"Nah, ketika presiden mengaktifkan kembali Komando Operasi Khusus Gabungan TNI (Koopssusgab), itu bisa diartikan sebagai sebuah sinyal negara sedang dalam bahaya, ini tentu memengaruhi konstelasi politik ke depan," katanya kepada JPNN, Jumat (18/5/2018).
Jika teror terus terjadi, imbuhnya, intensitasnya semakin sering dan skalanya makin besar, dampaknya sangat tidak baik dalam konteks politik.
"Jika ini dibiarkan, mau tak mau menggerus elektabilitas Presiden Jokowi. Apalagi sudah digadang-gadang bakal maju kembali sebagai capres di Pilpres 2019 mendatang," jelas pengajar di Universitas Al Azhar Indonesia (UAI) tersebut.
Lebih jauh, dia menyebut kunci utama keberhasilan sebuah rezim biasanya diukur dengan stabilitas politik, keamanan, dan ekonomi.
"Jika ketiga hal ini tidak mampu dijaga dan dirawat dengan baik, dapat menghancurkan sebuah rezim yang berkuasa," tuntas Direktur Eksekutif Indonesia Political Review (IPR) itu. (gir)
Sumber: JPNN
Editor: Boy Riza Utama