Poin ini menjadi perhatian, karena secara kasat mata memang terlihat ada rongga yang diduga keretakan di sekitar abutment (bangunan bawah jembatan yang terletak pada ke dua ujung pilar jembatan). Kondisi ini sontak menjadi perhatian di tengah-tengah masyarakat. Terutama pengendara yang ingin melintas.
Seperti yang dirasakan warga Sukajadi Pekanbaru, Joko. Ia mengatakan, kalau memang flyover itu retak harus cepat diperbaiki. Jangan membuat kecemasan dan kekhawatiran di tengah-tengah masyarakat yang ingin melintas di flyover tersebut.
Hal yang sama dikatakan warga Jalan HR Soebrantas, Rizal. Dia mengatakan, pemerintah melalui dinas terkait harus segera melakukan perbaikan. Masyarakat yang awam akan melihat jembatan itu retak, walaupun Dinas PUPR mengklaim itu bukan keretakan dan tidak ada masalah. Tetap saja masyarakat yang melihat akan merasa takut dan cemas. “Orang yang tidak tahu konstruksi pasti akan minilai itu retak dan merasa cemas. Harus diperbaiki retak atau yang berongga itu. Jangan sampai terlihat retak lagi,” ucapnya.
Sementara itu, pantauan Riau Pos memang terlihat ada rongga atau indikasi seperti keretakan di bagian flyover. Kondisi ini terlihat jelas dengan kasat mata dan sempat menjadi perhatian pengendara dan masyarakat yang melintas.
Salah satu solusi yang diperlukan adalah dengan melakukan kajian secara mendalam dengan melibatkan tim ahli yang berkompeten di bidangnya. Kekhawatiran itu juga disampaikan anggota Komisi IV DPRD Riau Abdul Wahid, Ahad (31/3). Menurutnya, pengkajian dengan melibatkan tim ahli diperlukan untuk menjawab kekhawatiran masyarakat akan sarana infrastruktur yang baru diresmikan belum lama ini.
“Kita tentunya prihatin, fly over yang belum lama ini diresmikan sudah menjadi sorotan, karana ada bagian yang retak. Makanya perlu ditelaah dan diteliti lagi secara mendetail,” tuturnya.
Ia menilai, retak bisa diindikasikan terjadi dari adanya beban dari Kontruksi yg berat di oprit sementara pondasinya tdk stabil krn kondisi tanah yg rawa. ”Makanya itu semua harus dikaji, biar tidak bermasalah dikemudian hari,” urai Wahid.
Menurutnya hal tersebut idealnya tidak perlu terjadi jika dalam pembangunan mempertimbangkan hal teknis seperti oprit, abutment dan konstruksi tanah yang rawa. Dikhawatirkan kondisi keretakan dapat semakin besar jika tidak cepat ditangani dan dilakukan kajian lebih mendalam.
“harus nya tidak perlu terjadi dan perlu cepat diselesaikan. Dinas PUPR jangan cepat memvonis itu tidak bermasalah, tolong ditelaah dan diteliti lagi, karena ini menyangkut keselamatan masyarakat,” tegas Ketua DPW PKB Riau itu.
Berbagai asumsi dan analisa berkembang terkait hal tersebut. Mulai dari kondisi optit jembatan, abutment hingga konstruksi tanah yang rawa juga menjadi penyebab hal tersebut.
Untuk diketahui, oprit jembatan adalah timbunan tanah atau urugan di belakang abutment yang dibuat sepadat mungkin untuk menghindari penurunan. Oprit bisa terdiri atas timbunan pilihan dan timbunan biasa dan untuk membuat oprit berdiri kokoh, maka dibuatlah tembok penahan tanah yang berfungsi menjaga kestabiltas lereng oprit tersebut. Kondisi ini yang diduga terjadi penurunan atau peretakan kawasan badan fly over.
“Untuk itu, kita minta PUPR untuk melakukan pengkajian lagi, jangan dianggap tidak masalah. Kita khawatirkan pergseran atau keretakan semakin besar. Kalau terjadi-jadi apa siapa mau tanggung jawab,” imbuhnya lagi.
Seperti diinformasikan sebelumnya, pembangunan konstruksi Fly Over Simpang Mal SKA menjadi sorotan. Setelah disorot soal terowongan yang hingga saat ini tidak jelas peruntukannya, kali ini beredar foto viral yang diduga terjadi keretakan pada bagian vital jembatan layang tersebut.
Kondisi ini sontak menjadi perhatian berbagai pihak. Hasil pantauan Riau Pos sekilan memang terlihat ada rongga atau indikasi keretakan di bagian fly over. Kondisi ini terlihat jelas dengan kasat mata dan sempat menjadi perhatian pengendara dan masyarakat yang melintas.
Menanggapi hal tersebut Pengamat Konstruksi yang juga Guru besar Falkutas Teknik (FT) Universitas Islam Riau (UIR) Prof DR Ir Sugeng Wiyono MT menilai hal itu karena kurang kecermatan dalam membangun konstruksi fisik tersebut. Pasalnya, hal tersebut idealnya tidak perlu terjadi jika dengan perencaan yang matang.
Kekurangan kecermatan dalam pembangunan flyover seharusnya tidak terjadi. Sehingga tidak menimbulkan keresahan masyarakat dengan keretakan tersebut.
“Non struktur tidak boleh di abaikan. Harus diperhatikan juga. "Seharusnya kontruksinya terpisah, bukan retak. Berongga, tapi rongganya harus di isi agar tidak menimbulkan kecemasan masyarakat karena terlihat seperti retak mau roboh saja. Kalau itu berongga harus di isi,"ujarnya.
Terkait hal tersebjt Kepala Dinas Pekerjaan Umum Riau Dadang Eko Purwanto melalui Kepala Bidang Pembangunan Jalan dan Jembatan, Dinas PUPR Riau, Yunan Haris menjelaskan, di dalam pembangunan jalan layang memang seperti itu. Harus dibuat berongga, salah satu alasannya agar tidak terjadi pemuaian.
“Sepertinya itu bukan retak. Memang seperti itu, harus diberongga. Itu memang tidak boleh disambung. Sebelumnya berongga itu kita kasih Styrofoam, mungkin karena kenak hujan Styrofoamnya hilang sehingga terlihat lah seperti retak. Namun itu bukan retak tapi berongga. Disebut itu retak, padahal itu bukan retak. Memang posisinya disitu tidak boleh disambung,"urainya.(dop/nda/rio)