PEKANBARU, (RIAUPOS.CO) - Pengerjaan proyek galian Sistem Pembuangan Air Limbah Domestik (SPALD) kembali dikeluhkan warga. Ini karena pengerjaan proyek di lapangan sering dinilai mengabaikan keselamatan pengguna jalan. Apalagi setelah penggalian SPALD selesai, jalan yang sempat dibongkar belum diaspal seperti semula.
Seperti di Jalan Pepaya, lubang menganga tanpa ada pengaman atau petunjuk yang memadai bagi pengguna jalan. Bahkan masyarakat sekitar proyek sempat menanam pohon di lubang tersebut dan memasang bendera kain putih. Pantauan Riau Pos , Sabtu (19/9), lubang terlihat telah ditutup. Namun, masyarakat sekitar, Ranu menyebut, meski ditutup tak berapa lama akan timbul lubang.
"Kepada pemerintah atau instansi terkait agar memperhatikan pembangunan yang digarap," tegasnya.
Sementara itu, di sekitar Jalan Pepaya-Jalan Durian pun kerap terjadi kecelakaan tunggal. Informasi tersebut tentunya didapat dari warga dan masyarakat sekitar. "Sering jatuh karena banyak pasir. Seringnya orang tua sampai berdarah-darah. Jantungan juga. Untung nggak tabrakan. Satu lagi di dekat tempat jualan malam sekitar jalan pepaya pun orang sering jatuh di sana," ungkap penjual minuman Ayu Endang.
Ia yang ditemani suaminya berjualan berharap agar proyek diselesaikan satu persatu baru berpindah tempat. "Begitu selesai satu, diaspal. Baru pindah tempat," ungkapnya yang sudah berjualan sebelum puasa tahun ini.
Sejak adanya proyek SPALD waktu berjualan untuk jadi terganggu. "Sekarang jadi pukul 04.00 sore sampai 12.00 malam. Karena banyak debu dan panas. Biasanya pukul 02.00 sore udah jualan. Kalau habis hujan, genangan cukup banyak," terangnya.
Lebih pada itu, jika hujan tiba, di daerah proyek akan digenangi air. Belum lagi galian yang tak merata itu membuat adanya guncangan atau getaran pada kendaraan yang bisa mengancam keselamatan pengguana jalan seperti tergelincir.
Pengamat Perkotaan Kota Pekanbaru Mardianto Manan kepada Riau Pos menyebutkan, pembangunan gagal karena tidak sesuai dengan filosofi pembangunan. "Artinya, pembangunan diciptakan untuk mengubah, membangun, membuat dari yang buruk menjadi bagus dan elok. Saya lihat seperti SPALD ini proyek siluman. Ntah, apa yang dibangun di bawahnya," selorohnya.
Katanya, jika didapati pembangunan yang merusak dan menghancurkan ataupun dapat membuat masyarakat tergelincir karena proyek itu, maka pembangunan belum tersentuh. "Jika SPALD itu membuat jalan licin, mengganggu lalu lintas, maka secara hakiki SPALD itu dalam konteks pembangunan gagal. Dinas terkait khususnya PUPR mampu menyelesaikan masalah ini," ucapnya.
Mardianto pun tak menampik keterangan masyarakat yang disebut di atas. Seyogyanya jika orang menggali jalan, maka minimal
harus dikembalikan seperti dulu. "Konsep membangun itu dikembalikan seperti semula. Diaspal lagi. Ini dari dulu masalahnya itu aja, harusnya dievaluasi," urainya.
Kepala Dinas PUPR Kota Pekanbaru Indra Pomi Nasution mengatakan, perbaikan sejumlah ruas jalan akibat pembangunan SPALD) itu tanggung jawab pihak kontraktor. Dia berjanji akan terus memantaunya atau mengawasinya.
"Karena pengerjaan proyek IPAL berakhir di tahun ini, maka ditargetkan perbaikan jalan rusak bekas galian IPAL itu rampung di akhir tahun ini," terangnya. (dof)
Laporan : Sofiah, Dofi Iskandar (Pekanbaru)