“Nah, di sinilah yang dimaksud dengan cross selling. Industri bisa mengambil return dari makanan, minuman, paket wisata, dan fasilitas lain yang non kamar hotel, atau services lainnya. Bisnis itu selalu mengambil untung dari operasional dan non operasional return,” ujar Pitana.
Rizki Handayani juga ikut mengamini. Dari kacamatanya, strategi ini tidak akan membuat industri rugi. Malahan yang tidak ikut program inilah yang akan mengalami kerugian. “Yang nggak ikut pasti rugi karena hotel yang kosong, spa yang tidak punya pelanggan, golf yang sepi, harus tetap membayar operasional dan SDM. Daripada kosong, mending tetap isi dengan mengambil point di services yang lain,” tuturnya.
Saat destinasi Batam dan Bintan makin populer, makin ramai, makin terjangkau, ini akan menjadi basic need wisman Singapura dan Malaysia untuk jalan-jalan ke Kepri. Kuliner, golf, spa, tiket ferry, hotel dan resort, hingga wisata belanja, semua bisa dinikmati dengan harga yang super murah.
“Program ini di create khusus untuk weekdays hingga November 2017. Setiap bulan nanti akan selalu ada evaluasi untuk mengetahui apa-apa saja yang harus diperkuat dan dicarikan solusinya,” tutur Kiki, sapaan akrab Rizki Handayani.
Kepala Dinas Pariwisata Kepri, Buralimar, juga ikutan happy. Program ini, dinilai sangat pas untuk mendongkrak angka kunjungan wisman ke Kepri. “Kalau semuanya kompak, saya kira pariwisata Kepri bisa lebih bagus lagi. Target wisman yang awalnya 2,5 juta bisa menjadi 3,1 juta wisman,” paparnya. (adv)