PEKANBARU (RIAUPOS.CO) -- Lembaga survei nasional Saiful Mujani Research and Consulting (SMRC) merilis hasil survei elektabilitas partai politik, yang dilaksanakan pada 21-28 Mei 2021. Hasilnya, Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) masih menjadi partai yang paling banyak didukung oleh rakyat Indonesia.
Persentasenya pun cukup besar. Yakni sebanyak 25,9 persen bila pemilu diadakan dalam rentang waktu survei dilakukan.
Hal tersebut sebagaimana disampaikan Manajer Program SMRC Saidiman Ahmad dalam rilis hasil penelitian bertajuk "Partai Politik dan Calon Presiden: Sikap Pemilih Dua Tahun pasca Pemilu 2019" yang diselenggarakan secara daring pada Ahad (13/6).
Dijelaskan Saidiman, tim peneliti mewawancarai langsung 1.220 responden berusia 17 tahun ke atas di seluruh Indonesia dengan mematuhi protokol kesehatan.
Responden dipilih melalui metode multistage random sampling.
Response rate (responden yang dapat diwawancarai secara valid) sebesar 1.072 atau 88 persen. Dengan margin of error penelitian diperkirakan 3,05 persen.
"Hasil penelitian ini menunjukkan terdapat lima cluster partai politik dilihat dari tingkat dukungan pemilih nasional," ujar Saidiman.
Ia merincikan, di cluster pertama, PDIP berada sendirian dengan dukungan 25,9 persen warga yang jauh meninggalkan dukungan terhadap partai-partai lain.
Angka tersebut dikatakan dia berada di atas perolehan suara PDIP pada Pemilu 2019, yaitu 19,3 persen suara.
Pada cluster 2, terdapat Gerindra dan Golkar dengan perolehan dukungan hampir sama. Gerindra dipilih 10,9 persen warga dan Golkar dipilih 10,7 persen warga.
"Kedua partai ini juga bersaing ketat dalam Pemilu 2019," terang Saidiman.
Pada cluster 3, lanjutnya, terdapat tiga partai politik yang stabil dukungannya di kisaran 4-9 persen.
Ketiga partai itu adalah PKB 9,7 persen, Demokrat 6,6 persen dan PKS 4,6 persen.
Sedangkan di cluster 4, ada tiga partai yang kurang stabil dukungannya untuk bisa bisa lolos ambang batas parlemen.
Ketiganya adalah Nasdem 3,7 persen, PAN 2,6 persen dan PPP 1,8 persen.
"Dan terakhir di cluster 5, ada sejumlah partai non parlemen yang belum terlihat mengalami kemajuan berarti. Masih ada waktu 2,5 tahun untuk mengubah peta kekuatan partai tersebut," tuntas Saidiman.(nda)