Dalam pacuan kuda tradisional ini, joki-joki cilik menunggang kuda yang berlari kencang tanpa menggunakan Pelana.
"Yang kami promosikan adalah Dataran tinggi Gayo itu sendiri, yang memiliki banyak ragam pesona alam dan budaya sebagai daya tarik wisata yang layak dijual dan dipromosikan kepada wisatawan nusantara dan mancanegara," ujar Reza Fahlevi didampingi Kepala Bidang Pemasaran Disbudpar Aceh, Rahmadhani, M. Bus.
Reza mengatakan, kegiatan pacuan kuda ini telah menjadi tradisi dan semangat dalam menyatukan masyarakat di dataran tinggi Gayo. Seperti Aceh Tengah, Bener Meriah dab Gayo Lues yang selalu diselenggarakan pasca panen padi dan jelang Peringat HUT Kemerdekaan RI.
Hal tersebut sebagai bentuk rasa syukur kepada Allah SWT atas segala kerja keras dan keberhasilan yang dicapai oleh masyarakat setempat.
"Dengan kekuatan tradisi dan alamnya tersebut, maka perlombaan tradisional pacuan kuda merupakan salah satu atraksi wisata unggulan yang akan digelar tahunan yang terangkum dalam Calendar of Event Aceh, maupun Calendar of Event Kementerian Pariwisata RI dalam rangka mewujudkan 20 juta kunjungan wisatawan mancanegara ke Indonesia tahun 2019," ungkap Reza Fahlevi.
Kadisbudpar Aceh, Rahmadhani, menambahkan bahwa melalui kegiatan Perlombaan Tradisional Pacuan Kuda di Takengon menjadi moment untuk mempromosikan wilayah dataran tinggi Gayo dengan berbagai potensi dan kekayaan alamnya.