PEKANBARU (RIAUPOS.CO) -- Di saat pandemi Covid-19 yang tengah melanda tanah air dan dunia, Manggala Agni dituntut untuk tetap bekerja di lapangan mewaspadai dan mengantisipasi terjadinya karhutla.
"Intinya, kita harus menghindari terjadinya bencana ganda. Di satu sisi karhutla harus tetap diwaspadai, sementara di sisi lain kita juga harus memperhatikan kesehatan karena negara kita masih berada di tengah ancaman wabah Covid-19," ujar Direktur Pengendalian Kebakaran Hutan Lahan (PKHL) KLHK, Basar Manullang, di Jakarta pada Senin (21/9).
Meski dirasa berat, namun Basar mengatakan hal itu tak akan mengurangi konsistensi jajaran Manggala Agni di lapangan. Sebab pihaknya telah memberikan arahan guna memandu para petugas saat melaksanakan tugas.
"Pada hakikatnya kita tetap melaksanakan tugas dengan sebaik-baiknya, dengan tetap mematuhi ketentuan pemerintah tentang antisipasi penyebaran dan penanganan Covid-19," tambahnya.
Di Riau, Manggala Agni tersebar pada lima Daerah Operasional (Daops), yakni Pekanbaru, Siak, Rengat, Dumai dan Batam. Menurut Basar, Riau menjadi salah satu daerah yang menjadi perhatian khusus dalam penanganan Karhutla di Indonesia. Hal ini mengingat di Riau terdapat lahan gambut yang luasnya mencapai lebih dari 4 juta hektare. Jika tidak terkelola dengan baik, lahan gambut ini sangat rawan menjadi sumber karhutla.
Sejauh ini, KLHK bersama pemerintah daerah dan para pihak terkait lainnya, terus melakukan berbagai upaya untuk menekan potensi kejadian karhutla di Riau. Di antaranya dengan penataan regulasi ekosistem gambut. Begitu pula halnya dengan tindakan menjaga kondisi gambut tetap basah, melalui pembangunan sekat kanal, embung dan rehabilitasi lahan gambut.
Upaya lainnya adalah pengawasan dan pembinaan bagi pemegang izin pengusahaan kehutanan dan perkebunan, serta peningkatan penyadartahuan pencegahan karhutla dan pemberdayaan masyarakat untuk usaha ekonomi alternatif.
Ditambahkannya, Manggala Agni di Riau dibentuk bersamaan juga dengan provinsi lainnya yaitu Sumatera Utara, Jambi, Kalimantan Barat dan Kalimantan Tengah pada 13 September 2002 silam. Sehingga saat ini, usianya telah genap 18 tahun.
Menurutnya, saat ini paradigma penanganan Kahutla telah bergeser dengan lebih mengutamakan upaya Pencegahan, daripada pemadaman. Pengendalian karhutla tidak hanya dilakukan saat banyak terjadi kejadian karhutla, namun upaya pencegahan telah mulai pada fase awal siklus karhutla sebelum memasuki fase krisis.
Pelaksanaan Teknologi Modifikasi Cuaca
Salah satu upaya pencegahan yang dilaksanakan saat ini adalah rekayasa hujan melalui operasi Teknologi Modifikasi Cuaca (TMC). Dengan adanya operasi ini, tidak hanya penanganan karhutla yang menjadi tujuan. Karena dengan adanya hujan buatan, bisa membasahi lahan gambut, mengisi kanal, embung serta kolam retensi. Pembasahan lahan gambut ini diharapkan akan menekan potensi terjadinya karhutla.
Sepanjang tahun ini, TMC dilakukan di Provinsi Riau bersama provinsi tetangga seperti Jambi, Sumatera Selatan serta Kalimantan Barat. Secara khusus sampai saat ini operasi TMC di Riau telah dilakukan sebanyak tiga periode, yaitu pada tanggal 18 Februari hingga 2 April, dilanjutkan pada 14 hingga 31 Mei, dan 12 Agustus hingga saat ini.
"Di tengah pandemi Covid-19 seperti saat ini, upaya-upaya pencegahan dan penanggulangan karhutla tidak boleh surut. Sebab, bila terjadi karhutla, maka beban masyarakat tentu akan semakin bertambah. Yang pasti, demi kesehatan dan keselamatan bersama dalam melaksanakan tugasnya mereka harus menerapkan protokol pencegahan Covid-19," tambah Basar.
Senada dengan Basar, Koordinator Wilayah Manggala Agni Riau Edwin Putra menyampaikan sejak pandemi Covid-19 terjadi, ada beberapa perubahan yang dilakukan pihaknya dalam melaksanakan kegiatan di lapangan.
Khususnya yang berkaitan dengan interaksi dengan masyarakat dalam jumlah banyak. "Kalau dulu kita mengumpulkan warga guna melakukan sosialisasi. Sekarang tidak bisa seperti itu. Sebagai gantinya kita mendatangi warga satu per satu, ini untuk menghindari kontak dengan banyak orang atau physical distancing, sesuai himbauan dalam mematuhi protokol kesehatan Covid-19," ujarnya.
Di samping itu, pihaknya juga mengencarkan komunikasi digital dengan pihak terkait di lapangan, seperti dengan Masyarakat Peduli Api (MPA), Babinsa juga Bhabinkamtibmas. "Meski tidak bertemu langsung, komunikasi dan informasi tetap terjaga sebagai upaya sinergitas dalam pengendalian karhutla," pungkas Edwin.(hen)