PILPRES 2024

Koalisi Belum Final, Konstelasi Jelang Pemilu 2024 Bisa Berubah

Politik | Selasa, 14 Februari 2023 - 12:06 WIB

Koalisi Belum Final, Konstelasi Jelang Pemilu 2024 Bisa Berubah
ILUSTRASI (INTERNET)

JAKARTA (RIAUPOS.CO) - Pemilihan Umum (Pemilu) 2024 tinggal setahun lagi. Pesta demokrasi itu akan digelar pada 14 Februari 2024. Partai politik (parpol) hanya memiliki waktu beberapa bulan untuk melakukan persiapan. Sebagian partai sudah menjalin koalisi, tapi belum ada yang mendeklarasikan pasangan calon presiden (capres) dan calon wakil presiden (cawapres).

Sudah ada dua koalisi yang terbentuk. Yaitu, Koalisi Indonesia Bersatu (KIB) yang terdiri atas PPP, Partai Golkar, dan PAN. Lalu, Koalisi Kebangkitan Indonesia Raya (KKIR) yang terdiri atas Partai Gerindra dan PKB. Tiga parpol lain masih mematangkan koalisi yang akan mengusung Anies Baswedan sebagai capres. Tiga parpol itu adalah Nasdem, PKS, dan Demokrat. Sedangkan PDI Perjuangan (PDIP) sebagai the ruling party sampai kemarin (13/2) belum menentukan sikap politiknya.


Walaupun sudah terbentuk koalisi, komunikasi semua parpol sangat cair. Salah satunya terkait nama pasangan capres dan cawapres yang akan diusung. KKIR, misalnya, hingga sekarang belum mengumumkan paslon yang akan diusung. PKB dan Partai Gerindra yang ada dalam koalisi itu masih memiliki pandangan masing-masing. Gerindra menginginkan sang Ketua Umum Prabowo Subianto sebagai capres. Di sisi lain, PKB ingin mengusung Muhaimin Iskandar sebagai capres. “Sampai sekarang kami masih berkoalisi dengan Partai Gerindra,” terang Wakil Ketua Umum PKB Jazilul Fawaid.

KIB juga masih terus melakukan komunikasi politik. Ketua DPP PPP Achmad Baidowi mengatakan, kerja sama KIB masih terjalin dengan baik sampai sekarang. Dalam waktu dekat, diadakan pertemuan ketua umum partai. “Tinggal mencocokkan waktu saja,” jelasnya. Selama ini, kata Awiek, sapaan akrab Achmad Baidowi, tiga partai itu rutin melakukan komunikasi politik. Bahkan, mereka menggelar acara silaturahmi bergantian. Hal tersebut dilakukan sebagai bentuk menjaga hubungan di antara anggota koalisi.

Terkait manuver Airlangga bertemu dengan Muhaimin, Awiek menyebut hal itu biasa dan sebagai bentuk komunikasi politik. Sebelumnya, Airlangga juga bertemu dengan Ketua Umum Partai Nasdem Surya Paloh dan pengurus DPP PKS.

“PPP juga bertemu dengan partai lain. Itu adalah bagian dari proses komunikasi politik,” ungkapnya.

Soal paslon capres dan cawapres, Awiek mengatakan, pihaknya memang belum memutuskan. Masing-masing partai masih menyerap aspirasi dari kader partai dan masyarakat. “Pendaftaran masih lama. Kami masih terus melakukan komunikasi politik,” tuturnya.

Selain KKIR dan KIB, tiga parpol lain, yakni Partai Nasdem, PKS, dan Partai Demokrat, sedang mematangkan rencana deklarasi koalisi. Selama ini tim kecil dari tiga partai itu rutin menggelar pertemuan. Partai Nasdem secara resmi sudah mendeklarasikan Anies sebagai capres. PKS dan Demokrat juga sudah menyatakan dukungannya kepada Anies. Namun, belum dilakukan deklarasi secara resmi.

Jubir DPP PKS Muhammad Kholid mengungkapkan, rencana deklarasi koalisi PKS, Nasdem, dan Demokrat sudah matang. “Tinggal proses peresmian koalisi saja,” ungkapnya.

Namun, dia belum bisa memastikan kapan pengumuman koalisi tiga partai dilaksanakan. Terkait dukungannya kepada Anies, PKS akan mendeklarasikan Anies sebagai capres pada 24 Februari mendatang. Deklarasi itu akan dibarengkan dengan acara Rapat Kerja Nasional (Rakernas) PKS. “Deklarasi secara organisatoris paling lambat pada 24 Februari,” terang Kholid.

Sementara itu, PDIP belum menentukan koalisi politik dalam menghadapi pemilu. Sekjen PDIP Hasto Kristiyanto mengatakan, partainya belum membicarakan secara intens soal kerja sama partai politik. Sampai saat ini, lanjut dia, PDIP tetap bekerja sama dengan Presiden Jokowi dan Wapres Ma’ruf Amin serta partai koalisi pemerintah. Yakni, Partai Golkar, Nasdem, PKB, PPP, PAN, dan Gerindra.

Pengamat politik sekaligus Direktur Eksekutif Indonesia Political Review Ujang Komarudin menyatakan, memasuki setahun jelang pemilu, suhu politik akan makin hangat. Termasuk terkait pematangan peta koalisi. Ujang menilai, meski saat ini sudah ada tiga poros koalisi, hal itu bukan jaminan. Apalagi, masing-masing koalisi masih punya kekurangan. KIB dan KKIR, misalnya. Meski sudah menandatangani kesepakatan koalisi, keduanya masih gamang dalam menentukan capres.

Kemudian Koalisi Perubahan, meski secara kultural sudah dekat dan punya nama capres yang sama, koalisi itu belum diresmikan. “Jadi, masih bisa saling bergeser. Semua serbamungkin,” ujarnya.

Apalagi, PDIP juga belum menetapkan sikap. Keputusan PDIP diyakini bisa mengubah konstelasi. Jika PDIP mengusung Ganjar, KIB diprediksi merapat. Sebaliknya, jika PDIP memilih Puan Maharani, KIB sebagai kendaraan politik Jokowi diyakini mengusung calon sendiri.

Ujang menambahkan, kans koalisi selesai jauh-jauh hari sangat kecil. Dia memprediksi akan bergulir hingga detik-detik terakhir. Sebab, sejarah menunjukkan kontestasi politik di Indonesia sangat dinamis.

“Kalau kita ingat, 2019 Pak Mahfud sebagai cawapres hanya dalam detik terakhir diubah menjadi Ma’ruf Amin,” ujarnya.

Namun, Ujang memprediksi, pada 2024 minimal ada tiga pasangan calon. Bahkan berpotensi empat paslon jika PDIP nekat mengusung calon sendiri.

 

Sumber: Jawapos.com

Editor: E Sulaiman









Tuliskan Komentar anda dari account Facebook