JAKARTA (RIAUPOS.CO) - Elektabilitas petahana Joko Widodo (Jokowi) melesat tinggi menjadi 55,1 persen berdasarkan hasil survei Litbang Kompas terbaru.
Di sisi lain, kondisi sebaliknya terjadi pada rivalnya di 2014 Prabowo Subianto, yang anjlok di level 14,1 persen. Hasil survei Litbang Kompas itu ditanggapi santai oleh Wakil Ketua Umum Partai Gerindra, Fadli Zon.
Dia memandang, hasil survei tidak bisa dijadikan pegangan utama untuk mengukur peluang kemenangan di Pilpres 2019. Ditegaskannya, hasil survei hanya merupakan indikator suara masyarakat pada saat ini.
"Menurut saya, nanti kami lihat saja, ya. Survei itu belum tentu merefleksikan apa yang sesungguhnya. Hasil survei hanya menjadi salah satu indikator," katanya di kompleks Senayan, Jakarta Selatan, Senin (23/4/2018).
Lantas, Wakil Ketua DPR itu membandingkan hasil survei Litbang Kompas dengan hasil survei Median, yang menunjukkan tingkat keterpilihan Jokowi hanya di kisaran 36 persen.
Itu berarti, sambungnya, siapapun bisa membuat survei. Namun, hasilnya tidak bisa dijadikan patokan.
"Saya juga bisa bikin survei yang bikin Pak Prabowo menang. Gampang!" jelasnya.
Dia menerangkan, hasil survei yang dilakukan sejumlah lembaga itu sangat tergantung pada pertanyaan, metodologi, waktu, representasi responden, dan beberapa hal lain. Dia meminta kepada seluruh lembaga survei agar lebih transparan.
Bahkan, jika lembaga survei tersebut dibiayai oleh donor dari partai politik demi tujuan tertentu, dia pun berharap mereka mau membukanya ke publik. Dengan begitu, rakyat menjadi tidak merasa tertipu dengan hasil survei.
"Sekarang lembaga-lembaga survei itu sebaiknya juga mendeklarasikan, kecuali yang independen. Tapi, kalau yang merupakan bagian dari konsultan politik, harusnya dia mendeklarasikan bahwa survei ini dibiayai oleh kandidat. Jadi, dia tidak menipu rakyat seolah-olah independen, padahal di belakangnya ada donaturnya," tuntasnya. (ce1/sat)
Sumber: JPG
Editor: Boy Riza Utama