untuk 2024. Sehingga adanya friksi, riak-riak kecil, atau mungkin konsolidasi," ujarnya.
Di sisi lain, Wasisto berpendapat PAN bergabung ke koalisi pemerintahan juga menjadi strategi untuk menekan oposisi yang tersisa. Saat ini hanya PKS dan Demokrat, partai pemilik kursi di DPR, yang berada di luar koalisi.
"Saya pikir itu bagian strategi politik dari koalisi untuk menekan oposisi yang tersisa agar tidak terlalu mempolitisasi sisi kelemahan pemerintah soal pandemi atau kebijakan lain demi elektabilitas mereka di 2024," pungkasnya.
Sebelumnya, Sekretaris Jenderal NasDem Johnny G Plate menyebut PAN resmi bergabung dalam koalisi. Kepastian PAN masuk dalam koalisi itu terjadi setelah Ketua Umum dan Sekjen PAN, Zulkifli Hasan dan Eddy Soeparno hadir dalam
Dengan merapatnya PAN, Jokowi mendapat dukungan dari tujuh partai politik di DPR. Mantan wali kota Solo itu berhasil mengamankan 471 kursi parlemen. Selain itu, Jokowi juga mengantongi perolehan suara partai pada Pemilu 2019 sebesar 77,31 persen.
Perolehan suara partai pada Pemilu 2019 lalu antara lain PDIP 19,33 persen; Gerindra 12,57 persen; Golkar 12,31 persen; PKB 9,69 persen; Nasdem 9,05 persen; PKS 8,21 persen; Demokrat 7,77 persen; PAN 6,84 persen; serta PPP 4,52 persen.
Kemudian, Perindo 2,67 persen; Berkarya 2,09 persen; PSI 1,89 persen; Hanura 1,54 persen; PBB 0,79 persen; Garuda 0,50 persen; serta PKPI 0,22 persen.
Sumber: JPNN/News/CNN/Berbagai Sumber
Editor: Hary B Koriun