MEDAN (RIAUPOS.CO) - Momen Pemilihan Presiden (Pilpres) 2019 tinggal sebulan lagi. Di sisa waktu yang tidak banyak itu, calon presiden petahana Joko Widodo menginstruksikan para relawan dan pendukungnya untuk all out mencari dukungan ke akar rumput.
Dalam menggalang dukungan, Jokowi meminta relawan untuk tidak menggunakan cara-cara lama seperti menyebar baliho, spanduk atau selebaran. Namun, dia meminta relawan turun dari rumah ke rumah. Dia menilai, kampanye dengan sejenis spanduk sudah tidak relevan.
“Jangan berharap pada spanduk, baliho. Sudah tak efektif. Yang efektif itu door to door. Tak ada yang lain,” ujarnya dalam silaturahmi dan pembekalan caleg se-Sumatera Utara di Hotel JW Marriott, Medan, kemarin (16/3).
Kampanye dari pintu ke pintu, kata dia, sangat diperlukan bukan hanya guna sosialisasi. Namun juga melawan berbagai hoax maupun fitnah menyerang. Sebab, seperti diketahui, cara serupa dilakukan lawan politiknya.
Bahkan ada kasus kampanye hitam seperti di Jawa Barat yang dilakukan dengan cara itu. Di mana pihaknya disebut akan menghilangkan pelajaran agama, melarang azan, hingga melegalkan perkawinan sejenis. “Yang ketahuan baru satu, ribuan masih banyak. Ini yang harus di lawan,” imbuhnya.
Jokowi menambahkan, dampak informasi hoaks yang diterimanya tidak sederhana. Berdasarkan hasil survei internal yang dilakukan akhir tahun lalu, setidaknya ada 9 juta masyarakat yang mengaku percaya dengan isu. Jika tidak diantisipasi, bukan tidak mungkin bertambah. “Kalau kita diam, sembilan juta bisa jadi 15 juta, lalu 20 juta,” tuturnya.
Dia menuturkan, ada dua hoaks yang paling banyak menyerang dirinya. Pertama adalah isu antek asing. Mantan Wali Kota Solo itu menilai, publik perlu dijelaskan soal sejumlah upaya pemerintah menasonialisasi perusahaan tambang dan migas. Seperti Blok Rokan, Blok Mahakam, hingga PT Freeport. “Kaya gitu dibilang antek asing. Dipikir mudah? Kalau mudah sudah dari dulu. Jangan dipikir ga ada intrik politik nasional, untuk internasional,” ungkapnya sedikit keras.(far/jpg)