PKS Ingatkan Prabowo Jangan Blunder

Politik | Kamis, 02 Agustus 2018 - 18:15 WIB

JAKARTA (RIAUPOS.CO) - Direktur Pencapresan DPP Partai Keadilan Sejahtera (PKS) Suhud Aliyudin mengingatkan Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto memegang komitmen berkoalisi dengan PKS pada Pilpres 2019, yakni memilih calon wakil presiden (cawapres) dari partainya meskipun ada anggota baru di koalisi.

Suhud menegaskan, koalisi PKS-Gerindra sudah dibangun sejak lama dan ada kesepakatan antara Prabowo dengan Ketua Majelis Syuro PKS Salim Segaf Al-Jufri pada Pilpres 2019, yakni Gerindra mengusung capres dengan cawapres dari PKS.

“Berdasarkan itu, maka penambahan anggota koalisi, Demokrat atau PAN, itu harus memperhatikan aspek tersebut,” kata Suhud di Jakarta, Rabu (1/8/2018).
Baca Juga :Gibran Jauh Lebih Baik dari Jokowi

Prabowo menurutnya harus memegang teguh komitmennya dengan PKS, Kehadiran partai pimpinan Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) jangan sampai mengganggu kenyamanan Gerindra-PKS yang sudah terjalin lama.

Apalagi nama Ketua Majelis Syura PKS Salim Segaf Al-Jufri bersama Ustaz Abdul Somad, masuk dalam ijtima ulama dan rekomendasi majelis syuro PKS untuk jadi bakal cawapres Prabowo.

“Ini harus dipertimbangkan serius keinginan dari umat. Ini tidak bisa dianggap main-main. Karena kalau ini tidak disikapi secara tepat bisa menjadi blunder bagi Pak Prabowo dan Gerindra,” jelasnya.

Terpisah, pengamat politik dari Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Lili Romli menyampaikan, pematangan koalisi pendukung Prabowo bakal bertambah alot dengan kehadiran Demokrat. Pasalnya, di tengah semakin mesranya Gerindra dengan Demokrat, PKS terus meminta kadernya dipilih jadi cawapres.

“Masing-masing partai punya calon, pembahasan koalisi pasti akan alot,” kata Lili yang telah menghitung secara politik, peluang Demokrat mengajukan Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) sebagai pendamping Prabowo lebih terbuka.

Menurut dia, AHY sudah populer, elektabilitasnya cukup tinggi, dan punya modal logistik kuat dari Partai Demokrat. Meski demikian, hal itu akan menimbulkan friksi dengan PKS yang setia mendukung Prabowo sejak Pilpres 2014, dan kukuh meminta kadernya mendampingi mantan Danjen Kopassus di Pilpres 2019.

“Ini kan pertimbangannya ‘cottail effect’. Mencari figur yang bisa menambah elektabilitas Prabowo untuk mengimbangi elektabilitas tinggi Pak Jokowi,” pungkas Lili.(fat/*)









Tuliskan Komentar anda dari account Facebook