KOTA (RIAUPOS.CO) - MEMAKAI topi hitam, Marzuki (42) berjalan melawan teriknya matahari yang menyengat di kulit. Dengan menggunakan tongkat sebagai petunjuk jalannya, dia meraba jalan dengan menggunakan tongkatnya agar tak tersandung batu ataupun masuk ke lobang. Kerupuk yang tergantung di badannya berayun menunggu pembeli.
Dari ceritanya kepada Riau Pos, Marzuki bukanlah warga Pekanbaru. Dia berasal dari Pariaman Sumatera Barat dan tinggal menumpang bersama temannya yang juga sesama penyandang difabel yang beralamatkan, di Jalan Harapan Raya Pekanbaru.
Setiap harinya, sekitar pukul 07.00 WIB, Marzuki bersama enam sampai tujuh rekannya sesama difabel tuna netra berkumpul di rumah tersebut dan mulai menyiapkan kerupuk yang akan mereka jual.
Kemudian dia dan rekan-rekannya termasuk teman yang memberikan tumpangan tempat bernaung mulai berjualan. ‘’Jadi kalau saya jualan itu saya diantar di suatu tempat oleh langganan ojek saya,” kata Marzuki pada Riau Pos.
Kemudian sekitar pukul 14.00 WIB, Marzuki pun selesai berjualan dan akan menelpon langganan ojeknya. Untuk mengetahui lokasi dimana dia berada. Biasanya dia bertanya kepada pembeli atau orang yang berada disekitarnya. Barulah dia menelpon tukang ojek langganannya tersebut untuk dijemput.
Untuk biaya yang dikeluarkannya, bagi jasa ojek tersebut biasanya dibayarkannya setelah selesai berjualan. ‘’Saya bayar Rp40 ribu kepada tukang ojek,” kata Marzuki.