PEMILU 2019

"Jokowi Effect" NasDem Dinilai Gagal Total, Ini Alasannya

Politik | Jumat, 20 Juli 2018 - 16:10 WIB

"Jokowi Effect" NasDem Dinilai Gagal Total, Ini Alasannya
Ketua Umum Partai Nasdem Surya Paloh. (JPG)

JAKARTA (RIAUPOS.CO) - Partai NasDem hanya meraih elektabilitas 2,1 persen dalam survei yang digelar Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI). Itu menunjukkan partai besutan Surya Paloh tersebut gagal meraih "Jokowi Effect".

Padahal, mereka gencar memasang sejumlah reklame yang berupaya mengidentikan partai dengan Jokowi. Pengamat politik dari Universitas Al-Azhar, Ujang Komarudin, menilai, upaya Partai NasDem meningkatkan elektabilitas dengan "menjual" Jokowi tak berpengaruh sama sekali.

"Jokowi sudah telanjur identik dengan PDIP. Jadi, ruang Nasdem untuk mengidentifikasi diri dengan Jokowi menjadi sulit. Maka yang terjadi tidak ada linearitas antara kampanye Nasdem untuk Jokowi, terhadap elektabilitas Nasdem," katanya kepada wartawan, Jumat (20/7/2018).
Baca Juga :MAKI Bakal Gugat ke PTUN, jika Firli Bahuri Tak Diberhentikan Tidak dengan Hormat dari KPK

Dia menerangkan, sebaliknya, PDIP selaras dengan Jokowi yang sama-sama memperjuangkan wong cilik (rakyat kecil).

“Di mana Jokowi juga sering blusukan mendekati wong cilik. Sedangkan Nasdem masih terlihat elitis dan tidak identik dengan Jokowi," jelasnya.

NasDem, dalam pengamatannya, menyadari strategi lewat iklan, misalnya baliho "Jokowi Presidenku Nasdem Partaiku", tidak berpengaruh terhadap elektabilitas partai. Karena itu, mereka mengambil strategi lain, yakni merekrut para artis dan membajak kader partai lain yang sudah lolos ke Senayan.

"Memang salah satu cara yang efektif untuk menaikan elektabilitas Nasdem adalah dengan cara merekrut artis sebagai Caleg. Bisa dibilang begitu dan itu wajar. Karena Nasdem harus lolos lagi ke Senayan," paparnya.

Diterangkannya, bajak-membajak dalam politik itu biasa. Oleh sebab itu, tak heran jika jelang Pileg banyak artis yang memutuskan pindah.

"Itu semua karena proses kaderisasi di partai politik tidak berjalan dengan baik. Dan juga pesta demokrasi di Indonesia, seperti Pilkada, Pileg, dan Pilpres berbiaya mahal, maka yang dibutuhkan partai adalah figur yang populer dan banyak uang," tuntasnya.

Adapun elektabilitas Partai Nasdem masih terus jeblok alias di bawah ambang batas parlemen 4 persen. Elektabiltas NasDem per April 2018 berada di angka 2,5 persen. Terakhir, dari riset LIPI, elektabilitas NasDem justru melorot menjadi 2,1 persen.

Hasil survei LIPI tentang elektabilitas parpol yang digelar sejak 19 April-5 Mei 2018 dengan melibatkan 2.100 responden dan Margin of Error (MoE) survei sebesar +/- 2,14 persen dengan tingkat kepercayaan 95 persen adalah sebagai berikut. (srs)

1. PDI Perjuangan 24,1 persen

2. Golkar 10,2 persen

3. Partai Gerindra 9,1 persen

4. PKB 6 persen

5. PPP 4,9 persen

6. Partai Demokrat 4,4 persen

7. PKS 3,7 persen

8. Perindo 2,6 persen

9. PAN 2,3 persen

10. NasDem 2,1 persen

11. Hanura 1,2 persen

12. PBB 0,7 persen

13. Partai Garuda 0,2 persen

14. PSI 0,2 persen

15. Partai Berkarya 0,2 persen

Sumber: JPG

Editor: Boy Riza Utama









Tuliskan Komentar anda dari account Facebook