"Maka kesediannya capres cawapres yang kami usung dalam rangka memenuhi harapan rakyat bersedia mendatangani semacam kontrak politik," katanya dalam keterangan resminya, Kamis (12/7/2018).
Dia memandang kontrak politik itu sangat penting karena selama enam bulan terakhir Demokrat mendengarkan keluhan dari masyarakat Indonesia. Karena itu, kontrak politik tersebut merupakan harapan dari rakyat Indonesia.
"Misalnya komunikasi, dan juga tidak buka ruang yang ingin menjadikan Indonesia sebagai negara agama. Ini posisi Demokrat dan harapan rakkat Indonesia," tuturnya.
"Jadi, ada upaya yang makin serius dan juga diharapkan ada keseimbangan antara pembangunan infrastruktur dengan pembangunan manusia, dan tidak kalah pentingnya pajak betul-betul adil dan tidak membebani rakyat," jelasnya.
Ketiga, dalam bidang hukum dan keadilan. Dia berharap, hukum menjadi panglima tertinggi di Indonesia yang tidak berpihak ke manapun. Selanjutnya, pemberantasan korupsi harus benar-benar dilakukan tanpa pandang bulu.
"Rakyat berharap hukum secara adil, pemberantasan korupsi tidak tebang pilih, negara tidak boleh melakukan intervensi. Hukum tidak dijadikan alat politik manapun," paparnya.
Keempat, dalam bidang politik dan demokrasi. Pemimpin ke depan, imbuhnya, harus menaati konstitusi dan sistem ketatanegaraan sehingga stabilitas politik berjalan baik di masa datang.
"Misalnya kebebasan berbicara, kebebasan pers harus dijunjung tinggi, netralitas negara dan aparat dalam pemilu harus ditegakkan. Kemudian rakyat berharap agar hoaks, berita palsu, berita fitnah ditertibkan secara adil," ungkapnya.
Kelima, dalam bidang kerukunan dan sikap anti-radikalisme. Dikatakannya, pemimpin ke depan harus menjaga kerukunan dalam kehidupan berbangsa, Bhinneka Tunggal Ika harus dipelihara, toleransi perlu dijaga.
"Harus mencegak politik sara, dalam pemilu dan pilkada, karena Demokrasi kami akan mundur ke belakang kalau politik identitas mewarnai pemilu dan pilkada," tutupnya. (gwn)
Sumber: JPG
Editor: Boy Riza Utama