KEMBALI DIPERINGATI

PDIP Sebut Kudatuli Rekayasa Politik Orde Baru Bungkam Demokrasi

Politik | Sabtu, 28 Juli 2018 - 19:45 WIB

PDIP Sebut Kudatuli Rekayasa Politik Orde Baru Bungkam Demokrasi
Sekretaris Jenderal PDI Perjuangan Hasto Kristiyanto. (JPG)

GUNUNG KIDUL (RIAUPOS.CO) - Seluruh kader PDIP diajak untuk mengingat dengan mendalam peristiwa kerusuhan 27 Juli 1996 (Kudatuli). Hal itu disampaikan Sekjen PDIP Hasto Kristiyanto.

Hal itu diungkapkannya saat menghadiri pentas seni budaya peringatan peristiwa Kudatuli, di Telaga Jonge, Desa Pacarejo, Kecamatan, Semanu, Kabupaten Gunung Kidul, Jumat (27/7/2018).

Baca Juga :Ketua PDIP Kuansing H Halim Siapkan Motor KLX Bagi Caleg yang Berhasil Raih 2.000 Suara

"Peristiwa tersebut merupakan skenario rekayasa politik Orde Baru untuk membungkam demokrasi arus bawah dengan kekerasan," ujarnya di hadapan ribuan kader dan masyarakat yang membuat Telaga Jonge menjadi merah.

Dia pun mengingatkan pesan dari Ketua Umum PDI Perjuangan Megawati Soekarnoputri yang meminta kadernya tidak menggunakan kekerasan di dalam menyikapi peristiwa kekerasan itu.

Untuk diketahui, pada 1993, Megawati lewat Kongres Surabaya terpilih menjadi Ketua Umum PDI hingga periode 1998. Akan tetapi, terpilihnya Megawati tak mendapat restu dari pemerintah Soeharto sehingga dibuatlah PDI tandingan.

PDI tandingan yang yang difasilitasi Orde Baru lantas menggelar kongres di Medan dan memilih Soerjadi sebagai ketua umum. Adapun upaya massa PDI Soerjadi merebut kantor PDI Pro-Mega inilah yang memicu terjadinya peristiwa Kudatuli.

Diketahui, dalam perjalanannya menghadapi Pemilu 1999, PDI Pro-Mega berubah nama menjadi PDI Perjuangan yang kemudian dideklarasikan pada 1 Februari 1999. Kata Hasto, dalam Pemilu 1999 PDI Perjuangan mampu merebut mayoritas hati rakyat Indonesia yang rindu akan perubahan.

Kala itu, PDI Perjuangan menang dengan 33 persen suara.

"Rakyat menghendaki PDI Perjuangan untuk menang," teriak Hasto yang disambut gemuruh kader.

Dia lantas mengajak seluruh kader untuk mengetuk pintu masyarakat dalam rangka mendengarkan aspirasi untuk menjaga kepercayaan rakyat. Dalam peringatan Kudatuli di Telaga Jonge ini ditampilkan beberapa kesenian tradisional antara lain reog, rampak buto, barongsai, dan ragam kesenian lainnya. (adk)

Sumber: JPNN

Editor: Boy Riza Utama









Tuliskan Komentar anda dari account Facebook