PEKANBARU (RIAUPOS.CO) - Tiga orang tewas dan dua orang luka-luka akibat kejadian ini. Korban yang meninggal dunia adalah tiga kakak beradik yakni Tomo Suwirman (25), Annisa Rahmati (19), dan Zahra Suwirman (12). Sementara dua korban yang terluka parah adalah Janawir (57) dan Sumarni (53), yang merupakan ayah dan ibu ketiga korban meninggal.
Ternyata, ketiga korban meninggal memiliki dua saudara kandung lainnya yakni Ilham yang merupakan saudara kembar Annisa dan Tono Suwirman yang merupakan anak paling tua Janawir dan Sumarni. Di hari naas, keduanya juga dalam perjalanan menuju Pekanbaru dari kampung halaman mereka di Pesisir Selatan, Sumatera Barat (Sumbar).
Ilham, yang lahir lebih dulu dari saudari kembarnya Annisa beberapa belas menit, terpisah hampir 100 km dari peristiwa naas itu. Ya, saat kecelakaan terjadi, Ilham bersama Tono masih berada di kawasan Pangkalan, Kabupaten Limapuluh Kota, Sumatera Barat. Keduanya berangkat terpisah kendaraan yakni berboncengan dengan sepeda motor.
Ayah mereka, Janawir, merasa begitu pilu. Pasalnya, sebelum kejadian, Annisa begitu keras hati ingin ikut naik sepeda motor bersama saudara kembarnya Ilham. Namun hal itu dilarang sang ayah. Kisah ini terungkap saat Riau Pos menyambangi rumah korban di Jalan Bakti Sosial, Kelurahan Pebatuan, Kecamatan Kulim, Jumat (28/4) siang.
Kisah itu diceritakan ulang oleh tetangga terdekat mereka saat menjenguk suami istri malang itu ke rumah sakit, sehari sebelumnya. Wisman dan Ilas, tetangga mereka selama lebih dari 20 tahun di Jalan Bakti Sosial menyebutkan, pasangan suami istri itu masih shock.
Bahkan ibu korban terus histeris. Hanya sang ayah yang terlihat sedikit lebih tegar dan mampu bercerita kepada tetangga mereka itu. "Annisa itu mau ikut kembarannya naik motor. Kita tak tahu ada firasat apa, mereka saudara kembar. Tapi dilarang sama ayahnya karena terlalu jauh. Dia sampai menangis. Kita tidak tahu nasib," cerita Ilas.
Ilas yang awalnya bercerita lugas dengan wartawan bersama Bhabinkamtibmas Kelurahan Pebatuan Bripka Jontra, mendadak memelankan suara ketika menceritakan ingatannya soal Annisa. "Aduh, sedih, tidak terbayangkan. Mulai dari balita kami kenal bagaimana dia. Anaknya baik, suaranya lembut. Terakhir kami bicara waktu dia sedang jemur pakaian bulan puasa. Suara masih lembut, sangat sopan anaknya," kata Ilas.
Ilas tampak begitu terpukul membayangkan nasib ibu korban dan suadara kembar Annisa. Apalagi si kembar begitu dekat dengan anak bungsu mereka bernama Arif. Bahkan, Arif menurutnya sampai ngotot ke rumah sakit melihat tetangga dan teman masa kecilnya itu.
"Arif tiap hari bertemu sama mereka (saudara kembar, red). Bahkan waktu kecil, pas Annisa sakit, Ilham itu dititipkan di sini bersama kami. Tidak sanggup saya. Sejak balita saya sudah melihat mereka," katanya.
Sementara itu, suaminya Wisman, awalnya tidak percaya begitu dapat kabar kecelakaan ini. Namun begitu melihat mobil, dia langsung terkejut meratapi nasib tetangga mereka sejak tahun 2000-an itu. "Yang saya tahu, anaknya itu tidak ada yang pandai bawa mobil. Mobil yang kecelakaan itu biasanya cuma parkir di rumah. Karena ayah mereka itu kan kapten kapal, jarang pulang," kata Wisman.
Wisman menyebutkan, keluarga malang itu memang tetangga yang baik. Bahkan Sumarni yang lebih banyak mengurusi lima anaknya itu, terkenal di kelurahan itu. Karena selain rajin ikut wirid, suara bacaan Al-Qur’annya juga merdu hingga kerap jadi qariah pada acara-acara keagamaan Islam.
Dirinya masih tidak menyangka mereka mendapatkan cobaan seberat itu. "Kita saja tidak sanggup membayangkannya. Apalagi mereka," kata Wisman lirih bercerita sambil duduk-duduk di teras rumah mereka sore itu.
Rumah keluarga korban yang berjarak kurang dari 50 meter dari rumah pasangan Wisman dan Ilas siang itu tutup. Berada di kawasan yang masih seperti perkampungan, rumah itu sendu dipicu suasana sunyi. Masih banyak tetangga belum balik dari kampung halaman.
Saat wartawan tiba di sana, mendadak hujan turun di tengah teriknya kawasan Kulim. Bhabinkamtibmas Bripka Jontra yang mengantarkan wartawan ke rumah keluarga korban dari Kantor Lurah Pebatuan menyebutkan, rumah itu kosong. Pasalnya, para korban langsung dibawa ke kampung halaman.
"Informasi yang saya terima, mereka ketiganya langsung dibawa ke kampung halaman di Sumbar. Kedua orang tua mereka masih dirawat di rumah sakit," kata Bripka Jontra yang aktif patroli ke rumah-rumah yang ditinggal mudik di kelurahan tersebut.
Rumah itu sendiri cukup sederhana untuk ukuran tujuh penghuni. Kondisi pagar hingga pintu tertutup rapat. Satu papan bunga ucapan duka cita untuk Annisa, dari salah satu perguruan tinggi, terpampang tepat di depan pagar rumah itu. Papan ucapan itu seakan menjadi saksi bisu berpisahnya Annisa untuk selamanya dengan suadara kembarnya, Ilham.
Dimakamkan di Kampung Halaman
Terkait para korban yang dimakamkan di kampung halaman dibenarkan oleh Ketua Ikatan Keluarga Pesisir Selatan (IKPS) Irman Sasrianto, Jumat (28/4) petang. IKPS menurut Imran menfasilitasi para korban untuk diantarkan ke kampung halaman di Desa Kambang, Kecamatan Lengayang, Kabupaten Pesisir Selatan, Sumbar.
"Dengan kondisi orang tua masih di rumah sakit dan belum stabil, kami berkonsultasi dengan pihak keluarga besar korban yang ada di kampung. Mereka sepakat anak kemanakan mereka ini dimakamkan di kampung halaman," kata Imran.
Imran menyebutkan, keluarga itu merupakan warga Kota Pekanbaru asal Pesisir Selatan. Mereka sudah bermukim di Kota Pekanbaru dan menjadi warga Kota Bertuah selama puluhan tahun. Sebagai pengurus IKPS, pihaknya merasa punya tanggung jawab membantu.
Ketiga jenazah dibawa dengan tiga ambulans berbeda ke kampung halaman. Mereka dilepas dengan haru oleh Pengurus IKPS Pekanbaru pada Kamis (27/4). "Kami atas nama pengurus Ikatan Keluarga Pesisir Selatan Kota Pekanbaru turut berduka cita sedalam-dalamnya. Semoga keluarga yang ditinggalkan diberi kesabaran dan ketabahan. Mereka yang pergi dapat diterima di sisi Allah di tempat sebaik-baiknya," kata Imran.(das)