Lulusan APDN angkatan XIII ini mengatakan, biaya keperluan sehari-hari keluarga lumayan besar. “Untuk biaya listrik saja Rp800 ribu yang harus dikeluarkan,” sebutnya.
Samiyo tinggal di Jalan Melati bersama istri dan anaknya. “Anak saya sama keluarganya tinggal di tempat saya,” ujar kakek dua cucu ini.
Untuk memenuhi keperluan di rumah, Samiyo siap bekerja apa saja. “Kalau uang pensiun cukuplah untuk berdua. Tapi karena ada anak dan cucu juga, ya harus dibiayai,” katanya.
Selama karirnya, Samiyo menceritakan ke mana saja ia telah menjabat. “Saya awalnya honorer di Kantor Gubernur Riau tahun 1977. Saat itu Gubernurnya Arifin Ahmad,” cerita Saminya.
Ia kemudian lulus masuk APDN. “Setelah selesai pendidikan APDN, saya ditempatkan di sana sebagai pembina mahasiswa,” ujar mahasiswa APDN angkatan XIII ini.
Baru pada 2000, Samiyo pindah ke Kota Pekanbaru dan menjadi lurah. Perjalanan karir Samiyo diawali menjadi Lurah Sail, lalu Lurah Rejosari, Lurah Sumahilang, LurahTanah Datar, Lurah Padang Bulan, Lurah Air Hitam, Lurah Tampan, dan terakhir sebagai Lurah Wonerejo. “Hingga pensiun kemarin jadi Lurah Wonerejo” tuturnya.
Samiyo yang merupakan orang Pacitan ini mengatakan bahwa faktor umur yang menjadi alasan dia tidak sampai menjadi camat.