CIVITAS AKADEMIKA UIN PERINGATI HARI SANTRI

Pakai Sarung di Hari Santri

Pekanbaru | Rabu, 23 Oktober 2019 - 11:19 WIB

Pakai Sarung di Hari Santri
PAKAI SARUNG: Sejumlah guru memakai sarung saat memperingatan Hari Santri Nasional, Selasa (22/10/2019). ABU KASIM/RIAU POS

(RIAUPOS.CO) -- PERINGAN Hari Santri Nasional setiap tahunnya diperingati pada tanggal 22 Oktober. Namun ada yang unik dengan perayaan Hari Santri Nasional tahun ini, karena para santri dan juga civitas akademikia UIN Suska Riau merayakannya dengan memakai sarung.

Seperti peringatan yang dilakukan UIN Suska Riau yang menggelar  upacara peringatan Hari Santri di halaman Rektorat, Selasa (22/10) bagi kaum laki-laki menggunakan sarung layaknya santri di pesantren.


Rektor UIN Suska Riau, Prof Akhmad Mujahidin menyebutkan, sarung adalah identitas santri. Tujuan dari pemakaian sarung saat upacara tersebut, adalah untuk mengingatkan kembali terkait santri yang juga menorehkan sejarah kemerdekaan Republik Indonesia (RI).

“Makanya dalam peringatan upacara ini pakai sarung. Ini sesuai dengan edaran Sekjen Kemenag RI, santri itu identik dengan sarung,” kata Mujahidin.

Peringatan Hari Santri ini adalah kali pertama diperingati di UIN Suska Riau. Meski demikian, Hari Santri telah ditetapkan sejak 2015 lalu. Ia menjelaskan, santri memiliki peranan besar dalam sejarah bangsa Indonesia. Pada tahun 1945 Presiden saat itu Soekarno meminta fatwa kepada pendiri Nahdatul Ulama KH Hasyim Asy’ari. Pada waktu itu, Indonesia sebagai negara baru belum mendapatkan pengakuan dari negara lain kecuali Palestina. Kekuatan militer Indonesia juga belum terlihat nyata.


“Hanya Palestina yang mengakui Indonesia adalah negara yang merdeka. Ini problem ada negara tanpa pengakuan. Militer juga mikir karena belum ada pengakuan,” jelas Mujahidin.

Kemudian kekuatan besar muncul dari masyarakat yang tak lain adalah santri-santri dari pesantren. Saat itu yang mempunyai pasukan untuk jihad fisabilillah adalah para santri dan kiai. Mujahidin menuturkan jika santri lah yang menyobek bagian biru bendera belanda sehingga meninggalkan warna merah putih, warna bendera Indonesia.

“Kekuatan itu muncul dari people santri. Yang menyobek bendera Belanda jadi merah putih itu ya santri,” ucap Mujahidin.


Sama halnya di Pondok Pesantren Dar El Hikmah, raut wajah bahagia dan semangat terpancar dari para santri. Total ada sekitar 1500 santri dan 200 orang majelis guru ikut pada kegiatan peringatan hari santri. Sambil menggunakan sarung, para santri mengikuti berbagai perlombaan yang memang sengaja dihadirkan untuk memeriahkan peringatan hari besar tersebut.

Sekertaris Panitia, Tengku Nurul Azifah SPdi mengatakan, peringatan HSN sengaja bertemakan sarung, karena sesuai dengan ciri khas santri. Selain itu pada hari santri ini disematkan pula tema nasional yakni ‘Santri untuk Perdamaian Dunia’ dan ia berharap agar para santri memiliki jiwa nasionalisme yang tinggi.

Lalu salah satu santri bernama Dian Laila Hasanah mengatakan sangat senang dengan peringatan hari santri tahun ini, dan ia mengungkap kan bahwa semoga para santri tetap semangat berjihad meski selalu ada tantangan di dalamnya.

“Hari santri selalu kami peringati, sejak diresmikan presiden. Kalau dipondok biasanya peringatan hari santri ya upacara, dan malam sebelumnya ada muhasabah serta zikir bersama. Perasaannya senang dan bersyukur, karena momen ini ada semangat sebagai santri. Harapannya, kita kan dipondok ini sama-sama berjihad di jalan Allah dan enggak ngerasain bebas seperti orang diluar sana. Tapi tetap semangat untuk kita para santri,” ucapnya.(*2/ksm)

 

Laporan PRAPTI DWI LESTARI, Kota

 

 









Tuliskan Komentar anda dari account Facebook