JAKARTA (RIAUPOS.CO) - Keluhan Ketua Umum Partai Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) terkait koalisi menjelang Pilpres 2019 membuat Ketua DPP Bidang Kehormatan PDI Perjuangan Komarudin Watubun mengaku heran. Dia menilai, SBY selalu bertanya kepada Presiden Joko Widodo mengenai kemungkinan Partai Demokrat diterima partai koalisi. Kata dia, SBY mengklaim Jokowi memberi jaminan partai koalisi bisa menerima Demokrat.
Baca Juga :
SBY Ingatkan Caleg Demokrat Jangan Janji Muluk-Muluk
“Kenapa beliau peragu? Kenapa jadi Bu Mega (Ketum PDIP Megawati Soekarnoputri) yang disalahkan? Masalahnya ada di Pak SBY sendiri,” ujarnya, Jumat (27/7/2018).
Di sisi lain, dia pun heran soal pernyataan SBY mengenai hubungannya dengan Megawati yang belum pulih. Padahal, imbuhnya, Jokowi sudah mempersatukan mantan presiden dan wakil presiden dalam upacara kemerdekaan ke-72 Indonesia.
Diterangkannya, saat itu publik bisa melihat momen ketika SBY dan Ani Yudhoyono bersalaman dengan Megawati.
“Sekarang Pak SBY kembali berulah lagi tentang hubungan dengan Ibu Mega belum pulih? Ini SBY dihantui oleh perasaannya sendiri,” ungkap Bung Komar, sapaannya.
Menurutnya, Sekjen PDIP Hasto Kristiyanto juga pernah memberi jaminan saat menerima kedatangan Wakil Ketua Dewan Pembina Demokrat Agus Hermanto.
“Jadi, di mana Ibu Mega menghambat koalisi itu? Kami tidak mempersoalkan ketika Demokrat gabung dengan Pak Jokowi,” paparnya.
Semua fakta itu, sambungnya, menjadi bukti bahwa SBY tidak memercayai jaminan dari Jokowi. Oleh sebab itu, dia meminta SBY tidak mencatut nama Megawati.
“Jelas sudah bahwa gagalnya kerja sama tersebut murni karena Pak SBY sendiri. Jangan bawa-bawa nama Ibu Megawati. Beliau itu selalu diam. Kapan Ibu Mega mencela Pak SBY? Tidak pernah,” tegasnya.
Lebih jauh disebutkannya, politik seharusnya penuh dengan narasi membangun bangsa dan negara, bukan bapak dan anak.
“Maaf, ya. Sebagai ketua DPP PDI Perjuangan sekaligus putra Indonesia Timur, saya sungguh kecewa dengan politik model dikasihani ala Pak SBY ini,” tuntas anggota Komisi II DPR RI itu. (boy)
Sumber: JPNN
Editor: Boy Riza Utama