JAKARTA (RIAUPOS.CO) -- Habisnya kesempatan Presiden Joko Widodo sebagai petahana membuat pertarungan di Pemilihan Presiden (Pilpres) 2024 menjadi terbuka. Sejumlah nama potensial pun bermunculan mendamingi nama-nama lama.
Berdasarkan survei yang dilakukan Indo Barometer, dari 15 nama-nama yang potensial melaju dalam kontestasi Pilpres, di dominasi dari gerbong. Yakni dari kabinet dan kepala daerah. Dari kabinet, ada nama Prabowo Subianto, Erick Thohir, Mahfud MD, Nadiem Makarim, Suharso Monoarfa, hingga Tito Karnavian.
Sementara dari gerbong kepala daerah, ada nama Anies Baswedan, Ganjar Pranowo, Tri Rismaharini, Khofifah Indar Parawansa, Ridwan Kamil, Nurdin Abdullah. Di luar kedua gerbong terebut, menyodok tiga nama, yakni Agus Harimurti Yudhoyono (AHY), Puan Maharani dan Sandiaga Salahudin Uno.
Dari nama-nama tersebut, elektabilitas Prabowo Subianto berada di urutan pertama dengan 22,5 persen. Di ikuti Anies (14,3), Sandiaga (8,1), Ganjar (7,7), Risma (6,8) dan AHY (5,7).
Direktur Eksekutif Indo Barometer, Muhammad Qodari mengatakan, munculnya nama Prabowo di posisi pucuk sebagai hal yang wajar. Sebab, Prabowo merupakan tokoh dengan pengenalan tinggi sebagai mantan calon presiden dengan 94,8 persen.
Menyodoknya nama Anies juga tak lepas dari tingkat pengenalan masyarakat sebagai Gubernur DKI Jakarta yang mencapai 91,7 persen. "Untuk dipilih harus dikenal. Tidak dikenal, tidak mungkin dipilih," ujarnya di Senayan, Jakarta, kemarin (23/2).
Kemudian munculnya nama Ganjar, Khofifah hingga Risma juga tak lepas dari statusnya sebagai kepala daerah. Pasca dilakukannya Pilkada langsung, lanjut dia, Kepala Daerah menjadi jalur yang paling seksi untuk menuju istana. Sebab, kebijakannya dipantau langsung oleh masyarakat. Khususnya kepala daerah di wilayah padat penduduk seperti di Jawa.
Meski demikian, Qodari menilai nama-nama tersebut belum aman. Sebab, jika berkaca pada pengalaman jelang Pilpres 2014 lalu, nama Jokowi baru muncul dua tahun belakangan. "Setelah Pilpres 2009, nama Capres selanjutnya yang muncul Megawati. 2012 Prabowo naik nomor 1, 2013 Jokowi muncul," imbuhnya. dengan demikian, dia menilai kondisi masih sangat dinamis.
Wakil Ketua Umum DPP Golkar Ahmad Doli Kurnia mennargetkan tahun 2024 menjadi titik balik bagi Golkar untuk kembali mengusung calonnya setelah dua kali pemilu absen. "Berdasarkan pengalaman 2014 dan 2019, ketika calon punya capres ternyata member efek terhadap elektabilitas partai," ujarnya.
Survei PPI
Saat bersamaan kemarin, Parameter Politik Indonesia (PPI) juga merilis hasil survei proyeksi politik 2024. Survei tersebut menjaring 30 tokoh dengan popularitas tinggi. Mirip-mirip dengan survei Indo Barometer, survei PPI juga menempatkan nama-nama tenar seperti Prabowo Subianto, Sandiaga Salahuddin Uno, Anies Baswedan, Ganjar Pranowo, Agus Harimurti Yudhoyono, Tri Rismaharini hingga Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok. "Mereka berpotensi masuk dalam bursa capares cawapres 2024," kata Direktur Eksekutif PPI Adi Prayitno, kemarin.
Dari sisi elektabilitas, Prabowo Subianto nangkring sebagai capres dengan elektabilitas tertinggi mencapai 17,3 persen. Adi menyampaikan sangat logis kalau ketua umum Partai Gerindra itu punya elektabilitas tertinggi saat ini. Dalam dua kali pilpres, 2014 dan 2019, Prabowo mampu meraup suara signifikan.
Di bawah Prabowo Subianto, pemilik elektabilitas kedua adalah Sandiaga Uno dengan 9,1 persen. Menurut Adi, tingkat kesukaan publik atas Sandiaga cukup tinggi. Mantan cawapres Prabowo di pemilu 2019 itu juga relatif bisa diterima oleh semua kalangan. "Apalagi Sandiaga juga masih aktif turun menyapa masyarakat," paparnya.
Berikutnya adalah Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo dengan 8,8 persen. Anies Baswedan menempati urutan keempat dengan elektabilitas 7,8 persen, Agus Harimurti Yudhoyono (5,4), Ahok (5,2), Ridwan Kamil (4,7). Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini menempati urutan kesembilan dengan elektabilitas 2,6 persen. Adapun Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa masuk urutan ke-12 dengan elektabilitas 1,9 persen.(far/mar)
Laporan JPG, Jakarta