AMSTERDAM (RIAUPOS.CO) – Baru dua pekan Piala Dunia 2022 berakhir, dua pemain yang jadi bintang untuk timnas masing-masing di Qatar malah bernasib sial. Mereka adalah gelandang serang Maroko Selim Amallah dan bek kiri Belanda Daley Blind.
Amallah ikut membawa Singa Atlas –julukan Maroko– menorehkan sensasi dan histori sebagai negara Afrika pertama yang menembus semifinal Piala Dunia. Dia menjadi satu di antara trio andalan lini tengah Singa Atlas bersama Sofyan Amrabat dan Azzedine Ounahi.
Sementara itu, Blind merupakan pemain paling senior Belanda yang come back ke Piala Dunia lagi setelah absen di Rusia 2018. Blind nyaris mendapatkan status centurion seandainya Oranje –sebutan Belanda– tidak dihentikan sang juara, Argentina, dalam adu penalti di perempat final.
Sayang, nama harum Amallah dan Blind di Qatar tidak berbanding lurus saat mereka kembali ke klub masing-masing. Amallah di klub Jupiler Pro League (kasta teratas Belgia) Standard Liege, sedangkan Blind di AFC Ajax. Mereka memilih pergi karena diperlakukan tidak adil. Amallah, misalnya, sempat diancam bermain di skuad reserve Standard Liege.
”Dia (Amallah) tidak bersedia untuk memperpanjang kontrak,’’ ucap CEO Standard Liege Pierre Locht kepada Het Laatste Nieuws.
Sodoran ekstensi itu disebut sudah ditolak Amallah sebelum membela Maroko di Piala Dunia Qatar. Nama gelandang 26 tahun itu pun sudah ’’menghilang” dari daftar anak asuh Ronny Deila per 9 Oktober lalu. Kasus Amallah seperti klise. Pemain menolak kontrak baru karena menginginkan kontrak dengan angka yang lebih besar.
Apalagi, Amallah baru saja sukses bersama Maroko. Locht pun mengibaratkan, mempertahankan Amallah sama dengan membunuh klub. Sebaliknya, membiarkannya berarti kerugian bagi Standard Liege karena bakal kehilangan secara cuma-cuma di akhir musim ini.
”Ini seperti sinyal berbahaya bagi pemain lainnya. Bayangkan jika mereka masih bisa bermain dan kemudian pergi dengan gratis,’’ tutur Locht.
Klub Jupiler Pro League lainnya, KAA Gent, diklaim Sporza sudah siap menampung Amallah. Sama-sama terbuang dari klub, cerita Blind lebih menyakitkan ketimbang Amallah. Blind pergi karena tacticus AFC Ajax Alfred Schreuder tidak menginginkannya. Blind memang lebih sering jadi pemain pengganti sebelum bertolak ke Qatar. Dalam lima speelronde terakhir Eredivisie, Blind bermain empat kali dengan dua kali jadi pengganti.
Performa bagus bek 32 tahun itu di Qatar tetap tidak mengubah pandangan Schreuder. Bahkan, Algemeen Dagblad menyebut bahwa Blind merupakan satu-satunya pemain Ajax yang tidak mendapatkan pesan pendek berisi dukungan di Piala Dunia dari Schreuder. Dalam kata-kata perpisahan di media sosial, Blind mengaku tidak bisa menerima lagi kritik-kritik karena terlalu pedas.
”Terkadang saya merasa bahwa saya bermain melawan beberapa dari Anda (media, red) dan terkadang saya dikritik agar bermain sedikit lebih cepat ketimbang pemain lainnya. Saya tidak tahu apa yang sudah saya rasakan itu benar atau tidak,’’ tutur Blind.
Itu jadi kepergian kali kedua bagi putra asisten pelatih timnas Belanda Danny Blind tersebut. Sebelumnya, Blind pergi ke Manchester United pada musim panas 2014 dan kembali empat musim kemudian.
’’Dengan sakit di hati dan noda di mata, saya harus mengucapkan selamat tinggal kepada klub dan kalian semuanya. Seperti saat saya masih jadi anak laki-laki 7 tahun yang datang ke De Toekomst dan sekarang pergi dari De Toekomst,’’ sambung Blind. De Toekomst adalah sebutan akademi Ajax.
Blind santer dikaitkan dengan dua klub Eropa lainnya, Royal Antwerp (Jupiler Pro League) dan Real Sociedad (La Liga). Tapi, Voetbal International menyebut bahwa Blind akan melanjutkan kariernya di J-League untuk memperkuat Urawa Red Diamonds.
Sumber: Jawapos.com
Editor: Edwar Yaman