JAKARTA (RIAUPOS.CO) – Pilpres 2024 diharapkan berlangsung secara demokratis. Banyak pihak yang menginginkan pesta demokrasi lima tahunan itu mencapai substansinya.
Pengamat Politik Lingkar Madani Ray Rangkuti berpendapat substansi itu dapat dicapai jika hadirnya para calon altenatif. Kehadiran calon alternatif itu diharapkan bisa menetralisir kejenuhan publik terhadap nama atau figur yang telah populer sebelumnya.
“Capres alternatif itu bukan sekadar figur yang juga populer, melainkan figur yang memiliki gagasan dan terasosiasi dengan isu dan substansi tertentu,” ujar Ray Rangkuti dalam diskusi publik bertajuk “Mencari Capres Alternatif & Membaca Arah Koalisi”, di Jakarta Rabu (31/8/2022).
Diskusi tersebut diselenggarakan oleh Para Syndicate. Dia mencontohkan tokoh yang mungkin berpotensi sebagai calon alternatif seperti, Ilham Habibie, Jimly Asshiddique, atau Rizal Ramli. Selama ini tokoh-tokoh ini sangat dikenal dengan kepakaran bidang masing-masing. Yaitu, ekonomi kemandirian, pembangunan teknologi, dan demokrasi.
Ray mendorong masyarakat untuk tidak ragu menuntut partai politik untuk mengusung calon-calon altenatif itu. Sebab, tantangan Indonesia dalam setelah 2024 sangat berat.
Lebih jauh Ray mengatakan, kehadiran capres alternatif harus bisa memberikan efek kejut bagi partai yang mendukungnya. Efek kejut itu bisa menarik diperbincangkan yang bukan lagi sekadar di dunia medsos, tapi juga di dunia ide.
Dia menyebut, pada Pemilu 2024 terdapat dua model capres alternatif. Yaitu, capres strategis dan capres realistis. Capres strategis merupakan figur alternatif yang dapat ikut mengerek popularitas partai.
Capres realistis merupakan capres yang dipilih pada menit akhir sebelum didaftarkan ke KPU. Parpol-parpol menengah justru perlu melirik cara memunculkan nama dengan efek kejut tersebut.
Peneliti Para Syndicate Ari Nurcahyo menegaskan, capres alternatif adalah figur yang dapat membuka perspektif bahwa elektabilitas, popularitas, dan akseptabilitas, hanya satu variabel dalam penentuan capres.
Mengutip pernyataan Presiden Jokowi, Ari menegaskan bahwa capres 2024 harus bekerja keras untuk dapat menjawab tantangan pembangunan Indonesia ke depan.
Dia berpendangan bahwa konstalasi koalisi partai politik akan ditentukan dengan pemufakatan kandidasi paket capres–cawapres yang diusung. Dalam situasi tersebut, elektabilitas hasil survei hanyalah satu variabel dalam menentukan capres–cawapres. Selebihnya, otonomi partai dan pemufakatan koalisi.
Sumber: Jawapos.com
Editor: Edwar Yaman