PEKANBARU (RIAUPOS.CO) - Kabut asap tebal menyelimuti Pekanbaru sejak beberapa hari terakhir. Bahkan, Ahad (1/10) kabut telah membuat jarak pandang semakin terbatas. Gedung-gedung tinggi tertutup kabut tebal. Beberapa jadwal penerbangan terganggu.Kondisi udara di Pekanbaru juga dinyatakan tidak sehat.
Dengan kondisi ini, masyarakat pun diminta untuk menggunakan masker saat menjalani aktivitas di luar ruangan. “Kami mengimbau masyarakat bila beraktivitas di luar ruangan, tetap menggunakan masker,” kata Kepala Stasiun Meteorologi Kelas I Sultan Syarif Kasim II-Pekanbaru Ramlan SSi MSi, Ahad (1/10).
Dikatakan Ramlan, saat ini kualitas udara di Kota Pekanbaru berada di level tidak sehat. Masyarakat bisa melihat langsung secara real time melalui website https://www.bmkg.go.id/kualitas-udara/informasi-partikulat-pm25.bmkg yang dimiliki oleh BMKG.
Dari data yang dimiliki oleh aplikasi tersebut, terlihat konsentrasi partikulat (PM10) di Pekanbaru pada pagi kemarin menunjukkan angka 99.80 ugram/m3. Angka tersebut menerangkan kualitas tidak sehat atau berada di level kuning.
Ramlan menjelaskan, udara tidak sehat ini ditandai warna cokelat dengan konsentrasi partikulat 55,5-150,4 ugram/m3. Sedangkan udara sangat tidak sehat ditandai dengan warna merah dengan konsentrasi partikulat 150,5-250,4 ugram/m3. Udara berbahaya ditandai dengan warna hitam 250,4 dengan konsentrasi partikulat lebih besar 250 ugram/m3.
“Beberapa hari ini Riau memang terjadi kabut asap akibat kebakaran yang terjadi di beberapa wilayah seperti di Pelalawan dan juga Inhu,” ujarnya.
Sementara itu, Sekretaris Perhimpunan Dokter Paru Indonesia Cabang Riau dr Indra Yovi Sp P (K) mengatakan, akibat udara tidak sehat tersebut, yang paling akan merasakan dampaknya yakni orang-orang yang berisiko dan anak-anak. Orang yang berisiko tersebut yakni orang-orang yang sebelumnya sudah punya masalah kesehatan pernapasan.
“Seperti punya penyakit TBC, asma dan kangker paru itu akan langsung berdampak pada imunitas pernapasan mereka. Kemudian juga pada anak, mereka lebih rentan terkena ISPA. Namun itu masih merupakan efek jangka pendek,” katanya.
Sementara itu, untuk efek jangka panjang tergantung pada seberapa parah polusi yang terjadi. Secara awam polusi tersebut juga dapat dilihat dari jarak pandang. Semakin pendek jarak pandang, maka semakin berbahaya polusi yang terjadi.
“Kalau di bawah 100 meter jarak pandang, itu berarti status polusinya hitam,” sebutnya.
Karena itu, pihaknya menyarankan jika melihat status kualitas udara tidak sehat, jika harus bepergian ke luar rumah hendaknya menggunakan masker. Terutama bagi kelompok rentan dan anak-anak.
“Masker yang digunakan masker medis yang biasa saja, tidak perlu masker yang N95,” ujarnya.
Akibat kabut asap tebal, Ahad (1/10), beberapa penerbangan dari dan menuju Bandara SSK II Pekanbaru juga sempat mengalami gangguan. Pasalnya jarak pandang di Kota Pekanbaru hanya berkisar 500 meter.
Menurut Executive General Manager (EGM) Bandara SSK II Pekanbaru, Radityo Ari Purwoko, saat pagi hari memang jarak pandang di Kota Pekanbaru sangat terbatas. “Akibat jarak pandang yang terbatas baik kedatangan mau pun keberangkatan mengalami gangguan,” ujarnya.
Radityo menambahkan, sedikitnya ada lima jadwal keberangkatan dari Pekanbaru ke berbagai daerah yang mengalami kendala atau delay. Yaitu penerbangan untuk Batik Air ID7066 dari Pekanbaru ke Halim Perdanakusuma (HLP) dari jadwal semula 06.05 WIB baru take off 07.06 WIB, delay 61 menit. Citilink QG937 ke Bandara Soekarno Hatta (CGK), jadwal seharusnya 06.15 WIB, take off 06.58 WIB, delay 43 menit.
Lalu, penerbangan Lion Air Jt 279 dari Bandara SSK Pekanbaru ke YIA STD seharusnya terbang pukul 07.00 WIB, delay 29 menit. Kemudian Wings Air IW 1242 ke Bandara KNO (Kualanamu) seharusnya berangkat 07.00 WIB, delay 53 menit.
Kemudian penerbangan Lion AIR JT393 Cengkareng GK STD 06.00 WIB baru bisa terbang pada pukul 07.13 WIB mengalami keterlambatan selama 63 menit.
Tak hanya itu, untuk aktivitas kedatangan juga ada mengalami gangguan. Sedikitnya ada tiga penerbangan yang terganggu yakni Batik ID6850 dari Cengkareng seharusnya mendarat 07.10 WIB, namun baru bisa mendarat pukul 08.13 WIB. Lalu Citilink QG 936 dari Jakarta seharusnya mendarat pukul 07.15 WIB baru bisa mendarat 08.03 WIB atau delay 48 menit.
Disusul penerbangan Superjet SJ910 dari Cengkareng seharusnya mendarat 07.40 WIB, namun baru bisa mendarat pukul 08.20 WIB. Sementara itu, Wakil Ketua DPRD Kota Pekanbaru Ginda Burnama ST MT juga menyarankan supaya pemerintah juga mengeluarkan semacam perintah atau instruksi agar masyarakat kembali aktif menggunakan masker.
‘’Sebaiknya begitu, langsung diimbau masyarakat kita untuk memakai masker dalam melakukan aktivitas, khususnya saat berada di luar ruangan. Apabila tidak ada kepentingan untuk ke luar rumah sebaiknya tak perlu ke luar rumah dulu,’’ tambahnya.
Ginda juga mengajak, apabila kondisi belum dapat teratasi dalam beberapa hari ke depan, maka aktivitas di dalam rumah menjadi pilihan, dan bisa saja sekolah sementara ada keputusan tegas untuk diliburkan dahulu.
‘’Tentu kondisi seperti cuaca atau kualitas udara buruk seperti sekarang akan berdampak pada masyarakat yang rentan, tentunya akan menambah berat penyakitnya. Ini kita tunggu pula apa saran dokter-dokter di Pekanbaru,’’ paparnya.
Ginda juga menyampaikan untuk antisipasi masalah kesehatan segala kelompok umur dan termasuk anak-anak dan ibu hamil agar prioritaskan untuk beraktivitas dalam rumah saja.
‘’Kita maunya masalah ini dapat direspons seperti merespons Covid-19. Paling tidak ada semangat untuk segera dapat mengatasi bersama-sama. Supaya tidak menjadi ambigu di lapangan maka harus cepat dibawa ke rapat koordinasi Pemko Pekanbaru dan juga Pemprov Riau,’’ katanya.
Untuk tindakan tegas kepada penyebab kualitas udara buruk, bagaimana? Karena berdampak dari kebakaran lahan dan penyebab lainnya, sementara Kota Pekanbaru sendiri adalah terdampak, atau dapat kiriman saja.
‘’Ya, tentunya ini sudah masuk ranah pemerintah provinsi karena bisa saja asap yang dihasilkan ini dari kabupaten lainnya. Ini tentu harus menjadi perhatian khusus,’’ tuturnya.
Ancam Pelaku Bisnis Pariwisata
Kabut asap yang kembali menyelimuti Kota Pekanbaru dinilai menjadi ancaman bagi pelaku bisnis di Riau, khususnya pelaku bisnis travel agent. Hal tersebut dikatakan oleh Ketua DPD Asosiasi Perusahaan Perjalanan Wisata Indonesia/Association of the Indonesian Tours and Travel Agencies (ASITA) Riau, Dede Firmansyah.
Karena itu, pihaknya meminta hal ini segera diatasi mengingat sektor pariwisata sangat rawan jika bencana kabut asap terjadi. “Pak Gubernur Riau, Kapolda, dan Pak Danrem agar segera menyikapi ini. Mengingat kabut asap bukan hanya sumbernya dari Riau, tetapi juga provinsi tetangga maka perlu sinergi antar pimpinan masing-masing daerah. Jangan sampai ada ego sektoral,” harap Dede Firmansyah.
Menurutnya, pemerintah tidak perlu menunggu kabut asap semakin parah dan menganggu penerbangan. “Aparat harus tegas segera menindak siapa ini pelaku pembakaran ini. Jangan anggap santai, jangan tunggu jatuh korban. Kalau memang daerah lain kesulitan memadamkan karhutla agar bisa dibantu,” katanya.
Menurutnya, instruksi Presiden Jokowi jelas dan tegas. Kapolda dan Pangdam yang tak bisa mengatasi karhutla ada sanksi tegas. “Karena bencana asap ini merugikan banyak sektor, terutama bagi pelaku bisnis. Intinya kita percaya Kapolda dan Pangdam serta Gubernur Riau bisa antisipasi karhutla. Jangan ada kesalahan. Pokoknya no asap,” harapnya.
Sementara itu, Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Riau M Edy Afrizal menyebutkan, per Ahad (1/10) kebakaran hutan dan lahan (karhutla) di Riau hanya tersisa di dua kabupaten. Sementara itu, beberapa lokasi karhutla yang sebelumnya cukup besar terjadi di Kabupaten Pelalawan dan Indragiri Hulu (Inhu) sudah padam dan tinggal pendinginan.
“Karhutla terkendali, per hari ini (kemarin, red) memang ada beberapa titik tapi tidak besar yakni di Kabupaten Rokan Hilir dan Kampar. Sedangkan yang di Pelalawan dan Inhu sudah padam hanya tinggal pendinginan,” kata Edy Afrizal.
Lebih lanjut dikatakannya, terkait kabut asap yang melanda Provinsi Riau beberapa hari terakhir, disebutkannya asap tersebut berasal dari provinsi tetangga yakni Jambi dan Sumatera Selatan. Di dua provinsi tersebut masih berlangsung karhutla dan arah anginnya bertiup ke Riau.
“Asap yang melanda Provinsi Riau adalah kabut asap dari provinsi tetangga. Dari data BMKG, hotspot di kedua provinsi ini cukup banyak dan belum terkendali. Ditambah lagi belum musim panas dan tidak ada hujan di Sumsel,” ujarnya.
Terkait kondisi tersebut, pihaknya juga mengaku sudah sudah berkoordinasi dengan pihak kepala pelaksana BPBD Jambi dan Sumatera Selatan. Kedua daerah ini sudah berusaha untuk memadamkan karhutla di beberapa wilayah mereka. Namun, sampai saat ini belum terkendali. Kondisi ini diakibatkan tidak adanya curah hujan di kedua provinsi tetangga ini.
“Kami sudah koordinasi dengan BPBD dua provinsi itu, di mana memang sudah lama terjadi karhutla di sana. Kemudian, Tim Manggala Agni dari Jambi juga sudah digeser ke Sumsel. Namun, sampai saat ini masih terjadi kebakaran. Cuaca memang kering dan mereka tidak hujan dalam dua bulan ini,” ungkapnya.
Sementara itu, Forecaster BMKG Pekanbaru, Moh Ibnu A menuturkan, jumlah titik panas di wilayah Sumatera mencapai 1.031 titik panas, Ahad (1/10). “Jumlah 1.031 titik panas di Sumatera ini memang mengalami penurunan dari 1.492 titik panas sehari sebelumnya. Angka ini masih tergolong tinggi. Oleh karena itu, diperlukan tindakan antisipasi dan penanggulangan karhutla,” katanya.
Dijelaskan dia, dari 1.031 titik panas di Sumatera tersebut, Sumatera Selatan (Sumsel), Jambi, dan Lampung masih menjadi provinsi penyumbang titik panas terbanyak. Sumatera Selatan 824 ada hotspot, Jambi ada 81 hotspot, Lampung ada 72 hotspot, Bangka Belitung ada 35 hotspot. Lalu, Bengkulu ada 8 hotspot, Riau ada 7 hotspot, dan Sumatera Barat ada 4 hotspot.
Sementara itu, Kapolresta Pekanbaru Kombes Pol Jefri Siagaian pada Sabtu (30/9) mengatakan, Pekanbaru beberapa bulan terakhir masih aman dari karlahut. Namun risiko akan selalu ada. Untuk itu, dirinya memastikan seluruh Polsek jajaran, Bhabinkamtibmas hingga Polisi RW untuk siaga.
‘’Kami terus menerima laporan. Hampir tiap hari kami cek. Dari Bhabinkamtibmas yang ada di seluruh kelurahan, juga Polisi RW terus berkoordinasi dengan masyarakat di wilayah tugas masing-masing untuk melakukan pencegahan,’’ kata Kapolresta.
Selain itu Kombes Jefri juga mengajak masyarakat untuk mengawasi risiko kebakaran di lingkungan masing-masing, terutama lahan kosong dan tidak tergarap. Setidaknya masyarakat dapat menjaga lahan masing-masing. ‘’Kepada masyarakat, ayo kita sama-sama, jaga dan amankan lahan-lahan yang berisiko terbakar di lingkungan kita,’’ imbau Kapolresta.
Bagi warga atau pemilik lahan yang sengaja atau lalai hingga menyebabkan karhutla, ada tindakan hukum menanti. Kombes Jefri tidak main-main dalam setiap penegakan hukum, termasuk Karhutla. Pada Juli 2023 lalu, seorang pembakar lahan di Jalan Cipta Nusa, Kelurahan Tebing Tinggi Okura berinisial RP (43) ditetapkan tersangka.(sol/end/azr/ayi/gus/das)
Laporan TIM RIAU POS, Pekanbaru