MENUJU MUNAS GOLKAR

Jelang Munas, Politik Uang Masih Bertebaran di Tubuh Golkar

Politik | Senin, 22 Februari 2016 - 20:14 WIB

Jelang Munas, Politik Uang Masih Bertebaran di Tubuh Golkar

"Sekarang yang jadi pertanyaan adalah, dari mana sumber dana mereka yg membagi-bagikan itu? Apa itu uang hasil usaha keringat sendiri? Kalaupun benar ya, pekerjaan sampingan apa selain jabatan formal mereka, yang bisa menghasilkan uang sebesar itu dan dengan mudahnya "dihabiskan dan ditabur" begitu saja. Yang sangat berbahaya adalah apabila uang itu berasal dari "bokhir" atau "cukong" yang pasti akan menitipkan kepentingannya kepada para calon Ketua Umum itu," jelasnya.

Dia menyebutkan, kalau itu yang terjadi, maka partai akan tersandera oleh kepentingan mereka, dan dapat dipastikan partai akan jauh dari fungsinya sebagai kekuatan dan pembela rakyat.

Baca Juga :KPK Canangkan 3 Program Cegah Politik Uang

"Dikhawatirkan partai akan menjadi pembela para cukong. Atau yg lebih berbahaya lagi, bila uang itu berasal dari "permainan" politik anggaran, seperti yang sering tercium, bahkan banyak kasus yang sudah didakwa. Bila itu yang terjadi, betapa kejinya dan rakyat pantas marah, karena haknya dikebiri dan dirampok untuk kepentingan orang-orang tertentu yang haus kekuasaan dan uang," paparnya.

Jadi, lanjutnya, keinginan kita semua untuk mewujudkan Munas yang berkualitas, termasuk indikatornya bebas politik uang, masih mendapat tantangan yang luar biasa besar, seperti jalan panjang dan berliku. Oleh karena itu, semua kembali kepada kita kader Partai Golkar, terutama para pimpinan DPD Provinsi dan Kabupaten/Kota.

"Apakah kita akan ikut "menikmati" atau diam menyaksikan keruntuhan partai kita melalui cara-cara yang tidak bermoral seperti itu. Saya kira kita sama-sama tidak mau hal itu terjadi. Pilihlah pemimpin kita yang bisa menjamin partai kita bisa bangkit kembali dengan kemampuan kepemimpinan yang kuat, visioner, independen, jujur, dan cara komunikasi, sikap, serta prilaku yang bersih dan berada," tutupnya. (sam)

Sumber: JPG

Editor: Hary B Koriun









Tuliskan Komentar anda dari account Facebook