PILPRES 2024

Survei: Wacana Presiden 3 Periode Ditolak Masyarakat

Politik | Minggu, 05 September 2021 - 07:06 WIB

Survei: Wacana Presiden 3 Periode Ditolak Masyarakat
Presiden Joko Widodo saat melakukan pencoblosan dalam Pilpres 2019. Mayoritas masyarakat penolak wacana presiden tiga periode. (DOK JPNN)

JAKARTA (RIAUPOS.CO) - Lembaga Survei Centre for Indonesia Strategic Actions (CISA) menerbitkan laporan hasil survei berkala terkait isu politik terkini termin ketiga yang diterbitkan selama masa pandemi Covid-19. Salah satu isu yang diangkat ialah terkait wacana presiden tiga periode.

Dalam hasil survei itu, disebutkan bahwa mayoritas responden yang dihimpun oleh lembaga itu menolak wacana penambahan masa jabatan presiden atau wakil presiden.


"Hal ini terlihat dari 58,25 persen responden menyatakan tidak setuju dengan penambahan periode (masa jabatan) presiden menjadi 3 periode. Meskipun demikian, ada 28,83 persen responden menyatakan setuju dengan wacana tersebut," kata Direktur Eksekutif CISA Herry Mendrofa di Jakarta, Jumat (3/9/2021).

Kemudian, responden yang menyatakan sangat tidak setuju sebanyak 8,25 persen, tidak tahu/tidak menjawab 2,58 persen.

Ia menjelaskan salah satu faktor yang membuat responden banyak menolak ialah karena alasan konstitusi. Di samping itu, kata dia, mayoritas publik juga tak ingin wacana itu direalisasikan.

Lebih jauh, Herry merincikan mayoritas masyarakat juga menolak perpanjangan masa jabatan presiden hingga 2027 itu terhadap Joko Widodo (Jokowi). Meskipun, jika pemerintah menggunakan alasan efisiensi dan optimalisasi kinerja.

Dijelaskan, 60,08 persen responden tidak setuju dengan wacana penambahan waktu kepemimpinan Jokowi. Hanya 25,45 persen responden yang setuju dan 2,75 persen yang sangat setuju.

"Yang sangat tidak setuju 8,42 persen dan tidak tahu/tidak menjabat 2,33 persen," jelas dia.

Herry merincikan survei tersebut mencoba untuk melihat tren politik terkini soal elektabilitas tokoh-tokoh tertentu yang diproyeksikan melenggang ke pemilu 2024.

Beberapa tokoh teratas versi CISA, kata dia, seperti Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo; Ketua Umum Partai Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono hingga Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan.

"Terdapat 16,92 persen responden memilih Ganjar Pranowo yang membuatnya unggul dari semua kandidat setelah pada periode survei CISA sebelumnya didominasi oleh Anies Baswedan yang harus puas berada di posisi ketiga dan mendapatkan 16,75 persen. Sedangkan di posisi kedua masih dipegang oleh Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) yang terus menunjukkan konsistensi kenaikan elektabilitasnya dengan meraup 16,83 persen," jelasnya.

Kemudian, tokoh Ketua Umum Partai Golkar, Airlangga Hartarto juga disebut mendominasi dalam survei yang dilakukannya. Posisi dia, dengan elektabilitas 7,58 persen berada di bawah Ketua Umum Partai Gerindra, Prabowo Subianto 10,08 persen.

Lalu, disusul Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil 5,92 persen; Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif RI, Sandiaga Uno 5,08 persen; Muhaimin Iskandar 5 persen; dan Ketua DPR RI, Puan Maharani 3,67 persen.

Namun demikian, kata dia, elektabilitas partai yang diukur oleh pihaknya menunjukkan bahwa PDI Perjuangan masih mendominasi dengan 24,58 persen. Jumlah itu berada di atas Partai Demokrat pada posisi kedua dengan 18,75 persen dan Partai Golkar pada posisi ketiga dengan meraup 14,25 persen.

Herry menjelaskan bahwa survei yang diterbitkannya menyasar pada 1.200 responden yang tersebar di 34 provinsi dan diklaim dilakukan secara proporsional. Ia menggunakan teknik pengambilan sampel secara random atau acak.

Sebagai informasi, survei tersebut mengambil margin of error mencapai 2,85 persen dengan tingkat kepercayaan 95 persen.

Sumber: JPNN/News/CNN/Berbagai Sumber
Editor: Hary B Koriun









Tuliskan Komentar anda dari account Facebook