Terpaksa Perkecil Ukuran Gorengan

Pekanbaru | Jumat, 25 Februari 2022 - 08:26 WIB

Terpaksa Perkecil Ukuran Gorengan
Pedagang gorengan di Jalan Jenderal Sudirman, Pekanbaru menggoreng tempe untuk dijual, Kamis (24/2/2022). Pedagang terpaksa memperkecil ukuran gorengan untuk menekan kerugian. (EVAN GUNANZAR/RIAUPOS.CO)

PEKANBARU (RIAUPOS.CO) - Dampak kelangkaan minyak goreng subsidi dan kenaikan harga tahu serta tempe paling dirasakan oleh pedagang gorengan. Mereka pun menyiasatinya  dengan memperkecil ukuran gorengan untuk menekan kerugian.

Salah seorang pedagang gorengan di Jalan Kaharuddin Nasution Kirman mengaku sudah beberapa pekan ini dirinya mulai mengecilkan ukuran gorengan yang ia jual kepada masyarakat. Hal ini menurutnya terpaksa dilakukan guna menekan kerugian seiring harga kebutuhan pokok yang saat ini mulai meningkat.


Bahkan dirinya merasa kesulitan untuk mendapatkan minyak goreng kemasan yang dijual dengan harga subsidi oleh pemerintah, oleh pemerintah, sehingga mau tidak mau dirinya harus membeli minyak goreng dengan harga yang cukup mahal agar dapat berjualan.

Hal yang sama juga terjadi pada sejumlah bahan baku lainnya seperti tempe dan tahu. Biasanya dalam satu ember ia hanya mengeluarkan biaya sebesar Rp50.000, namun kini kenaikan harga tahu mulai berdampak, sehingga dirinya terpaksa harus mengecilkan ukuran dan menaikan harga jual kepada konsumen.

"Karena sudah terlalu mahal semuanya, jadi mau tidak mau kami harus ubah sedikit ukuran gorengannya dan harganya juga dinaikkan sedikit agar pembeli tidak merasa keberatan," ucapnya.

Saat ditanya terkait keluhan yang dirasakan oleh konsumennya karena ukuran dan harga jual yang dinaikan, dia mengaku memberitahu kepada para konsumen dengan cara yang baik. Karena persoalan harga kebutuhan pokok ini sudah menjadi konsumsi publik.

"Semua orang kan sudah tahu kalau harga minyak goreng dan kedelai itu mahal. Alhamdulilah sampai sekarang tidak ada yang merasa mengeluh. Hanya saja mereka membatasi jumlah pembelian saja," jelasnya.

Pedagang gorengan lainnya Mustolik mengaku dirinya tidak bisa menaikan harga jual gorengan karena saat ini harga gorengan yang ia jual sudah berkisar Rp2.000 per potongnya.

Hal ini membuat dirinya tidak bisa mengambil keputusan sendiri, karena usaha gorengan yang dijalankannya merupakan bagian dari kelompok usaha dari beberapa orang. Meskipun begitu, dirinya tetap berharap pemerintah bisa membantu para pedagang agar bisa berjualan dan mendapat keuntungan. Apalagi di masa sulit seperti sekarang ini, karena semua harga kebutuhan yang terus meroket.

"Kami bingung mau naikan harga susah, tak dinaikan kami harus menekan kerugian yang kami rasakan. Saya berharap ada tindakan dari pemerintah, karena harga minyak goreng sudah terlalu mahal sekarang dipersulit lagi dengan harga tahu dan tempe yang perlahan ikutan naik," ujarnya.(ayi)

 









Tuliskan Komentar anda dari account Facebook