JAKARTA (RIAUPOS.CO) - Dalam urusan politik, Partai Gerakan Indonesia Raya (Gerindra) dan Partai Keadilan Sejahtera (PKS) sangat kompak. Hal itu tampak, misalnya, di di Pilpres 2014 dan Pilgub DKI 2017.
Adapun untuk urusan di pemilihan presiden (Pilpres) 2019, dua partai itu pun diprediksi bakal kembali bekerja sama, seperti lima tahun sebelumnya. Menurut Ketua Fraksi PKS di DPR Jazuli Juwaini, memang sudah ada sentuhan kebatinan antara partainya dengan Gerindra.
Karena itu, komunikasi di Pilpres terus dibangun sehingga terjadi satu kesepakatan.
"Komunikasi terus dibangun, dan saya yakin Pak Prabowo bisa merasakan sentuhan kebatinan PKS yang setiap saat selalu bersama Partai Gerindra," katanya di Gedung DPR, Jakarta, Selasa (17/4/2018).
Usai Pilpres 2014 lalu dan Prabowo Subianto dinyatakan kalah dari Joko Widodo (Jokowi), PKS pun tetap setia bersama Partai Gerindra. Kendati partai-partai yang tergabung Koalisi Merah Putih (KMP), semisal Partai Amanat Nasional (PAN), Partai Golkar, dan Partai Persatuan Pembangunan (PPP) akhirnya memutuskan bergabung dengan koalisi.
Jazuli bahkan menyatakan, PKS tetap memilih jalan beriringan Gerindra sampai saat ini kendati tiga partai yang sebelumnya mendukung Prabowo di Pilpres 2014 mendadak berbalik arah dan bergabung dengan Jokowi atau pemerintah ini.
"PKS ini paling setia, saat yang lain hijrah semua dengan jatahnya masing-masing. Kami tetap konsisten dan komit bersama Gerindra,“ terangnya.
Meski begitu, partai yang dimotori oleh Sohibul Iman tidak mempermasalahkan berubahnya dukungan partai-partai ke Jokowi. Sebab, satu hal pelajaran yang dipetik, PKS tahu partai mana yang harus dianggap sebagai sahabat setia.
”Jadi, kan kelihatan mana sesungguhnya sohib yang setia," tuntasnya.(ce1/gwn)
Sumber: JPG
Editor: Boy Riza Utama