PEKANBARU (RIAUPOS.CO) - Pertamina Patra Niaga, Sub Holding Commercial & Trading PT Pertamina (Persero) kembali menaikkan harga tiga produk bahan bakar khusus (BBK) yang merupakan BBM nonsubsidi, yaitu pertamax turbo, pertamina dex, dan dexlite.
Khusus Provinsi Riau, harga pertamax turbo (RON 98) terjadi penyesuaian harga menjadi Rp18.600 per liter dari harga semula Rp16.900 per liter. Untuk pertamina dex (CN 53) menjadi Rp19.600 per liter dari harga sebelumnya Rp17.200 per liter. Sedangkan, harga dexlite (CN 51) menjadi Rp18.500 per liter dari harga Rp15.700 per liter. Harga ini berlaku mulai 3 Agustus 2022.
Penyesuaian harga ini merupakan kali kedua tahun ini. 10 Juli lalu juga sempat terjadi kenaikan harga. Di mana sebelumnya harga pertamax turbo Rp15.100 per liter, dexlite Rp13.550 per liter, dan pertamina dex Rp14.300 per liter.
"Penyesuaian harga ini sesuai dengan regulasi Kepmen ESDM No. 62/K/12/MEM/2020 tentang Formulasi Harga Jenis Bahan Bakar Umum (JBU). Sebagai informasi, harga pertamax turbo dan dex series ini masih paling kompetitif jika dibandingkan dengan produk dengan kualitas setara. Hal ini adalah komitmen kami untuk dapat menyediakan BBM berkualitas dan tetap dengan menjaga keterjangkauan harga," kata Area Manager Communication, Relation & CSR Pertamina Patra Niaga Regional Sumatera Bagian Utara, Taufikurachman, Rabu (3/8).
Taufikurachman menjelaskan, mekanisme penyesuaian harga secara berkala ini kembali dilakukan. Harga BBM nonsubsidi saat ini cukup fluktuatif mengikuti perkembangan terkini dari industri minyak dan gas, terutama harga minyak dunia dan Indonesian Crude Price (ICP).
"Dapat disampaikan bahwa harga rata-rata ICP per Juli di angka 106.73 dolar AS per barel, masih lebih tinggi sekitar 24 persen dari harga ICP pada Januari 2022. Harga ICP ini sangat fluktuatif dan harganya masih relatif tinggi," jelas Taufikurachman.
Ia menambahkan, dalam menyesuaikan harga, Pertamina turut mempertimbangkan dan menjaga daya beli masyarakat. Pertamax dan BBM bersubsidi yakni pertalite dan solar tidak mengalami perubahan harga. Penyesuaian harga pertamax turbo dan dex series yang hanya sekitar lima persen dari total konsumsi nasional tidak akan terlalu berpengaruh terhadap harga komoditas ataupun sektor transportasi.
"95 persen dari porsi BBM nasional yakni pertamax, pertalite, dan solar tidak berubah harganya. Hanya BBM segmen tertentu saja yakni pertamax turbo dan dex series yang berubah, itupun masih paling kompetitif. Jadi masyarakat tidak perlu khawatir," terangnya.
Sementara itu, pengawas salah satu SPBU di Pekanbaru yang enggan disebutkan namanya menyampaikan sejak pagi hingga sore, ia melihat konsumen pengguna pertamax turbo dan dex series terlihat kaget dengan kenaikan tersebut. Bahkan ada yang biasanya menggunakan pertamax turbo beralih ke pertamax RON 92.
"Saya khawatir karena naiknya (harga) terlalu jauh, pasti orang cari yang murah. Ini terlalu jauh. Kalau ditanya pengaruh, pasti terpengaruh. Kenaikannya kan tengah malam, belum banyak yang tahu. Pas isi ke SPBU pada kaget," katanya.
Ya, hampir seluruh pengendara roda empat yang menggunakan BBM nonsubsidi mengeluhkan kenaikan harga ini. Pantauan Riau Pos, di salah satu SPBU di Jalan KH Nasution Kecamatan Bukit Raya, Rabu (3/8) tampak sejumlah pengendara mobil merasa keberatan dengan kenaikan harga yang mulai ditetapkan tersebut.
Meskipun begitu, para pengendara hanya bisa pasrah dan tetap membeli BBM agar kendaraan dapat digunakan. Salah seorang pengendara Bernama Tono mengaku kecewa karena pemerintah mulai menaikan harga BBM lagi. Pasalnya belum lama ini harga BBM juga sudah naik dan dirasa memberatkan pengendara mobil.
"Jelas keberatan kalau naik terus. Bisa-bisa menguras kantong juga karena harga kebutuhan pokok lainnya juga akan mengalami kenaikan. Ini juga imbas dari kenaikan harga BBM ini," kata dia.
Hal senada juga diungkapkan pengendara lainnya, Riza. Ia mengaku sangat memprihatinkan kenaikan harga BBM dilakukan di saat masyarakat masih belum sepenuhnya bangkit dari dampak pandemi Covid-19 yang menggerogoti perekonomian.
"Seharusnya turunkan harganya bukan dinaikkan terus. Apalagi Riau, provinsi yang kaya dengan minyak tapi malah harga minyak semuanya dimahalkan," tuturnya.
Sementara itu, salah seorang petugas SPBU Fardan mengatakan kenaikan harga sudah dilakukan sejak bulan lalu dan saat ini dilakukan penyesuaian kembali oleh PT Pertamina. Dirinya tidak menampik banyak pengendara mobil yang mengeluhkan kenaikan harga BBM tersebut tetapi mereka tetap membelinya. "Memang sudah naik dari sananya. Kami cuma mengikuti aturan yang sudah diberlakukan," ujarnya.
Sementara itu, di Kabupaten Rokan Hulu (Rohul) sejumlah SPBU yang beroperasi di Dusun Pasir Putih, Desa Pematang Berangan, Kecamatan Rambah dan Kecamatan Ujungbatu, terlihat sepi pembeli. Hanya jenis kendaraan bermotor tertentu yang mengisi BBM nonsubsidi tersebut.
"Benar, mulai pagi tadi (Rabu, red) pihak SPBU telah menyesuaikan kenaikan harga jual BBM nonsubsidi jenis dexlite sesuai ketetapan PT Pertamina. Kebetulan kita hanya menjual BBM nonsubsidi jenis dexlite," ujar Kahfi, salah seorang petugas pengisian BBM nonsubsidi dexlite di SPBU yang beroperasi di Desa Pematang Berangan, Kecamatan Rambah, Rabu (3/8).
Diakuinya, hanya mobil tertentu saja yang biasanya mengisi dexlite di SPBU tempat ia bekerja, itupun karena terpaksa ketika BBM jenis biosolar habis dan kendaraannya menipis atau sedikit. "Sejak pagi hingga malam, tidak ada antrean kendaraan bermotor yang mengisi BBM nonsubsidi jenis dexlite di SPBU Pasirpengaraian," tuturnya.
Sopir dan Pemilik Peron Khawatir
Naiknya harga sejumlah bahan bakar ini, membawa kekhawatiran tersendiri bagi sejumlah sopir truk pembawa buah sawit dan pemilik peron. Terlebih, sejumlah bahan bakar minyak juga menghilang di pasaran.
Kenaikan ini benar-benar menyisakan kebingungan. Sopir truk pembawa buah sawit warga Bungaraya, Toni, mengatakan saat ini memang kesulitan untuk mendapatkan solar karena selalu kosong di SPBU. "Jika pun solar ada, kami harus antre. Dan ini benar-benar membuat sangat tidak nyaman," kata Toni.
Dengan naiknya beberapa jenis bahan bakar, Toni khawatir akan hilangnya sejumlah jenis bahan bakar seperti solar dan biosolar. Sementara itu, pemilik peron sawit di Kecamatan Mempura, Kabupaten Siak, Irhamsyah Purba mengatakan kekhawatiran sopir bisa saja terjadi dan hal ini memang akan menjadi dilema.
Baginya, truk sawit yang dia punya tentu memerlukan bahan bakar yang tidak sedikit untuk operasional. Jika ada kenaikan dan sebagian lainnya kosong, tentu pengeluaran untuk bahan bakar akan lebih tinggi.
Harga sawit yang mulai membaik seperti ini, mungkin bisa sedikit menutupi. Tapi jika harga sawit turun lagi, tentu akan sangat membahayakan perekonomian. "Saya sangat memberharap, pemerintah mengkaji ulang atau memenuhi pasokan bahan bakar yang terjangkau bagi kami," katanya.
Sementara Hendri, pemilik sejumlah mobil L300 warga Kwalian, yang setiap hari digunakan untuk mengantar barang, ikut khawatir. "Saya khawatir dengan kenaikan bahan bakar akan berdampak pada naiknya harga barang kebutuhan," sebutnya.
Tapi sebagai masyarakat dan pemilik usaha, dia merasa tidak bisa berbuat banyak dalam hal ini. "Kami hanya bisa ikut apa kata pemerintah saja. Mau bagaimana lagi coba," ucapnya.
Solar Mulai Langka di Pekanbaru
Sementara itu, BBM jenis solar di Kota Pekanbaru mulai langka sejak sepekan terakhir. Sejumlah SPBU di kawasan perkotaan tidak melayani pembelian BBM jenis solar. Berdasarkan pantauan, salah satu SPBU di Jalan Kelapa Sawit, Jalan Harapan Raya, Jalan Kaharuddin Nasution dan di beberapa SPBU lainnya solar mengalami kekosongan.
Kepada setiap pengendara kendaraan yang ingin mengisi solar, petugas di SPBU menginformasikan stok solar kosong. Sementara BBM jenis pertalite dan pertamax RON 92 tersedia. SPBU terpantau tidak menyediakan solar pada pagi hari, namun pada siang atau menjelang sore kembali ada setelah mendapatkan pasokan BBM solar dari Pertamina.
Rendi, salah seorang pengendara mobil truk mengatakan, langkanya BBM jenis solar sudah terjadi sejak seminggu terakhir. Hal itu diduga disebabkan oleh dikurangi jatah atau pasokan BBM jenis solar dari Pertamina ke SPBU.
"Solarnya ada, tetapi pasokan BBM solar dari Pertamina ke SPBU dibatasi atau berkurang dari sebelumnya sehingga di beberapa SPBU hanya melayani pembelian solar pada waktu-waktu tertentu seperti siang hari atau menjelang sore. Pasalnya, SPBU menunggu solar dari Pertamina datang dulu," ujarnya, Rabu (3/8).
"Kalau pasokan sudah datang itu pun cepat habisnya. Seperti pasokan solar dari Pertamina datang ke SPBU siang hari, menjelang sore stok solar di SPBU sudah habis. Karena kan mobil ngisi semua. Kalau tak cepat datang tak dapat. Ya harus nunggu stoknya datang lagi besoknya," sambungnya.
Untuk itu, ia berharap agar pemerintah pusat atau pihak Pertamina bisa kembali menambah pasokan BBM solar di SPBU-SPBU yang ada. Jangan sampai seperti sekarang ini pasokan BBM solar dari Pertamina ke SPBU dibatasi sehingga masyarakat susah mendapatkan solar.
Di Kabupaten Indragiri Hulu (Inhu) juga terjadi antrean panjang di sejumlah SPBU yang didominasi mobil truk. Kejadian antrian panjang ini juga terjadi sejak adanya pembatasan dan kenaikan harga sejumlah jenis BBM. "Antrean hari ini terjadi sejak siang. Di mana puluhan truk menunggu BBM biosolar yang sudah kosong sejak pagi," ujar Manajer SPBU Belilas di Jalan Lintas Timur Kecamatan Seberida, Oxy Maryuanda SE, Rabu (3/8).
Memang sebutnya, sejak ada kenaikan sejumlah jenis bahan BBM, untuk jenis biosolar terjadi pengurangan dari biasanya. Sehingga kebutuhan BBM jenis biosolar, masyarakat tidak dapat terpenuhi. Pengurangan BBM jenis biosolar tersebut, merupakan kebijakan pihak Pertamina.
"SPBU sifatnya hanya menjual BBM. Namun berapa jumlah kuota BBM yang diberikan. Itu sudah menjadi kewenangan pihak Pertamina," ungkapnya. "Kami juga tidak ingin terjadi antrean panjang hingga para supir mengeluh," tambahnya.
Di SPBU Jalan Seokarno-Hatta Pekanbaru, tidak jauh dari Dakota Kargo, terlihat antrean solar lebih panjang dari biasanya. Antrean sekitar pukul 10.15 WIB pagi terlihat sampai tepi jalan di Kelurahan Sidomulyo Barat, Kecamatan Tuah Madani tersebut.
Sementara itu, sekitar pukul 11.45 WIB, antrean kendaraan yang ingin mengisi solar juga terlihat di SPBU Jalan Seokarno-Hatta lainnya. SPBU yang tidak jauh dari seberang pintu gerbang Perumahan Damai Langgeng ini antrean panjang juga terlihat lebih panjang dari biasanya. Namun antrean tidak sampai hingga ke tepi Jalan Seokarno-Hatta.(anf/ayi/epp/mng/dof/kas/end/das)
Laporan TIM RIAU POS, Pekanbaru