BELAJAR TATAP MUKA DI BENGKALIS

Dibatasi 15 Murid dan Dua Jam di Sekolah

Pendidikan | Selasa, 26 Januari 2021 - 10:46 WIB

Dibatasi 15 Murid dan Dua Jam di Sekolah
Murid SDN 050 saat tiba di pintu sekolah diberi cairan hand sainitizer dan dilakukan pengecekan suhu badan dan juga wajib cuci tangan, Senin (25/1/2021). ERWAN SANI/RIAU POS

(RIAUPOS.CO) - Hari pertama masuk sekolah di Kabupaten Bengkalis, berbagai macam rasa hadir di hati guru, orangtua dan murid. Satu sisi ada rasa kebahagian tersendiri bagi murid karena hampir setahun tak mendatangi ruang kelas. Sedangkan di hati para guru ada rasa bahagia namun lebih besar rasa  kecemasan  begitu juga orangtua.

Namun, proses belajar tatap muka perdana setelah hampir satu tahun di sekolah berjalan nyaman dan sesuai protokol kesehatan. Senin (25/1) merupakan hari perdana diperbolehkan SDN 050 memberlakukan proses belajar tatap muka. Sekolah ini juga menjadi salah satu sekolah SDN perdana memberlakukan tatap muka, karena yang lain belum bersedia dengan berbagai alasan.


Sejak pukul 06.30 WIB, puluhan majelis guru SDN 050 sudah berada di sekolah. Setiap guru melakukan kewajiban masing-masing. Tapi pagi kemarin ada  pemandangan berbeda dibandingkan saat tidak pandemi Covid-19, tidak ada lagi sambutan istimewa dari guru kepada setiap murid yang hadir.

Pagi kemarin tidak ada lagi terlihat anak murid SDN 050 yang mencium tangan gurunya saat tiba di sekolah. Hanya terlihat setiap murid yang datang langsung mengenakan masker untuk menutup mulut  dan hidung.

Kemudian setiap murid langsung menuju tempat cuci tangan yang disiapkan sekolah. Seperti biasa, sebelum masuk ke ruang kelas sekitar pukul 07.30 WIB murid-murid berbaris dengan standar Prokes.

Apel dan berbaris ini dilakukan pihak sekolah untuk menerangkan teknis belajar mengajar di ruang kelas. Kemudian menyampaikan kebiasaan baru kepada anak didik. “Kaku dan tak bisa bermain dengan kawan-kawan. Tapi tak apa, hati senang bisa masuk sekolah,” kata Adrian salah satu murid yang masuk ke pekarangan sekolah saat itu.

Jumlah murid yang datang juga tak seperti biasanya. Hal ini dikarenakan untuk tahap uji coba diperuntukkan bagi murid Kelas VI saja. “Jadi murid yang masuk khusus Kelas VI saja. Untuk Kelas I-V masih daring dan luring,” jelas Kepala Sekolah Dasar Negeri (SDN) 050 Sudarmi SPd kemarin.

Dikatakannya jumlah anak didik kelas VI yang seharusnya masuk di hari perdana tidak semua hadir. Dari 63 murid, yang hadir sekitar 95 persen.


Berbagai hal menjadi alasan tidak hadirnya para murid, di antaranya karena ada orangtua murid belum bersedia anaknya masuk. Kemudian ada murid yang kesehatan belum pulih atau demam juga tak dibenarkan masuk. “Ada juga orangtua murid yang bolak balik dari zona merah. Kita minta muridnya tak ke sekolah dulu,” kata Sudarmi.

Dikatakannya, murid yang tidak masuk ini memang sebagian orangtua di tak mengizinkan karena tidak bisa menjamin anaknya bisa menerapkan protokol kesehatan. Meskipun tidak masuk mereka tetap melakukan pembelajaran secara daring.

Menurut dia, sebelum siswa masuk kelas pihaknya melakukan pemeriksaan kesehatan siswa mengukur suhu tubuh. Kemudian siswa juga diminta terlebih dahulu mencuci tangan di tempat yang telah disediakan. “Kita terapkan protokol kesehatan secara ketat. Bahkan untuk kelas juga dibatasi jumlah siswanya,” ungkap Sudarmi.

Menurut dia, untuk kelas enam yang biasanya sebanyak 63 siswa dibagi menjadi dua ruang belajar, sekarang dibagi menjadi empat ruang belajar. Ini dilakukan guna menjaga jarak antar siswa sesuai dengan protokol kesehatan.

Kemudian anak kelas enam juga belajar tidak secara penuh, mereka sekolah mulai pukul 07.30 WIB dan pulang pukul 09.00 WIB. Sejauh ini pihaknya hanya memberlakukan satu shift saja untuk pembelajaran tatap muka dengan waktu belajar dua jam. Tanpa ada istirahat belajar. “Alhamdulillah hari pertama ini berjalan lancar, kita menerapkan satu shift saja karena ketersedian guru dan lokal ada. Per lokal diisi 14-15 murid saja,” tambahnya.

Melihat hasil uji coba pembelajaran tatap muka hari pertama ini, Sudarmi mengatakan untuk diterapkan seluruh tingkatan kelas kemungkinan sangat sulit. Karena keterbatasan ruang belajar, guru dan memastikan anak tetap menjaga jarak saat berada disekolah cukup sulit.

“Kemungkinan jika harus diterapkan juga bisanya hanya untuk kelas tinggi saja yakni kelas empat hingga kelas enam. Itupun dengan ketentuan shift pembelajaran harus memiliki jarak yang cukup,” tambahnya.

Paling aman jaraknya shift pagi belajar dari jam 7 hingga jam 9 pagi. Kemudian shift kedua mulai di jam 1 siang, sehingga pihak sekolah memiliki waktu untuk mensterilkan ruang belajar sebelum masuk ke shift selanjutnya.(ksm)

Laporan ERWAN SANI, Bengkalis









Tuliskan Komentar anda dari account Facebook