PEKANBARU (RIAUPOS.CO) - Masyarakat Kabupaten Kampar tepatnya di Desa Sungai Kijang, Kecamatan Tapung Hilir dihebohkan dengan adanya belasan sapi yang mati mendadak pada Kamis (12/10) lalu. Total sapi yang mati berjumlah 16 ekor tersebut mati dengan mulut mengeluarkan busa dan perutnya menggembung.
Kepala Dinas Kesehatan Peternakan dan Kesehatan Hewan (PKH) Herman melalui Kabid Kesehatan Hewan drh Faralinda Sari mengatakan, setelah mendapatkan laporan adanya sapi yang mati mendadak tersebut pihaknya langsung berkoordinasi dengan dinas peternakan setempat.
“Dari hasil pengecekan ke lokasi, sapi-sapi tersebut mati karena keracunan potas,” katanya.
Dijelaskan Faralinda, dari hasil pengecekan juga tidak ditentukan ciri-ciri sapi yang mati tersebut terkena penyakit atau virus yang sebelumnya sempat merebak di Riau yakni Penyakit Mulut dan Kuku (PMK) dan penyakit ngorok.
“Bukan akibat penyakit seperti PMK atau ngorok,” ujarnya.
Dipaparkan Faralinda, adapun dari ciri-ciri dari hewan ternak terjangkit PMK yakni demam, luka
pada mulut dan kaki serta keluarnya air liur yang berlebihan. “Kemudian kalau untuk penularan penyakit PMK ini cukup cepat,” ujarnya.
Dipaparkan Faralinda, untuk ternak yang terpapar PMK di Riau sebanyak 5.256 ekor. Dari jumlah tersebut, 33 ekor di antaranya mati, potong paksa 35 ekor dan sembuh 5.188 ekor. “Untuk tingkat kesembuhan hewan ternak yang terpapar PMK di Riau juga tinggi. Sebagai bentuk antisipasi, petugas juga menggencarkan program vaksin pada ternak,” sebutnya.
Dipaparkan Faralinda, untuk daerah yang paling banyak ternaknya terpapar PMK yakni di Kuantan Singingi sebanyak 1.560 ekor, kemudian Rokan Hulu 1.053 ekor, Indragiri Hulu 724 ekor, Pelalawan 527 ekor.
“Kemudian Siak 520 ekor, Indragiri Hilir 268 ekor, Kampar 343 ekor, Bengkalis 242 ekor, Dumai 8 ekor. Sedangkan tiga daerah di Riau nihil PMK yakni Pekanbaru, Rokan Hilir dan Kepulauan Meranti,” paparnya.(sol)