OLEH AFRIZAL M

Bengkel Rohani

Petuah Ramadan | Sabtu, 09 Juni 2018 - 14:05 WIB

Bengkel Rohani

RIAUPOS.CO - Bulan Ramadan identik dengan bengkel, umat Islam identik dengan kendaraan. Sebuah mobil misalnya ketika diciptakan pertama sekali kondisinya sangat prima. Semua komponen mobil itu berfungsi dengan baik dan sempurna.

Ketika manusia diciptakan pertama sekali kondisinya juga prima.  

Baca Juga :Raih Selempang di Negeri Rantau

Semua organ tubuhnya berfungsi dengan baik. Panca inderanya dapat digunakan sesuai fungsinya. Memang ada orang yang lahir cacat, dan sifat-sifat kerohaniannya bersih, tidak ada noda dan inilah yang disebut kondisi fitrah.

Ketika mobil baru mulai dipakai, kondisinya tidaklah tetap. Melainkan pasti mengalami perubahan secara terus-menerus. Semakin lama mobil itu dipakai semakin terus ia berubah. Perubahan terjadi disebabkan pemakaian setiap komponen dengan gerakan terus-menerus yang mengakibatkan semakin lama keadaannya semakin aus, longgar, rusak, keropos sampai akhirnya tidak dapat dipakai lagi. Hancur, lalu dibuang dan diganti dengan komponen yang baru.

Pemilik perusahaan mengetahui bahwa mobil ini memerlukan perawatan setiap saat agar mobil dapat lebih lama bertahan dan tidak cepat hancur. Untuk itu pemilik perusahaan membangun bengkel-bengkel mobil di mana-mana sebagai tempat untuk mengganti dan memperbaiki setiap kerusakan komponen mobil itu. Walaupun seluruh pisik mobil itu nanti akan menjadi besi tua dan keberadaan mobil hilang ditelan masa.

Manusia juga demikian. Ketika seorang anak Adam lahir ke dunia, semua organ tubuhnya mulai bergerak sesuai fungsi masing-masing. Kalau fisik baik, semua organ tubuhnya berfungsi dengan baik, hidupnya terasa senang, tidak terasa adanya penyakit. Ciri fisik yang sehat, ketika akan mengerjakan sesuatu pekerjaan badannya merasa fit. Tidak terasa ada kelemahan atau kekurangan apa-apa. Kondisi itu akan mengalami perubahan terus-menerus. Perubahan fisik terjadi dari kondisi yang prima di waktu kecil menjadi semakin berkurang dan akhirnya menghilang. Semakin lama masa hidup manusia, fisiknya juga akan mengalami penurunan. Pertumbuhan manusia dari kecil menjadi remaja, dewasa, tua dan akan berakhir kematian.

Kita ambil satu contoh dengan gigi. Ketika anak berumur sekitar 6 atau 7 bulan, giginya mulai tumbuh yang disebut gigi susu. Setelah anak berumur 3 atau 4 tahun gigi susu itu mulai copot dan tumbuh lagi gigi baru. Gigi baru ini berfungsi terus-menerus dan tidak ada pergantian lagi kecuali dengan gigi palsu. Tidak selamanya gigi berfungsi dengan baik karena pada waktu-waktu tertentu muncul penyakit gigi. Coba bayangkan bagaimana orang sakit gigi. Ketika orang sakit gigi diperlukan rumah sakit, atau puskesmas untuk memeriksa dan mengobati gigi yang sakit agar giginya pulih dan berfungsi kembali dengan baik. Begitu juga dengan organ-organ tubuh yang lain, seperti jantung, pau-paru, ginjal, mata, telinga, semua mengalami sakit dan perlu pengobatan.

Selain itu, ketika ruh ditiupkan pada saat janin berada dalam rahim ibu, pada saat itu pula ditetapkan berbagai potensi rohani dari manusia. Baik sifat positif maupun sifat negatif. Kepadanya ditanamkan komponen-komponen rohani seperti sifat pemaaf-pendendam, penyayang-pemarah, sabar-keluh kesah, dermawan-pelit, rendah hati–sombong, tergesa-gesa, dan banyak lagi sifat kerohanian lain yang ditanamkan pada diri manusia. Sifat-sifat itu mempunyai hak yang sama untuk berkembang. Setiap sifat yang berlawanan ini berfungsi sekaligus sebagai pola untuk memberikan penilaian, apakah manusia ini berkepribadian baik dalam hidupnya atau berkepribadian buruk. Kedatangan Ramadan menjadi motor untuk mengetahui setiap kekurangan amal lahir dan batin dari diri manusia. Setelah diketahui kelemahan, kekurangan dan kerusakan amal, kita juga berupaya untuk menyervisnya, memperbaiki yang dapat diperbaiki dan mengantinya dengan amal, sikap, sifat yang benar dengan peningkatan terus menerus.

Melalui Ramadan sebagai bengkel rohani kita sebagai mukmin dan muslim berharap agar kita semakin dapat mencapai kualitas yang menjadi tujuan dari puasa yang diisyaratkan dalam Surah al-Baqarah yang sering dibaca tetapi belum tentu tercapai selama ini. Kalau memang belum tercapai mari kita berupaya mencapainya agar setelah keluar dari bengkel rohani ini kondisi kita kembali pulih seperti fitrah. Semoga.***

Oleh Afrizal M, Guru Besar Ilmu Filsafat Fakultas Ushuluddin UIN Suska Riau









Tuliskan Komentar anda dari account Facebook