PEKANBARU (RIAUPOS.CO) - Himpunan Pemuda dan Mahasiswa Tanjung Balai Karimun (HPM-TBK) Pekanbaru yang berjumlah 12 orang itu melakukan kunjungan ke Riau Pos, Sabtu (14/9/2019).
Ketua HPM TBK Aldy Putra Firmando mengatakan, kunjungan tersebut dalam rangka diskusi pentingnya pemuda dalam pengembangan membaca untuk pintar literasi dalam membedakan berita dan hoaks.
Dalam diskusi itu disambut Wakil Pemimpin Redaksi Riau Pos Firman Agus. Mulanya Firman menjelaskan tentang sejarah Riau Pos hingga terbentuknya digital online.
Riau Pos hadir sudah selama 28 tahun mengisi harian pagi hingga sekarang dan menjadi saksi pengembangan Provinsi Riau termasuk saat Karimun, Bintan dan Natuna masih menjadi Provinsi Riau. “Saat itu belum ada koran harian konsisten yang terbitnya di Riau. Dari semangat itulah menembus mitos dan membangun semangat orang Riau dalam berkarya di bidang media,” jelas Firman.
Kemudian, seiring perkembangannya pun membuat grup yaitu Riau Pos Grup sehingga punya koran di Padang, Medan, Batam dan Aceh yang masuk dalam wilayah Sumbagut.
“Dalam perkembangan dunia yang menuju era digital, Riau Pos juga bertranformasi menjadi Riau Pos Media di dalamnya penggabungan cetak dan online. Semuanya dirangkum, baik koran cetak, portal di riaupos.co yang juga melakui akun facebook, twitter, instagram, youtube dan lainnya,” ucap pria yang juga Pemimpin Redaksi riaupos.co ini.
Lebih lanjut, adanya aplikasi scan QR Code, memudahkan pembaca untuk melihat konten Riau Pos versi digital. “Caranya gampang dengan scan barcode yang ada di koran Riau Pos,” terangnya.
Dia pun mencontohkan cara scanner melalui gawai pintarnya kepada mahasiswa Karimun di ruangan redaksi. Kemudian menjelaskan pembaca Riau Pos itu versi digital khusunya Instagram itu paling banyak 26-32 tahun. Peringkat kedua 17-25 tahun. “Jangan lupa follow, like, subscibe dan share,” ujarnya.
Saat diskusi berlangsung Dody menanyakan perihal bagaimana supaya generasi muda banyak baca, karena menurutnya sekarang lebih banyak main ponsel maupun game.
Pertanyaan itu dijawab gamblang oleh Firman. Meski pemerintah sudah gembar gembor namun harus mulai dari pribadi. Baca apapun itu. “Jika tidak ada background pengetahuan tentang itu jangan langsung share. Itu salah satu trik menangkal hoaks,” paparnya.
Jadi pelajari terlebih dahulu supaya membaca hal yang lain. Dari situ pengetahuan bertambah. “Saya follow semua akun berita baik lokal, nasional maupun internasional. Untuk kebutuhan saya dalam membaca salah satunya,” terangnya.
Turut bertanya Gemi mengenai metode filter berita. Dikatakannya standar berita ada yang hanya layak berita dan benar layak muat. Sehingga wartawan harus skeptis untuk konfirmasi fakta, memang harus cerewet dan jangan main terima informasi saja. Jika sudah naik tetap harus dilanjutkan lagi.
Baik cetak maupun online Riau Pos harus menerapkan kaidah jurnalistik agar tidak terkena Undang-Undang ITE.(*3)