DI dalam buku tasawuf modern karya Buya Hamka diceritakan, suatu ketika di masa Raja Iskandar Zulkarnaen, beliau beserta pasukannya akan berangkat menaklukkan suatu daerah. Pagi sebelum berangkat, Iskandar Zulkarnaen berpesan di hadapan pasukannya, “Nanti malam kita akan melintasi sebuah sungai. Apa pun yang terasa ketika kalian menginjakkan kaki di sungai itu, ambil dan bawalah meskipun cuacanya sangat gelap.”
Pasukan pun mulai bergerak. Ketika hari mulai gelap para prajurit sudah di pinggir sungai untuk menyeberang. Karena cukup lelah dan cuaca pun sangat gelap, sebagian prajurit yang mulai menyeberang sungai tidak menghiraukan pesan yang diterimanya meskipun ia merasa ada sesuatu yang terinjak di kakinya. Sebagian prajurit lagi mengambil seadanya sekadar menaati perintah yang telah diterimanya. Namun beberapa prajurit lainnya, mereka tetap melaksanakan perintah pimpinannya, meski terasa lelah. Setiap terasa ada benda yang terinjak di kakinya diambil sebanyak-banyaknya sampai ransel yang dibawa terasa penuh.
Pagi hari, setelah pasukan tiba di tempat tujuan, Iskandar Zulkarnaen bertanya kepada prajuritnya, “Apa yang kalian dapat tadi malam?” Prajurit pun sibuk memeriksa ranselnya, ternyata isinya intan berlian yang sangat indah dan berharga. Prajurit yang tidak mengambil apa-apa sangat menyesalinya. Begitu pula dengan prajurit yang mengambil ala kadarnya, meskipun merasa senang, namun bercampur dengan rasa penyesalan karena hanya mengambil ala kadarnya. Berbeda dengan prajurit yang taat dan bersungguh-sungguh, mereka merasa sangat senang dan bahagia karena mendapat begitu banyak intan dan berlian.
Hari ini kita sudah berada di pinggir sungai, yang bernama Ramadan dan bersiap untuk menyeberanginya. Betapa banyak intan dan berlian yang Allah siapkan di dalam Ramadan ini. Hanya saja intan dan berlian tersebut berbentuk pahala yang sangat luar biasa. Betapa tidak, pahala sebuah amalan wajib di bulan lainnya Allah lipat gandakan sebanyak 27 kali. Begitu pula dengan amalan sunat, ketika kita amalkan selama di bulan Ramadan ini, Allah setarakan pahalanya seperti pahala amalan wajib di luar Ramadan. Begitulah luar biasanya bulan Ramadan, Allah siapkan buat hamba-Nya yang beriman dan dicintainya. Persoalannya terpulang kepada diri masing-masing dari hamba-Nya yang beriman itu. Allah SWT berfirman di dalam Alquran surat Al Ashr yang berbunyi :
Artinya:
Demi masa, sesungguhnya manusia berada dalam kerugian, kecuali orang yang beriman dan mengerjakan kebajikan serta saling menasihati untuk kebenaran dan saling menasihati untuk kesabaran.
Di dalam surat Al Ashr ini, jelas sekali Allah mengingatkan kepada kita bahwa pada dasarnya setiap manusia itu sesungguhnya berada dalam kerugian kecuali bagi orang yang beriman dan melakukan amal kebaikan kepada-Nya, lalu saling memberi nasihat akan kebenaran dan saling menasihati akan kesabaran.
Oleh karenanya mari kita manfaatkan pertemuan kita dengan bulan Ramadan ini untuk beramal sebanyak-banyaknya, agar di akhir Ramadhan nanti kita termasuk ke dalam orang-orang yang beruntung sebagaimana anak buah Iskandar Zulkarnaen yang telah mengikuti nasihatnya. Karena tidak ada jaminan bagi kita bahwa kita dapat bertemu kembali dengan bulan Ramadan yang berikutnya. Bahkan juga tidak ada satu pun yang bisa menjamin apakah kita bisa menyelesaikan amalan Ramahan tahun ini atau tidak, karena kehidupan kita didunia ini sepenuhnya hanya dalam genggaman Allah SWT.***