BANDUNG (RIAUPOS.CO) - Calon Presiden Anies Baswedan menghadiri acara Ngariung 1000 Alumni ITB di Bandung, Ahad (1/10/2023). Pada acara itu, Anies diminta para tokoh lulusan kampus itu untuk berkomitmen membangun industri berteknologi tinggi berbasis putra-putri terbaik bangsa.
"Kalau Pak Anies jadi presiden, alumni kita bisa kerja. Kita mau industrialisasi bukan hilirisasi. Industri kita harus high teknologi. Tolong dipikirkan bahwa tidak ada bangsa yang besar tanpa dukungan moral, sains, dan teknologi,” jelas pengagas kegiatan Ngariung 1.000 Alumni ITB, Syahganda Nainggolan dalam sambutannya di Badoengshe Melk Centrale 1928, Jalan Aceh, Kota Bandung.
Menurut Syahganda, acara ngariung ini tak lain sebagai upaya mempertemukan pemikiran profesor Alumni ITB dengan pemikiran Anies Baswedan.
"Ngariung pada hari ini adalah 1000 peserta dengan kualitas seperti Habibie. Tidak perlu puluhan ribu. Mereka otaknya ini seperti Habibie. Mereka ini bisa buat pesawat terbang dan bisa buat mobil terbang," kata Syahganda.
Para alumni ITB, lanjutnya, bisa membuat teknologi apapun. Ada yang membuat satelit, kendaran listrik dan teknologi lain yang dibutuhkan untuk masa depan. Namun, lanjutnya, saat ini kita menatap masa depan yang suram. Karena industrialisasi sudah hancur. Banyak ilmuwan yang nganggur.
"Udah tidak ada lagi industri. Karena impor mobil listrik. Termasuk TKA impor itu adalah penghinaan buat alumni ITB. Karena dianggap tidak ada yang bisa membangun industri di dalam negeri," ujarnya.
Sementara itu dalam pidatonya, Anies Baswedan mengatakan, bangsa ini harus mengembalikan agar ilmu pengetahuan dan sains menjadi panduan kita dalam mengambil keputusan.
"Penghormatan terhadap teori ilmu itu sudah turun. Ngapain teori banyakin praktik. Itu yang banyak kita dengar. Loh praktik itu harus didasarkan pada teori dong," ujar Anies.
Menurutnya, Pandemi Covid 19 adalah ujian piapa pemimpin yang memakai ilmu pengetahuan dan siapa yang menomorduakan sains dan terkologi. Seperti apa hasilnya. Apa mereka percaya teknologi dan metode ilmiah.
"Di situ kita mengambil keputusan saintifik yang bisa tidak populer atau jika hanya ingin populer tidak menggunakan ilmu pengetahuan sebagai basis kebijakan. Pandemi itu sebagai panggilan bahwa ilmu pengetahuan menjadi kompas. Bukan menurut selera pemegang kewenangan," paparnya.
Lebih jauh Anies mengatakan, prinsip keadilan adalah value kita yang pertama. Kedua, publik interest dan ketiga ilmu pengetahuan, sains teknologi dan yang keempat, baru regulasi.
"Urutannya ada value dulu dan ilmu pengetahuan. Regulasi terakhir jangan dibalik," jelasnya.
Industrialisasi, kata Anies jangan di Jawa terus, tetapi di daerah-daerah yang perkembangan penduduknya tinggi. Oleh karena itu, perlu institusi yang mengelola talenta-talenta anak bangsa yang punya keahlian dari berbagai bidang.
Acara Ngariung 1000 alumni ITB dihadiri sejumlah tokoh alumni ITB di antaranya Ketua Umum KSPSI Jumhur Hidayat, Syahganda Nainggolan, Prof Miftah Farid, Haru Suwandharu alumni ITB yang menjabat Ketua DPW PKS Jabar, dan para tokoh alumni ITB lainnya.
Hendry Harmen ketua panitia, kegiatan ngariung 1000 alumni ITB mengatakan, acara ini sebagai upaya memberikan gagasan dan pemikiran bagi perubahan dari aspek pengetahuan, dan teknologi dan disampaikan ke calon presiden Anies Baswedan.
"Kita percaya kepada Pak Anies untuk memimpin perubahan di negeri ini. Trust itu lah yang diberikan dari para cendekiawan ITB," ujarnya.
Sumber: Jawapos.com
Editor: Edwar Yaman